48. ECCA & TERE

2.3K 190 41
                                    

Setelah kejadian pulang sekolah tadi, Bayu menceritakan hal itu kepada Mahesa, ia mengatakan jika Mecca benar-benar akan pindah sekolah. Dan saat ini mahesa duduk di lantai dengan bersandar pada tepian ranjang tidurnya, pandanganya kosong menatap jendela balkon kamarnya yang ia biarkan terbuka, agar ia bisa merakan udara dari luar rumahnya.

Pikirannya menerawang jauh pergi, kisahnya bersama mecca belum benar-benar di mulai tapi harus diakhiri. ini justru lebih sakit dari pada mengakhiri hubungan yang sudah pernah dimulai dan dijalani.

Mahesa tidak pernah berfikir jika akhir hubunganya akan seperti ini, ia yang baru saja belajar untuk merasakan apa itu cinta justru harus belajar merelakan.

beberapa kali mahesa menggusar rambutnya dengan kasar, lalu milihat sekilas ponsel yang ia taruh tak jauh dari dirinya, berharap notifikasi yang ramai dari gadis pengganggu itu datang lagi, berharap pesan-pesan yang ia kirimkan untuk mecca mendapatkan balasan, berharap semuanya bisa kembali seperti dulu lagi, namun sepertinya itu hanya sebuah mimpi yang tidak akan pernah terjadi lagi.

suara knok pintu yang terbuka membuat mahesa menengok ke arah belakang, "abang, abang gak mau makan?" tanya Ratih yang baru saja membuka pintu kamar Mahesa.

Ratih tau, anaknya itu sedang tidak baik-baik saja, karena sudah dua minggu ini mahesa selalu mengurung diri di kamar.

"Nanti aja bun, abang belum laper," jawab Mahesa.

"ngak laper beneran ? apa lagi galau brutal?" tanya Ratih, gini-gini ia juga masih gaul ya!

"belum laper beneran bun," kata ulang mahesa.

ratih berjalan mendekat, lalu duduk di tas kasur mahesa, sekarang posisi mehesa berada duduk di bawahnya. "Bunda tau kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama bunda," kata ratih sambil mengelus lembut rambut putranya itu.

mahesa menggeleng, "enggak, abang ga ada masalah."

"bunda bukan nara ya, yang bisa kamu boongin, bunda tau anak bunda gimana."

"Mecca kan?"

dengan lemah mehesa mengangguk. "abang yang salah."

"kalo abang udah tau abang salah, abang minta maaf."

"udah tapi ga di maafin, kesalahan abang banyak, abang gatau lagi harus apa biar mecca mau maafin abang."

"Bunda cuma mau bilang, memaafkan bukan harus tentang saling baikkan lagi, mengiklaskan itu juga memaafkan loh, tapi mungkin masih ada betas di antaranya, ada yang ia jaga biar pondasi yang sudah ia bikan ulang tidak kembali runtuh."

"Sekarang bunda tanya, abang mau melihat oranag yang abang sayang balik lagi sama abang, tapi dianya merasa sakit?"

mahesa menggeleng.

"itu tandanya, saatnya untuk merelakan. abang pasti bahagia kan ngelihat mecca bahagia?"

mahesa mengangguk.

"pinter, sekerang ngomong sama hati abang, kalo abang harus bisa merelakan sesuatu yang memang saatnya untuk pergi, abang ga bisa menahan semuanya untuk abang."

////////

"Tere marah sama Ecca," ucap Ecca pada Regan, saat ini kedunya sedang duduk bersama didepan televisi.

"Karena?" tanya Regan.

"Ecca belum kasih tau kalo ecca mau pindah, karena ecca belum siap baut kasih tau ke tere."

"terus sekarang mau giamana?"

"ya ecca mau baikkan lagi sama tere abang!!!! tolongin ecca dong!!!!"

"yaudah kamu ngomong aja ulang ke tere, kalo kamu mau pindah ke sekolah abang."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mahesa: ImprecationWhere stories live. Discover now