Chapter 91 - Ishigami Family 2

2.6K 305 35
                                    

Sakit

Suara batuk bergema di ruangan, Senku berbaring lemas di atas ranjangnya. Hidungnya memerah dan sesak, seluruh tubuhnya basah oleh keringat.

"Ini sangat menyebalkan." Senku bergumam.

Dia mengalami sakit, hingga dia sendiri juga tidak percaya itu. Panasnya sangat tinggi tadi malam, menderita flu hebat dan batuk. Di tambah lemas dan pusing.

Setelah sekian lama baru kali ini dia menderita sakit separah itu, biasanya hanya sakit biasa.

Kapan aku terakhir kali sakit separah ini?

Mungkin saat masih SD, entah kelas berapa. Senku tidak ingat lagi, satu hal pasti yang dia ingat. Byakuya yang selalu merawatnya.

Itu kali pertama Senku sakit sangat parah, Byakuya sangat panik meski dia pura-pura tenang. Laki-laki itu merawatnya dengan penuh sungguh-sungguh, bahkan dia tidak pergi ke kampus karena tidak ingin meninggalkan Senku kecil sendirian.

"Hei, Senku. Aku punya sebuah mantra agar kau sembuh." Byakuya naik ke atas ranjang Senku, berdehem. Mengabaikan wajah Senku yang menolak apapun mantra itu.

Byakuya mulai bernyanyi menggunakan nada lagu anak 'Rain Rain, Go Away'.

"Sakit, sakit pergilah. Jangan datang lagi. Senku ingin bermain. Sakit, sakit pergilah."

Sunyi. Senku ternganga, sedangkan Byakuya tersenyum lebar. Tidak lama anak itu tertawa tertahan karena sesak.

Hasilnya besok Senku sudah sehat kembali. Sejak itu apapun sakitnya, berapapun umurnya.

Byakuya akan selalu menyanyikan mantranya.

Senku mendengus geli, mungkin karena sakit membuatnya menjadi emosional dan mengingat kenangan lama. Ia menutup mata, memilih tidur dan berharap sakitnya lebih berkurang.

°°°

"Hei, Senku. Akhirnya kau tumbang juga, huh?"

Membuka mata, Senku memfokuskan pandangan pada seseorang yang menganggu tidurnya. Mata merahnya seketika melotot melihat seseorang yang duduk di atas ranjangnya.

Halusinasi?!

Byakuya tersenyum lebar seperti biasa dia lakukan, tangannya menepuk-nepuk puncak kepala Senku. Di sisi lain, Senku terdiam kaku.

Harusnya dia takut atau bingung tetapi, entah kenapa ia menikmati rasa hangat yang lama tidak ia rasakan dari Ayahnya.

"Ayah..?" Senku bahkan tidak sadar memanggil Byakuya Ayah.

Senyum Byakuya masih sama. Tidak merespon panggilan Senku, yang sangat berbeda dari biasanya.

"Sekarang kau sudah sangat dewasa. Aku bahkan sudah jadi Kakek, ya, hehe." Byakuya tertawa.

Senku tersenyum. Lalu kembali batuk, ekspresi Byakuya langsung khawatir. Dia lebih mendekat pada putranya. Senku memberi isyarat dia baik-baik saja.

"Senku."

"Apa kamu bahagia?"

Pertanyaan yang tidak di duga, Senku terkejut sebentar. Dia kemudian melirik foto keluarga di atas meja tepat di sampingnya.

"Aku bahagia."

"Aku memiliki seorang perempuan yang memberi seluruh sisa hidupnya untuk mendampingi dan mencintai ku. Dia gadis yang lembut, selalu tahu bagaimana cara menghadapi semua sifat dan perilaku ku. Selalu siap menopang ku bahkan di titik terendah ku."

"(Y/N) adalah kebahagiaan dan keberuntungan ku."

Byakuya masih tidak bereaksi, menunggu Senku mengambil nafas dan melanjutkan.

