14.

2.1K 162 10
                                    

Memori
☻☻☻

Alena terdiam. Menatap ke sekeliling lalu menjatuhkan pandangannya ke Alaric yang berdiri di ambang pintu balkon yang sedang terbuka.

Rasanya ingin berucap, namun, ketegangan dan ketidaknyamanan akan kehadiran Alaric yang masih terus berada di dalam kamarnya terkalah kan oleh rasa takut terhadap kemarahan pria tersebut.

" Mau ngomong apa? Gak usah lihatin gitu ke aku kalo mau ngomong," ucap Alaric yang tak tahan hampir setengah jam Alena terdiam dan sesekali memandangi punggungnya.

" Euhm... Lampu nya," ucap Alena pelan.

" A..aku kan tadi minta tolong nyalain lampu nya..." imbuh Alena kala menatap kamar nya masih dalam keadaan gelap dan hanya bermandikan cahaya rembulan yang masuk lewat pintu balkon yang terbuka.

" Biarin gini aja, toh ngapain sih nyalain lampu. Kalo alasannya karena takut seperti yang kamu katakan tadi ya tinggal tidur aja. Toh ini sudah jam malam bagi manusia," ucap Alaric sambil terus menatap langit malam yang bertabur bintang tanpa menoleh sedikit pun ke arah Alena.

" Manusia?" Ucap Alena lirih mengulangi apa yang baru saja Alaric katakan.

Kata 'Manusia' yang baru saja diucapkan Alaric terdengar aneh ditelinga Alena. Pasalnya, lelaki itu---Alaric seolah-olah mengatakan bahwa dia bukanlah dari golongan manusia.

" Iya. Manusia," ucap Alaric menjawab.

Alena sedikit tersentak kala Alaric dapat mendengar gumaman lirihnya barusan.

" Ta...tapi kan," ucap Alena hendak menyanggah. Masih ingin Alaric menyalakan lampu nya.

Bukan. Alena bukan takut kegelapan meskipun Ia tidak suka ruangan gelap. Karena faktanya sesekali Alena tidur dengan lampu yang di matikan. Gadis itu, hanya penasaran dengan isi dari gelas yang tadi tak sengaja Ia tumpahkan. Pasalnya, saat Alena kini mengendus tangannya, tercium aroma anyir yang Alena yakini itu adalah darah.

Memang tidak masuk akal bahwa isi dari gelas tersebut adalah darah, tapi tetap saja, Alena penasaran dengan minuman apa yang dapat menimbulkan aroma seperti itu. Jamu kah? Lantas jamu apa yang bisa menyamai aroma darah beserta tekstur nya yang agak pekat? Begitu pikir Alena.

" Tapi apa?" Jawab Alaric menoleh ke arah Alena sesaat dengan tatapan dingin.

" Katanya kakak tadi mau bantu aku," ucap Alena pelan.

" Emang aku pernah bilang mau bantu? Perasaan nggak deh," jawab Alaric kembali menatap ke arah langit malam. " Aku tadi kan cuma nanya butuh bantuan apa. Tapi aku nggak bilang bakalan bantu."

Mendengar jawaban Alaric membuat Alena mendengus sebal. Ia kalah telak dengan Alaric.

Akhirnya mau tak mau pun Alena mencoba bangkit berdiri, rasa pusingnya saat ini telah sedikit berkurang dibandingkan yang tadi.

Alaric terdiam. Membiarkan gadis tersebut tertatih-tatih berjalan ke tembok dekat pintu untuk menyalakan lampu. Sesaat, senyum miring tergurat pada bibir Alaric kala lampu telah menyala menerangi ruang kamar Alena yang sebelumnya padam.

" Argghhhh!" Teriak Alena kala mata nya menangkap bercak darah yang berada di lantai dekat nakas beral dari gelas yang tumpah.

" I...itu darah kan?" Tanya Alena tergagap masih menatap gelas yang tak sengaja tadi Ia senggol.

