Chapter 62 - New Stone World

2.3K 385 56
                                    

Awal tahun kedua pembatuan.

Botol cairan kebangkitan dari sebelumnya sudah memiliki begitu banyak retakan, sehingga saat suara auman hewan liar bergema menuju mikrofon, menyebabkan pecahnya botol hingga isinya berjatuhan.

Cairan itu mengenai patung batu di bawahnya, menyebabkan keretakan dan bebasnya seseorang di dalamnya.

(Y/N) terdiam, melihat sekitarnya yang semakin banyak tumbuhan. Pemandangan yang semakin berubah, menyakinkan dia sekarang sudah setahun berlalu.

Masih dengan keadaan linglung, suara ombak membuat sadar akan adanya lautan di hadapannya.

"Aku.. bebas..?"

Terburu-buru berdiri, (Y/N) sesaat bingung harus melakukan apa. Sama sekali tidak menyangka cairan kebangkitan tepat mengenainya dan tidak meleset, pada awalnya dia hanya terpikir untuk sebisa mungkin tidak membuat sia-sia botol terakhir.

"Ini bencana!"

Mana ku sangka ternyata berhasil! Sekarang aku harus bagaimana?!

"Oke! Tenang, (Y/N). Tenang."

Mengambil nafas panjang, membasuh wajah dengan air laut. Menyembunyikan rasa panik mendadaknya.

Gawat sekali..

Kali ini aku.. benar satu-satunya manusia di dunia ini..

°°°

Satu hari telah terlewati, (Y/N) akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat Senku dan yang lain berada sebelumnya. Mengikuti jalan pantai yang dia coba ingat-ingat.

"Aku gila.." (Y/N) merengek pelan.

Berlutut kelelahan. Dia memandang lautan lepas, mengigit bibirnya menahan isakan yang ingin keluar.

"Jangan menangis.. ku mohon jangan menangis.."

Memeluk dirinya sendiri, air mata tertahan paksa di sudut matanya. (Y/N) membungkuk semakin dalam, berharap semua yang terjadi hanyalah sebuah mimpi.

"Bagaimana caranya aku bertahan sendirian.. Senku..?"

°°°

"Seharusnya aku tinggal lurus saja.. ternyata aku jatuh sejauh ini.."

Apa jangan-jangan aku yang semakin tersesat?!

(Y/N) memakan ikan tangkapannya, pikirannya tidak bisa tenang. Jika semua masih membatu dan tidak ada lagi cairan kebangkitan, mau tidak mau dia harus membuatnya dan membangkitkan Senku kembali.

"Apa aku masih ingat cara pembuatannya?"

Semoga aku masih ingat saat membantu Senku bekerja.

Melanjutkan perjalanan, (Y/N) menandai setiap pohon yang di lewati sebagai penanda. Berjaga dari kemungkinan tersesat.

Matanya mengedar ke setiap tempat, entah mencari apa. Terkadang dia duduk di tanah, mengeluh lalu kembali berjalan. Tidak lama kemudian mengejar hewan-hewan kecil yang terlihat.

"Itu?!" (Y/N) mendadak menarik sesuatu.

Saat melihat apa yang dia tarik, (Y/N) mendesah kecewa. Alih-alih patung batu salah satu temannya, yang dia dapat hanya patung batu musuhnya. (Y/N) meletakkan patung tidak di kenal itu ke tempat yang lebih aman, meninggalkannya di sana.

"Di pikir-pikir.. sekarang aku mulai stress.." (Y/N) menghela nafas lelah.

Kembali melanjutkan perjalanan, (Y/N) naik ke atas pohon, menyipitkan mata. Berusaha keras melihat ujung menara medusa yang samar.

"Oh, terlihat!" Bertepuk tangan sendirian.

"Oke! Ayo, semangat!"

Mengepalkan kedua tangannya, merubah wajah sendunya menjadi senyum kecil. Mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri.

