Karena sumpah serapah yang diberikan Medina, Mecca yang notabenenya seorang playgirl di Amerta. Kini menjadi sulit untuk mendapatkan 'pacar' terlebih untuk mendapatkan hati seorang Mahesa si sulung kaya raya yang dijuluki sebagai sultan Amerta, pemi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1.5 Rasa yang berbeda
"Assalamu'alaikum, Ecca pulang," salam Ecca dengan suara lemas memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam, Ecaa....," Panggil Mira.
"Kenapa Bun?" Tanya Mecca dengan nada lemah.
"Kok anak Bunda, cemberut gitu sih? Kemana wajah cerianya?" Mira berjalan menghampiri Mecca, menaruh kedua tangannya untuk membingkai wajah Mecca.
Mecca tersenyum hambar, "gak papa kok, Ecca capek lemes aja, kayaknya kurang minum sama istirahat," jawabnya bohong.
"Mau kita ke rumah sakit?" Tawar Mira.
Mecca melepaskan tangan Mira dari wajahnya, "Bun...Ecca cuma butuh istirahat, gak usah berlebihan deh."
"Yaudah kalo gak mau, tapi nanti minum vitamin ya?"
Mecca mengangguk, "iya nanti Ecca minum, Ecca ke kamar dulu ya," Pamitnya berjalan masuk ke dalam kamar.
Mecca duduk di pinggiran tempat tidur, lalu melepaskan tas ransel yang menggantung di pundaknya. Helaan nafas terdengar kasar sambil ia melepas sepatunya. Mecca menatap kosong ke arah jendela kamarnya sampai dering ponsel membuyarkan.
"Hallo Tete," ucapnya mengangkat panggilan itu.
"Ca, udah ya jangan mikirin Mahesa lagi."
"Tapi...."
"Ca, cukup lo jatuhin harga diri buat kejar-kejar dia, buktinya selama ini dia gak kasih respon baik kan?"
"Apa secepat ini Ecca harus berhenti? Kalo gitu Ecca gak bisa buktiin dong kalo Ecca bukan gadis kutukan."
"Kalo Lo cuma sekedar mau buktiin sumpah si Medusa, masih banyak cowok lain gak hanya Mahesa."
"Tapi Ecca maunya ka Mahesa gimana dong?"
Terdengar helaan nafas di sebrang sana, "dengerin gue ya ca, Ma...."