Aleric terdiam. Membalikkan tubuhnya menatap Alena yang membungkam mulutnya sendiri karena kaget.

" Gak tau. Cek aja sendiri," ucap Alaric    datar.

Alena menatap Aleric sekilas sebelum mendekati cairan kental bewarna merah tak jauh dari nya.

Mata Alaric tak lepas saat melihat Alena sempat mencicipi setetes cairan kental bewarna merah yang terdapat di dalam gelas dengan menyentuh cairan tersebut diujung jarinya untuk membuktikan bahwa itu sirup yang dibuat Alaric untuk menakut-nakutinya atau darah.

" Enak nggak darah hasil aku berburu? Pasti enak dong ya. Susah lo nangkep mangsanya," ucap Alaric saat Alena memasukkan ujung jarinya ke dalam mulutnya, " Bisa bilang makasih kan?"

" Da...darah? Ini beneran darah?" Tanya Alena kaget sampai terbatuk-batuk hingga mengeluarkan air mata.

" Menurut kamu?" Tanya Alaric balik.

" Nggak! Kamu pasti becanda kan, nggak mungkin kamu ngisi gelas ku dengan darah," ucap Alena tak percaya.

" Rasa nya gimana? Enak? Manis? Atau terasa segar?" Tanya Alaric mengabaikan ucapan Alena.

" Apa maksud kamu?" Alena memandang bingung Alaric yang menatapnya dengan senyum miring.

" Kamu itu nggak tahu terimakasih ya, aku udah nyari darah buat kamu susah-susah tapi kamu malah numpahin gitu aja. Dan sekarang kamu seolah ketakutan dan bahkan natap aku seolah aku ini pemeran antagonis atau penjahat yang perlu ditakuti," ucap Alaric mendecak pelan sembari melihat Alena yang masih syok.

" Ke...kenapa? Kenapa ada darah di gelas ini," ucap Alena tak berdaya  setelah memastikan sembari memandang Alaric takut.

" Menurut kamu?" Tanya Alaric balik dengan mengubah raut datarnya tadi dengan seringaian yang membuat Alena merinding.

Nafas Alena tak beraturan. Rasa takut menyelimuti gadis tersebut. Segala pemikiran buruk mengapa di dalam gelas di atas nakas miliknya berisikan darah menghujam dirinya.

" Pssst! Jangan teriak, awas aja kalo teriak," ucap Alaric melesat kesamping Alena dengan cepat membuat gadis itu membulatkan mata kaget.

Alena menatap Alaric ketakutan. Bulir air matanya menetes menuruni pipinya. Suara nya tak dapat keluar dari tenggorokannya meski berulang kali Alena mencoba berbicara namun seolah Ia lupa bagaimana lidah nya bergerak untuk dapat mengucapkan sebuah kata.

Gadis tersebut menatap Alaric yang berdiri di hadapannya dengan pandangan seolah bertanya, " Kenapa suara ku tak bisa keluar,"

" Sebenernya kamu udah tau jawabannya. Tapi sayang, sinkronisasi kepingan memori masa lalu mu tak berjalan dengan cepat untuk bisa menerobos masuk memorimu yang ada sekarang. Kalo kamu saat ini berubah jadi 'dia' kamu pasti bisa tau jawabannya," ucap Alaric menatap Alena tepat di bola matanya. " Bahkan, kamu bisa mematahkan kekuatan yang kugunakan untukmu sekarang,"

" Siapa yang dimaksud dengan dia?" batin Alena sembari menangis karena suaranya tak kunjung keluar.

" Dia, si perempuan penuh muslihat dan manipulatif, Alena Antonio Rousseau," ucap Alaric sambil memandang ke arah lain.

See You Next Chapter

02 Mei 2018

Baca juga karya ku yang lain ya. Termasuk Di Kejar Rasa Baper, Menakhlukkan Makhluk Abu-Abu, dll

Vote, Comment, Share

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now