38👿

1.1K 115 19
                                    


Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya gaess :)

Pertengkaran

Fahmi melangkahkan kakinya pelan, menuju ke arah kelas. Pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang baru saja terjadi di kantin. Bergulat dengan berbagai asumsi bagaimana Alena bisa sedemikian berubahnya dibanding kan dengan yang dulu.

Bahkan, yang tak Fahmi mengerti, dari hari ke hari, cara Alena menatap tak seperti biasanya. Jika dulu tatapan Alena lebih ke menatap segan, malu-malu, bahkan kesedihan yang tak tersirat di sana. Kini tatapan Alena lebih tampak terlihat tajam, tersenyum penuh kemenangan akan sesuatu hal, dan juga kebencian mendalam.

" Mungkin itu hanya perasaanku saja, karena belum terbiasa akan sikapnya saat ini," batin Fahmi menghembuskan nafas berat, matanya yang tadi terus menunduk menatap lantai koridor beralih memandang ke arah depan.

Seketika matanya membulat kala tepat satu meter dari Fahmi, tampak Jayden yang sedang berdiri sambil menyeringai ke arahnya. Membuat Fahmi berdecak mala seketika.

Pasalnya, sejak hari dimana Jayden datang ke kelas dengan menggoda Alena dan memeringati Fahmi, sejak saat itu pula, Jayden selalu mencari waktu saat Fahmi sedang sendiri tanpa Alena dengan mengancamnya berbagai hal yang tak masuk akal. Termasuk mengatakan bahwa, pacarmya itu---Alena bukan lah sebentar lagi tak lagi menjadi manusia seutuhnya. Melainkan, seorang vampire yang haus darah di hari kebangkitan sepenuhnya.

" Astaga, apakah dia nggak bisa bedain mana kisah nyata dan sekedar fiksi," batin Fahmi saat mengingat segala ucapan tak masuk akal Jayden.

" Hei, apa kau sudah memikirkan yang kukatakan sebelumnya," ucap Jayden saat Fahmi berjalan melewati dirinya begitu saja.

Langkah Fahmi terhenti, menoleh ke arah Jayden yang tepat di samping nya. " Kamu pikir aku terlalu bodoh hingga bisa masuk ke perangkapmu,hmm?"

" Apa maksudmu. Aku hanya memberikan informasi sebagai peringatan saja. Agar kau menjauhi Alena secepatnya." Jayden menaikkan sebelah alis matanya sambil tersenyum.

" Itu dia. Agar aku menjauhi Alena secepatnya. Kau merangkai cerita fiksi sedemikan rupa?" Balas Fahmi sembari membalikkan tubuhnya menghadap Jayden, menatap lelaki itu sepenuhnya. " Apakah kamu sekurang kerjaan itu hingga mampu membuat cerita yang sebegitu detailnya,"

Mendengar ucapan sarkas Fahmi, bukannya marah, Jayden seketika tertawa, membuat Fahmi menatap heran ke arah dirinya.

" Astaga, ku kira kau itu pintar. Jadi aku hanya melakukan ini sebagai cara agar kau menjauh dari Alena. Tak ku sangka, kau ternyata manusia yang bodoh ya," ucap Jayden setelah menyelesaikan tawa nya.

Fahmi menarik nafas dalam, " Hah. Terserah lah. Aku malas meladeni orang seperti kamu. Waktu ku lebih berharga," ucapnya.

" Hei, jadi menurut mu, aku membuang-buang waktumu begitu,hmm?" Tanya Jayden memegang pundak Fahmi, membuat Fahmi yang tadinya hendak berlalu dan melangkahkan kaki pun terhenti, matanya menatap tangan Jayden.

" Cukup cerdas kan untuk mengetahui jawabannya," jawab Fahmi sambil melepas tangan Jayden dari pundaknya.

Jayden mengeratkan giginya mendengar hal tersebut, menatap Fahmi dengan amarah yang langsung memuncak. Dengan secepat kilat, Jayden mencengkram erat kerah Fahmi dan mendorong lelaki tersebut ke tembok dengan kencang. Membuat beberapa murid yang sedang lewat di koridor menghentikan langkah mereka untuk melihat apa yang terjadi.

Mereka berbisik-bisik dengan tatapan tak lepas dari Jayden dan Fahmi. Seolah pertengkaran antara murid berpestrasi di SMA Felix dengan murid pindahan yang baru-baru ini membuat beberapa siswi menjadi heboh karena wajahnya yang tampak blasteran.

" Kurang ajar kau ya. Aku udah bicara baik-baik tapi nggak di hargai." Geram Jayden marah.

Dengan ringisan karena benturan yang Jayden lakukan terhadap dirinya cukup keras, Fahmi berusaha untuk tenang dan membenahi kaca matanya yang hampir terjatuh dari batang hidungnya. " Bisa lepaskan?" Tanya nya.

" K---kau... Kau masih tak paham situasi saat ini?" Kesal Jayden saat Fahmi tampak tak menghiraukan ucapannya.

Fahmi menghela nafas lelah, " Ku bilang, bisa kau lepaskan tangan mu dari kerahku sekarang? Dan coba berhentilah bersikap kekanak-kanakan dengan bersikap mengundang banyak perhatian seperti sekarang," ucapnya sambil memandang sekilas tatapan murid-murid ke arah dirinya dan Jayden.

" Damn you," teriak Jayden kesal sambil memukul Fahmi kencang hingga tersungkur di lantai.

Fahmi berteriak kesakitan sambil memegangi pipinya, begitu pula beberapa murid di sana yang kaget saat kejadian itu terjadi.

" Denger ya---" peringat Jayden sambil menatap Fahmi marah, hendak memeringatkan pria itu agar segera melepaskan Alena.

Namun sayang, ucapannya terhenti kala lelaki di hadapannya---Fahmi tengah mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

Alena yang sejak tadi berada di belakang kerumunan dan tak bisa mendesak masuk untuk melihat apa yang terjadi pun seketika terdiam membeku. Matanya berkilat merah sesaat sembari bergumam, " Fahmi...terluka...darah"

Setelah bergumam seperti itu, Alena segera menerobos kerumunan dengan segera. Entah bagaimana caranya, kerumunan yang awalnya susah Alena lewati kini begitu saja kini tampak begitu mudah bagi Alena hanya dengan Ia lewat saja beberapa orang menyingkir dan hampir terjatuh.

" Fahmi..." gumamnya saat sudah berada di depan kerumunan dan melihat pacarnya terluka hingga meneteskan darah.

Alena segera berlari ke arah Fahmi yang sedang mencoba untuk duduk dengan dibantu beberapa siswi yang pastinya bagi Alena sedang mencari kesempatan di dalam kesempitan.

" Minggir kalian," ucap Alena saat sudah berada tepat di samping Fahmi.

" Apa?" Ucap beberapa siswi itu dengan kompak.

" Kubilang, minggir," ucap Alena sambil menatap tajam beberapa siswi tersebut.

Tatapan yang sungguh tajam hingga membuat beberapa siswi itu segera melepaskan tangannya dari Fahmi dan menelan saliva kasar, merasa takut seketika.

" Kamu ngapain? " tanya Fahmi saat ibu jari Alena menyentuh sudut bibir Fahmi yang berdarah.

" Darah..." gumam Alena dengan tatapan yang tak lepas dari sudut bibir Fahmi.

Fahmi menatap intens setiap detail wajah Alena yang terus menatap pada darah yang ada di sudut bibirnya, " Alena..." gumamnya lirih saat gadis itu masih terdiam membeku.

See You Next Chapter

30 Juli 2018

Terimakasih

Pure Blood (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang