35👿

1.1K 121 20
                                    

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya. Tolong luangkan waktu lima menit untuk menghargai karya penulis.

Alena berdandan?

" Pagi Fahmi," ucap Alena sambil menepuk punggung Fahmi dari belakang, mencoba mengagetkan lelaki tersebut. Namun sayang nya hasilnya gagal.

" Lama banget sih, Al. Ngapain aja kamu. Bisa telat tau nggak kita nanti" jawab Fahmi memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu menoleh ke arah belakang.

" Hai," sapa Alena gugup, rasa panas menjalar di area pipinya saat Fahmi menatap ke arahnya. Tangannya bergerak ke belakang, menelusupkan anak rambut di sana.

Dengan hati yang berdebar kencang, Alena menanti seulas kalimat pujian dari lelaki di hadapannya saat ini akan penampilan Alena yang baru.

Rambut nya kini tak Ia kelabang ataupun kucir tinggi seperti biasa. Alena sedikit menggelombangkan rambutnya di bagian ujung dengan menggunakan alat kecantikan milik Bunda nya. Ditambah Ia sedikit memoles wajah dengan bedak ditambah sedikit foundation yang hampir sama dengan kulitnya yang kuning langsat agar tidak terlalu kontras. Dan juga parfum yang diberikan oleh Alaric sebagai hadiah pertemuan beberapa tempo hari lalu.

" Kamu---" ucap Fahmi menggantung setelag terdiam beberapa saat.

" Ya?" Jawab Alena menunggu dengan sabar apa yang Fahmi hendak katakan.

" Lupakan. Ayo berangkat sekarang, keburu gerbang sekolah di kunci," lanjut Alaric kembali menoleh ke arah depan.

Alena seketika membulatkan matanya kala mendengar ucapan Fahmi, menatap lelaki itu tak percaya.

" Kenapa diem? Sepuluh menit lagi gerbang bakalan ditutup Al," tegur Fahmi melihat Alena dari balik kaca spion motor nya.

" Ta---tapi," ucap Alena merasa kesal sekaligus kebingungan. Bingung apakah Fahmi menyadari perubahan penampilannya atau tidak.

" Tsk. Pilih naik atau kutinggal," Fahmi mulai menyalakan mesin sepeda motornya. Membuat Alena kelabakan seketika.

" I--iya-iya. Ini mau naik kok," dengus Alena sambil menaiki jok sepeda motor Fahmi.

" Ta---tapi bentar dulu, Fahmi." Ucap Alena turun dari atas motor. Membuat Fahmi menatap gadis itu heran.

" Apalagi sih Al? Kenapa pakek turun dari sepeda motor segala?" Tanya Fahmi sedikit menahan kesalnya yang saat ini sudah terasa hingga ke ubun-ubun.

" Dasar nggak sabaran," batin Alena keki.

" Kok diem. Jadi ngomong apa nggak ini ceritanya?" Tanya Fahmi sambil mematikan mesin motornya, berbalik badan ke arah Alena sepenuhnya.

Alena menyengir lebar tak berselang lama, sambil memutarkan tubuhnya dengan lengan Ia sampirkan di pinggangnya. " Kamu nggak ada yang aneh gitu sama aku?"

" Hmm?Hmm? Gimana? Gimana, Fahmi?" Lanjut Alena sambil menaik turunkan kedua alis nya.

" Oke. Kalau boleh jujur, dari kemaren-kemaren kamu itu udah aneh sifatnya. Kayak berubah. Bukan kayak Al---" ucap Fahmi hendak mengatakan apa yang Ia rasakan namun langsung di sela oleh Alena.

" E--eh bukan itu yang ku maksud kan. Maksud ku itu penampilan ku hari ini Fahmi Alkatiri," sela Alena sambil menepuk dahinya pelan.

" Oh, jadi kamu dari tadi makin nggak jelas dan muter-muter gitu karena cuma masalah mau tanya penampilan doang,hmm?" Tanya Fahmi memandang Alena kesal.

" Cuma?" Gumam Alena teramat lirih, hingga nyaris seperti bisikan.

" Alena. Kamu itu buang-buang waktu tau nggak. " ucap Fahmi menatap Alena tepat pada mata gadis tersebut.

" Apa?" Ucap Alena tak percaya.

" Kamu kan bisa nanyain itu di sekolah. Kenapa musti sekarang,hmm? Keburu kita kekunci di luar gerbang. Kamu mau emang di hukum?" Jelas Fahmi dengan nada frustasi.