"Sekarang kami juga memiliki dia, kebahagiaan ku yang lain. Mirip sekali dengan ku, bahkan ia juga suka belajar sains. Sekarang aku mengerti posisi Ayah dulu."

Tertawa sebentar, Senku tersenyum lembut ketika membicarakan keluarganya.

"Shin adalah harta terbesar untuk kami."

Senyum lega dan lembut di tunjukkan Byakuya. Menepuk punggung Senku saat ia terduduk karena batuk dan sesak.

"Baguslah, Senku. Aku senang sekarang kamu sudah punya seseorang yang bisa kamu ajak berbagi."

"Ilmuwan kecil ku dahulu ternyata sudah jadi ilmuwan sebesar ini.. bahkan sudah memiiki keluarganya sendiri."

Membaringkan Senku kembali, Byakuya tersenyum bangga padanya.

"Sekarang aku akan memberi mantra agar kau cepat sembuh."

Mempersiapkan suara. Senku menunggu tenang, menahan tawa geli.

"Sakit, sakit pergilah. Jangan datang lagi. Senku ingin bermain. Sakit, sakit pergilah."

Menutup matanya, Senku seketika merasa sangat mengantuk.

"Terima kasih, Ayah."

"Cepat sembuh, Senku. Mereka sangat cemas menunggu mu kembali sehat."

°°°

Sinar matahari perlahan masuk ke dalam kamar, Senku mengerjapkan mata. Tenggorokannya tidak terasa sakit lagi, hanya hidung yang masih sesak.

Apa itu tadi? Mimpi? Halusinasi saat sakit?

Teringat kemunculan Byakuya, Senku menggelengkan kepala. Yakin itu hanya sebuah mimpi ketika sakit.

Meski begitu, rasa hangatnya tetap Senku rasakan. Mimpi tadi cukup untuk mengobati kerinduannya.

"Senku? Bagaimana keadaan mu?" (Y/N) membuka pintu, membawakan pudding coklat dingin.

"Lebih baik. Tersisa sesak hidung."

Meletakkan pudding di atas meja, (Y/N) memeriksa panas dan bersyukur itu sudah turun.

"Ayah!" Tamu kecil masuk ke kamar, (Y/N) tidak sempat melarang. Anak itu sudah masuk ke dalam selimut dan memeluk Senku.

"Shin, Ayah masih sakit." (Y/N) mengangkat Shin menjauh. Meletakkan di samping Senku.

"Yii khawatir sekali bersama Mama."

"Maaf sudah membuat kalian khawatir."

Pudding coklat di ambil, sendok kemudian di arahkan pada Senku. Shin bilang dia dan (Y/N) yang membuatkan pudding.

Rasa dingin dan manis coklat memenuhi mulut, Senku rasa itu lumayan untuk mengembalikan indera perasanya.

"Mama, ayo kita nyanyikan mantra agar Ayah sehat!"

(Y/N) tertawa, setiap si kecil sakit. Senku akan menyanyikan sebuah lagu kecil yang di sebut mantra yang di nyanyikan Byakuya saat ia sakit. (Y/N) kemudian mengangguk.

"Sakit, sakit pergilah. Jangan datang lagi. Ayah ingin bermain. Sakit, sakit pergilah."

Senku tertawa. Mantra manis yang di nyanyikan dua penyihir terbaik di hadapannya.

Mungkin ini sakitnya yang sangat parah tetapi, ini juga penyembuhan terbaik yang dia terima.

"Terima kasih."

Jangan khawatir, Ayah. Saat ini aku, sudah lebih dari bahagia.

Tiga pasang tangan saling tergenggam erat. Kebahagiaan tercetak jelas di wajah mereka, di bawah sinar matahari yang menambah kehangatan pada sore itu.

END

Di update malam ini karena kouta menipis, takut gak sempat update.

It's Always You (Senku x Reader) √Where stories live. Discover now