8.

2.3K 221 30
                                    

Budayakan^^

❤ Vote, sebelum baca

Comment, sembari baca dan sesudah baca

❤ Share, setelah baca.

H-1
Alaric

Alena mengusap peluh keringat yang menetes di dahi nya, mengatur nafas nya saat Ia sudah sampai di depan rumahnya, untung saja, jalanan dari rumah kosong tadi sampai rumah Alena cukup sepi. Meski ada beberapa kendaraan yang lewat, mereka tak terlalu menggubris Alena yang sedang berlari kencang karena gadis tersebut takut, Ia khawatir bila ada seseorang yang menjumpai dan melihat dirinya, orang tersebut akan melihat beberapa bercak noda darah yang cukup banyak pada baju kuning pastel miliknya.

" Alena pulang!" Ucap Alena sambil memasuki rumah nya, gadis tersebut menelusuri segala penjuru rumah nya, mencari keberadaan Asyila dengan mengibas-ngibaskan tangannya di area leher karena merasa gerah.

" Bunda," Tanya Alena memanggil-manggil Bunda nya saat sedang mencari.

Namun, Ia tak dapat menemukan Asyila sama sekali. bunda nya tersebut tak ada di segala penjuru rumah. ' Bunda kemana ya? Tumben jam segini nggak ada di rumah,' batin Alena bingung.

" Astaga, oiya, lupa, aku musti sekolah," pekik Alena kaget sembari menepuk dahi nya sesaat setelah ekor matanya tak sengaja menangkap jam dinding yang berada di tembok.

Dengan langkah tergesa Alena pun segera menaiki anak tangga menuju kamar nya yang berada di lantai dua, " Musti cepet-cepet nih," gumam Alena membayangkan bahwa Ia nanti akan terlambat datang ke sekolah.

Namun sayang, akibat kecerobohan Alena yang menaiki tiga anak tangga sekaligus untuk mempercepat diri nya mencapai kamar, gadis tersebut terpleset dan hilang keseimbangan.

Jantung Alena berdegup kencang, Ia sudah membayangkan bahwa diri nya akan menggelinding ke lantai bawah dan menyiapkan hati bahwa sebentar lagi kepalanya akan terbentur dan punggung nya bergeser. Syukur-syukur bila dia tidak sampai mati ataupun koma seperti sinetron favoritenya yang pernah Ia tonton di televisi.

" Eh, kok malah kerasa dingin sih, bukannya sakit," Gumam pelan Alena sembari membuka mata nya.

Bola mata Alena membulat, tampak seorang laki-laki yang sekiranya mungkin berumur antara dua puluh satuan. Dengan rahang yang tegas, tatapan mata yang tajam menusuk, bulu mata alis yang tebal, serta kulit putih yang mendekati pucat.

" Sudah puas lihatin gue nya?" Tanya lelaki tersebut.

Alena terkesiap. Dengan segera Ia mencoba menegakkan tubuh nya. Namun sayang, kaki nya menapakkan pada pinggiran anak tangga, membuat mau tak mau Alena kehilangan keseimbangannya lagi. Secara refleks, Alena memegangi baju pria di hadapannya tersebut agar tidak terjatuh.

Lelaki tersebut menghela nafas, mencoba menahan kekesalannya, " Bisa nggak ceroboh nggak? Mau mati?"

Mendengar ucapan dari pria asing di hadapannya saat ini membuat Alena segera menarik tangannya, melepas cengkramannya pada baju pria tersebut.

" M--maaf," ucap nya Alena.

" Hmm," jawab pria tersebut di sertai dengusan malas. Tangannya merapikan pakaiannya yang menjadi sedikit kusut.

" Ehh. Tunggu sebentar," gumam Alena saat tersadar ada suatu kesalahan yang terjadi.

" K--kamu siapa?! Kenapa ada di rumah ku?!" Tanya panik Alena sesaat kemudian, melangkah pelan kebelakang dengan hati-hati agar tidak terjatuh lagi.

Lelaki tersebut terdiam. Menatap Alena sesaat, lalu membungkukkan badannya sedikit, " Perkenalkan, nama saya adalah Alaric Feliciano Raizel Xavier. Saya adalah pendam---maksud saya, ekhem, saya adalah pelayan setia Anda."

" Alaric Feli apa?" Tanya Alena bingung, karena nama Alaric begitu panjang dan susah diingat dalam sekejap seperti saat ini.

" Alaric Feliciano Raizel Xavier," ucap Alaric sembari menegakkan badannya.

" Dan maksud kamu tadi pelayan setia itu apa sih? Maaf ya kak, aku nggak ngerti. Dan lagi pula, Bunda aku setahuku nggak suka pakek pembantu dan sejenisnya. Mungkin kakak salah masuk rumah," ucap Alena menjelaskan.

" Pembantu?" Ulang Alaric merasa tak terima.

" I--iya. Pembantu," jawan Alena sembari melangkah kan kaki ke belakang lagi, karena lelaki di hadapannya ini terlihat tampak marah atas ucapannya.

" Maaf ya, gue bukan pembantu." Ucap Alaric memandang geram Alena, setelah hal tersebut Alaric menuruni anak tangga, hendak meninggalkan Alena.

" Pembantu sama pelayan apa beda nya?" Gumam Alena pelan namun dapat terdengar Alaric.

Alaric berhenti melangkah sesaat, menatap Alena tajam. Gadis tersebut langsung meneguk saliva nya kasar kala mendapat tatapan tajam nan menusuk dari Alaric.

" A--ada apa?" Tanya Alena takut-takut.

" Nggak sekolah?" Tanya Alaric.

Gadis tersebut membulatkan matanya seketika, " Astaga, lupa." Ucapnya sembari melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Alaric memandangi punggung Alena, " Menyebalkan." Gumam lelaki tersebut.

See You Next Chapter

Add temen kalian tuk ikutan baca Pure Blood.

10 Mei 2018

Kalo gak sibuk, sempatkan vommentsnya ya 😗

#TeamAlFa


Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now