" Tsk. Hargain kek. Aku kan udah dandan demi kamu," gerutu Alena lirih.

" Udah cepet naik. Aku tinggal nih kalo kamu nggak naik sekarang," balas Fahmi tak mengindagkan gerutuan Alena sama sekali sambil menyalakan mesin sepeda motornya.

" Nggak mau," ucap Alena merajuk.

" Alena," geram Fahmi.

Alena mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kesal akan sikap pacarnya itu yang amat sangat tak peka dan menghargai usahanya sama sekali.

" Yaudah kalo gitu, aku tinggal." Ucap Fahmi sambil melajukan sepeda motornya beberapa meter, membuat Alena berteriak seketika.

" Fahmi! Ih, kok ditinggal sih." Teriak Alena kaget.

" Mangkanya, ayo cepetan naik Al." Tegas Fahmi menghentikan motornya sesaat sambil melihat ke arah belakang. Tampak Alena yang menggerutu sambil berjalan ke arahnya.

" Tega banget sih astaga," gerutu gadis itu kecil.

" Naik." Perintah Fahmi kala Alena sudah ada di samping motornya.

" Iya-iya... Tapi, Fahmi..." ucap Alena sambil memegang pundak Fahmi sebagai penyeimbang kala Ia hendak menaiki sepeda motor.

" Apalagi Al," jawab Fahmi mencoba sabar terhadap sikap pacarnya yang membuat Fahmi susah mendeskripsikan dibanding dulu.

" Aku kalo dandan gini cantik kan? Iya kan?" Tanya Alena menatap Fahmi dari samping.

" Biasa aja," jawab Fahmi.

" Ih kamu mah. Yang bener dong. Jangan biasa aja. Kesannya nggak ada beda nya sama sekali kalo aku dandan," dumel Alena membenahkan posisi duduknya senyaman mungkin.

" Iya deh..." jawab Fahmi pada akhirnya.

" Iya cantik. Kayak biasanya," imbuh Fahmi membuat segurat senyum tercipta di bibir Alena.

" Maksud kamu biasanya udah cantik. Terus sekarang tambah cantik. Iya kan? Iya kan? " Tanya Alena dengan nada jahil membuat Fahmi mendengus pelan, namun tak urung senyum tipis tercipta dibibir lelaki itu.

" Iya Alena. Udah seneng kan aku jawab gitu?" Tanya Fahmi sambil menatap kaca spion.

" Ih kesannya nggak ikhlas banget," dengus Alena sambil tertawa memandang balik wajah Fahmi dari kaca spion.

" Alena, dari dulu aku suka sama kamu itu bukan karena kamu cantik. Tapi, karena aku suka kamu, kamu jadi terlihat cantik. Ngerti?" Ucap Fahmi mencoba memberi pengertian.

" Ih sumpah. Demi apa, kata-kata kamu sweet banget. Eh...tapi maksudnya aku tetep cantik kan dari awal. Sekarang makin cantik kan?" Tanya Alena menyelidik.

Fahmi memutar bola mata malas, " Iya. Udah kan? Bisa berangkat sekarang?"

" Ya ayo berangkat. Kamu nungguin apa sih dari tadi," balas Alena.

" Sepatu kamu tuh ketinggalan di belakang. Masih nggak sadar kalo sepatu kamu lepas?" Ucap Fahmi menunjuk sebelah sepatu Alena yang tergeletak di pinggir jalan.

Sontak mendengar hal tersebut Alena melihat kearah mana yang sedang Fahmi tunjuk. Dan hal tersebut membuat Alena segera turun dari sepeda motor dan berlari mengambil sepatunya yang tanpa sadar terlepas karena sempat sedikit berlari menghampiri Fahmi karena lelaki tersebut tadi melajukan motornya.

" Cepetan Al," teriak Fahmi.

" Iya-iya," jawab Alena mendengus pelan.

Alaric yang sejak tadi memerhatikan dari balik jendela tersenyum tipis melihat ha tersebut, " Segera Al, segera kamu akan menyadari kalau dia itu nggak bener-bener cinta sama kamu. Cepat atau lambat pasti itu akan terjadi," batin Alaric sambil menutup gorden jendela.

Baca karya ku yang lain juga ya

26 juli 2018

Follow ig ku allifaaa99

Terimakasih

Pure Blood (COMPLETE)Место, где живут истории. Откройте их для себя