°°°

Hari kelima, (Y/N) baru berhasil naik ke bagian atas dari jurang yang ternyata curam dan tinggi.

Tidak heran aku patah-patah saat itu.. seandainya tidak ada jaring-jaring tumbuhan, pasti aku sudah lebih parah.

"Aku.. jadi, ingin menangis lagi.."

Selama lima hari itu, (Y/N) mati-matian menahan tangisannya. Menahan rasa sakitnya, kesepiannya, takutnya. Meski terlihat sekuat mungkin, dia tetaplah lemah.

Terkadang dia ingin berteriak, menjerit. Melampiaskan semua emosinya. Seperti saat ini.

"Ini mengerikan! Sangat mengerikan! Menakutkan!"

Memegangi kepalanya dengan frustasi, (Y/N) mengigit bibirnya sendiri hingga berdarah. Menahan jeritan yang semakin ingin berloncatan keluar.

"Aku.. takut sendiri.. Senku.."

Pandangan matanya kabur oleh air mata, (Y/N) mengusap matanya. Berusaha melihat lebih jelas sesuatu yang familiar tidak jauh darinya.

"Patung batu? Jangan-jangan itu..!"

(Y/N) berlari cepat, mendekati sesuatu sejenis patung batu. Berharap kali ini patung seseorang yang dia kenal, dengan tangan gemetar dia membersihkan patung dari tanaman yang menghalangi.

"Oh!"

Suara tawa kecil terdengar, (Y/N) mengusap lembut wajah patung batu di hadapannya.

"Baru saja aku terpikir.. kalau kau sudah melupakan ku.."

Sebelumnya meski sekalut apapun keadaannya, (Y/N) masih dapat menekan segala luapan emosinya. Tetapi, saat sekarang dia akhirnya melihat wajah di depannya.

Semua pertahannya seketika itu juga runtuh.

"Maaf.. aku.. sudah tidak bisa menahannya lagi.."

Tangisannya keluar deras, memeluk patung batu yang dingin.

"Aku takut.. Senku!"

Sore hari itu, satu-satunya manusia hidup di dunia akhirnya menangis. Mengangkat kepalanya ke langit, menjerit sembari masih memeluk patung batu kekasihnya.

Sendirian, kebingungan, ketakutan, kesepian.

Bagi (Y/N), sejak hari pertama ia membuka mata. Itu adalah titik terendah dalam hidupnya.

"Aku harus bagaimana, Senku?! Aku harus bagaimana?!"

(Y/N) menunduk, menempelkan dahinya pada dada Senku. Membasahi patung batu dengan air matanya yang masih tidak berhenti.

"Kenapa.."

Mengangkat kepalanya. (Y/N) berbisik lirih.

".. kamu meninggalkan ku sendirian?"

Matahari sore itu hangat tapi, bagi (Y/N) dunianya tetap terasa dingin. Dan dia lemah terhadap dingin.

"Dunia ini bahkan terlalu besar untuk orang sekecil aku.."

"Aku membutuhkan mu, Senku.."

Sekeras apapun jeritannya, sederas apapun tangisannya. Tiada yang membalas ataupun menenangkannya.

Dia tidak berdaya menghadapi dunia yang besar sendirian.

TBC

sndrinaxy terima kasih untuk ide scenenya!

Entah kalian bisa ngerasain juga apa perasaan dari (Y/N) atau gak, buat ku pribadi. Menulis chapter ini sulit.

Karena (Y/N) berbeda dari Senku.

Kenapa chapter ini pendek? Aku mikirnya momen pertemuan mereka itu cocok untuk jadi penutup, karena itu aku putuskan biar di bikin pendek aja.

Chapter selanjutnya kita akan melihat (Y/N) berusaha bangkit kembali, menaklukkan dunia.

Btw, ada yang sadar kalo aku sekarang nambah judul arc nya?

It's Always You (Senku x Reader) √Where stories live. Discover now