Chapter 93 - Ishigami Family 3

2.2K 278 14
                                    

Dingin dan rambut

Shin kedinginan.

Itulah yang terjadi pagi ini. Anak itu kedinginan karena hujan deras di luar, memeluk erat bantal dan menelusup semakin dalam ke selimut.

"Dingin, Shin?" (Y/N) masuk ke dalam, gemas melihat putranya jadi satu dengan selimut.

Mengangguk perlahan, mata merahnya melirik ke jendela melihat hujan yang semakin deras.

"Ayah mana?"

(Y/N) mengangkat Shin ke pangkuan, mengeratkan selimut di tubuh mungil tersebut. Bantal juga tetap di bawa, di belakang kepala si kecil.

"Itu dia! Mama mau mengajak kamu mencari Ayah, dia sudah menghilang entah kemana pagi ini."

Mengangguk kecil. Shin menjulurkan ujung kepala melalui bahu Mamanya, mencari ilmuwan berambut hijau melawan gravitasi.

Bayangan rambut Senku membuatnya tertawa pelan, memanggil (Y/N) yang langsung menengok.

"Apa rambut Ayah pernah turun ke bawah?"

"Eh? Yii sudah tidak ingat, ya?"

Sejak Shin sudah bisa memakai kamar mandi sendiri, dia tidak pernah di bantu lagi untuk urusan mandi. Membuatnya lupa bagaimana rambut Senku saat basah.

"Ingat! Tapi, Yii lupa.." Shin berkata polos.

Akibat jawaban itu, (Y/N) menggigit bibir pelan.

Apa bedanya?!

Baru saja (Y/N) mau menjawab, kaca jendela di samping mereka di ketuk. Serentak menengok kemudian sama-sama berteriak histeris.

Di depan kaca jendela luar, Senku basah kuyup dan menempelkan wajahnya pada jendela.

"Menjijikkan! Menjauh dari jendela!" (Y/N) berseru, lebih khawatir akan kaca jendela yang kembali kotor.

"Masuk, Ayah! Nanti Ayah kedinginan seperti Yii!" Di sisi lain Shin mengeluarkan dua tangannya dari selimut, ingin menggapai Senku di luar.

Senku di luar masih menempel, berwajah kesal sekaligus geli. Sia-sia saja anaknya memperingati, dia sudah kedinginan sedari tadi.

"Tidak bisa."

"Kenapa?" Yang di dalam bertanya cepat.

"Pintunya di kunci! Semua pintu dan jendela sudah di kunci dari dalam." Senku semakin menempel pada jendela.

(Y/N) mengingat sebelumnya dia mengunci semuanya saat hujan semakin deras, sedangkan Senku membuang sampah ke tempat pembakaran di luar. Pada akhirnya (Y/N) melupakan Senku yang masih ada di luar.

Ia bergegas menurunkan Shin lalu mencari kunci pintu dengan panik. Membukanya segera.

"Seseorang yang mengunci ku bahkan lebih khawatir dengan kaca jendela."

"Maafkan aku, Senku!"

°°°

Shin menunggu bersama coklat panas dan biskuit buatan (Y/N), duduk di sofa, di atas pangkuan Mamanya sambil meringkuk kedinginan. Mata merah tersebut membulat saat melihat Senku selesai mandi, mendekati mereka.

"Masuk ke dalam selimut Yii!" Membuka selimut miliknya.

Senku mendengus geli, berlutut di bawah sofa. Memasukkan kepalanya ke dalam selimut sana, tangannya lalu terjulur melewati pinggang (Y/N).

"Selimutnya terlalu kecil, kalian berdua." (Y/N) tertawa karena Shin sangat serius berusaha menutup selimut melindungi dia dan Senku sekaligus.

"Ayah tidak bisa masuk.." Shin bergumam kecewa.

Sedikit lama memperhatikan suaminya, (Y/N) merasa ada yang salah dari penampilan Senku. Mencoba mengetahui apa yang salah.

"Oh! Senku, kamu tidak mengeringkan rambut! Shin jadi ikut basah!" (Y/N) memprotes, mendorong Senku menjauh.

"Aku bawakan bajunya." Baju tidur berwarna putih mungil muncul di tangan kanannya entah dari mana, Senku tersenyum penuh kemenangan.

"Hebat! Ayah seperti Paman Gen, bisa sulap!" Seru Shin.

(Y/N) tersenyum datar, senyum kemenangan yang tampan itu terlihat sangat menyebalkan saat ini. Senku mengabaikan itu, mengganti baju putranya.

"Biar ku keringkan rambut mu." (Y/N) mengambil handuk kecil yang di bawa Senku.

"Hehe. Ayah lebih tampan jika rambutnya seperti ini, iya kan Mama?" Mendadak Shin terkikik kecil, memainkan rambut basah Senku.

Harus (Y/N) akui rambut Senku saat basah dan turun ke bawah memang sangat tampan. Dia mengangguk-angguk sambil mengeringkan rambut.

"Tapi, jika di ikat begini juga cocok."

"Hm! Cocok sekali!"

(Y/N) mengikat rambut yang sudah kering jadi satu, menyisakan dua poni di depan.

Senku yang jadi korban percobaan dua orang itu pasrah saja. Ia mengambil ikat rambut yang lain, mengikat poni Shin ke atas. Kemudian tertawa puas, di susul oleh (Y/N).

Shin perlahan memegang ikatannya, tersenyum lebar ceria. Dia mengambil ikatan lain, meminta Mamanya untuk mengikat rambut juga. (Y/N) kemudian mengikat rambutnya tinggi.

Mereka bertiga masing-masing saling tertawa karena ikatan rambut yang berantakan, di luar hujan masih turun dengan sangat deras. Angin mulai masuk ke dalam, membawa hawa dingin menusuk.

"Dingin!" Shin berseru, tidak lama dia melihat orang tuanya. Ingin menyelimuti mereka juga, hanya saja selimutnya tidak sebesar itu.

Senku yang menyadari itu, mengambil duduk di samping mereka. Berdehem, menarik perhatian. Tangannya pergi ke belakang badan, mengeluarkan selimut besar dari sana.

"Tadaa! Selimut besar!"

"Senku, kamu benar-benar berubah jadi Doraemon.." (Y/N) berkata tidak percaya melihat selimut besar yang tidak ada menjadi ada, sedangkan Shin berbinar kagum.

Selimut telah di bentangkan, Senku mendekat lebih rapat. Memindahkan si kecil ke pangkuannya agar lebih tinggi.

"Aku penerus Doraemon."

END

Bonus gambaran Yii kedinginan. Hasil dari picraw.

 Hasil dari picraw

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
It's Always You (Senku x Reader) √Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu