Bab 28

671 175 55
                                    


Membeli beberapa keperluan rumah tangga dan juga beberapa cookies, roti dan selai. Jennifer berniat untuk mengunjungi ibu pengasuhnya, ada beberapa hal yang ingin ditanyakannya kepada wanita yang sudah mengasuhnya sejak kecil sampai ia ke London. Ya, memang ia diasuh oleh ibu Jiyeon dengan baik, tetapi meski demikian bully-an yang didapatnya dari Chaerim serta Yeena tak terelakan. Ibu asuhnya melindunginya serta membela, namun apalah arti pembelaan sang ibu asuh jika tahta berbicara. Acap kali, ia di hukum dan ibu asuhnya diam-diam melarikannya dari hukuman itu.

Pedih jika mengingat semua itu, akan tetapi Jennifer senang karena ibu asuhnya amat baik kepadanya. Ia tahu bahwa wanita itu bekerja hanya untuk dirinya, setelah ia dikirim ke London, ibu asuhnya berhenti bekerja meski ditawarkan pekerjaan lain.

Wajar baginya membalas kebaikan wanita itu. Dia adalah sosok ibu bagi Jennifer, mendapat kasih sayang pertama dari seorang wanita. Jadi, ia selalu membawa sesuatu untuk sang ibu asuh. Kadang ia juga mengirimkan uang atau mengirim barang ke apartemen kecilnya.

Kali ini, Jennifer cukup rindu dengan sosok wanita itu. Ia berpakaian dengan rapi dan berdandan dengan cantik. Sehingga sang ibu asuh melihat bahwa ia baik-baik saja. Ya, ketika ia kemari pun ia menunjukan hal yang sama. Namun, bolehkah kali ini Jennifer berharap tidak ada Jiyeon di apartemen sang ibu?

Perlahan ia memasuki area apartemen sederhana, dengan membawa dua kantong plastik besar belanjaan. Ia meletakan salah satu kantong belanja hati-hati dan memencet tombol lift. Hal serupa ia lakukan ketika sudah masuk ke dalam lift. Menunggu pintu lift terbuka setelah ia menekan nomor lantai dimana unit apartemen ibu asuhnya berada. Kala pintu lift terbuka Jennifer bergegas keluar lift dan menuju ke unit apartemen.

Ia meletakan kembali kantong berisi belanjaan dan memencet bell yang ada, tidak berapa lama menunggu pintu terbuka dan Jennifer langsung menyunggingkan senyum kepada sang ibu asuh.

"Ibu," panggil Jennifer dengan riang.

Jin Kyung tersenyum lebar melihat Jennifer dan langsung mengambil kedua kantong belanja, ia tidak mengharapkan anak asuhnya membawa sesuatu ketika kemari, cukup Jennifer saja ada itu membuatnya senang sekali. "Sudah Ibu katakan jangan membawa macam-macam, kau ini!" peringat Jin Kyung dan membawa Jennifer masuk ke dalam apartemennya.

"Aah ini hanya sesuatu yang kecil. Ibu apakah Jiyeon Eunni ada di sini?"

Mengernyitkan kening, Jin Kyung menatap lekat Jennifer. Ia bingung dan menatap Jennifer dengan lekat. "Jiyeon? Bukankah kau dan dia tinggal bersama? Kau tidak tahu dia kemana?"

Nah, mendengar itu Jennifer terkejut sekali. Ia tidak tinggal bersama Jiyeon. Sungguh! Ia di mansion dan wanita itu tidak ada mengatakan apa-apa. "A-apa maksud Ibu? Tinggal denganku?"

Wajah Jin Kyung seketika berubah, apa kah Jiyeon berdusta dengannya. Ia segera meletakan kantong belanja ke lantai dan menarik Jennifer untuk duduk di sofa seadanya. "Jae, kau dan Jiyeon tidak tinggal bersama?"

Jennifer menjilat bibirnya, sejak awal Jennifer tahu bahwa Jiyeon memiliki apartemen sendiri yang dihasilkan dari kompensasi perceraian dengan Yunho, itu maksudnya. Tapi, mengapa ibu asuhnya mengatakan Jiyeon tinggal dengannya. "Aku tinggal di mansion selama ini, Bu. Aku tidak diizinkan Papa tinggal ditempat lain."

Seketika Jin Kyung mengusap wajahnya. Ia seharusnya mengingat bahwa Namgil sangat protektif dengan Jennifer. Seharusnya ia tidak percaya kala Jiyeon berkata tinggal dengan Jennifer di apartemen bahkan ia tidak tahu dimana anaknya itu tinggal sekarang. "Apakah kau tahu dimana dia—"

"Ibu tenang dulu," Jennifer menyela, ucapan Jin Kyung sangat cepat. Ia tidak ingin ibu asuhnya ini kebingungan. "Biar kuperjelas, semenjak aku tiba di Seoul, Eunni mengatakan bahwa ia memang tinggal di apartemen berbeda dengan Ibu, bukankah ketika menikah juga Jiyeon Eunni tinggal terpisah dengan Ibu?"

"Menikah?!" Jin Kyung terbelalak, sejak kapan Jiyeon menikah? Ia bahkan tidak tahu sama sekali. Anak itu memang jarang kembali ke rumah. Jiyeon beralasan karena pekerjaannya sehingga tinggal menumpang di apartemen temannya yang dekat dengan kantornya. Namun, tidak pindah permanen karena sesekali anaknya itu masih muncul di apartemennya. Lalu, Jiyeon mengatakan tinggal dengan Jennifer.

Sungguh, Jin Kyung sangat terkejut dengan sikap anaknya. Apa sebenarnya yang dilakukan Jiyeon diluar sana sehingga berbohong kepadanya.

"Uungh Eunni mengatakan dia menikah lalu datang ke London menangis-nangis mengadu kepadaku karena bercerai, kemudian aku kembali dengannya, sejak kembali aku menetap di mansion, Bu. Jadi, Ibu tidak tahu bahwa Jiyeon menikah?"

Menggeleng, ini tidak mungkin. Siapa yang diminta Jiyeon sebagai wali, dan lagi Jiyeon tidak pernah berkata dia sudah memiliki suami. "Jaejoongie, itu pasti bohong! Dia tidak pernah mengatakan sudah bersuami dengan Ibu. Jangan percaya Jiyeon dengan cepat, dia cukup berubah dari yang kau tahu, ah iya apa dia meminjam uang darimu?"

Menggeleng, sekarang Jennifer yang bingung. Tetapi, Jiyeon memang tidak pernah meminjam uang kepadanya, kecuali tas branded yang dibawa dan dipinjam Jiyeon ketika mereka ke Seoul. Itu pun tidak dipermasalahkan Jennifer, ia menganggap memberi tas itu karena Jiyeon sangat menyukainya. "Tidak ada Bu, Eunni tidak pernah meminjam uang denganku, apa Eunni—"

"Syukurlah, jangan pinjamkan dia uang jika dia meminjam uang kepadamu, Ibu hanya tidak ingin dia meminjam kepada siapa saja karena gaya berpakaiannya nampak seperti wanita kaya!"

Ya, perlu Jennifer akui bahwa Jiyeon berpakaian dengan sangat bagus, modis dan elegan. Namun, ia tidak pernah curiga kenapa dan mengapa. Setiap wanita berhak mempercantik dirinya dan menyenangkan diri sendiri. Ia juga mengira itu uang kompensasi dari perceraian dengan pacarnya sekarang.

"Uungh apa Ibu pernah mendengar nama Jung Yunho?" Jennifer bertanya hati-hati.

"Tidak pernah, Nak. Kenapa?" Jin Kyung memandang polos Jennifer.

"Ah tidak apa-apa, aku mengira Ibu kenal."

"Apa kau kenal?"

"Iya Bu, dia CEO perusahaan besar. Jangan bilang siapa-siapa termaksud Jiyeon Eunni, Papa akan meresmikan hubunganku dengannya," sengaja Jennifer mengatakan ini, ia hanya ingin tahu apa ibu asuhnya berpihak padanya 100% atau kah tidak. Sejauh yang dikenalnya Jin Kyung tidak akan mengatakan rahasianya jika tidak menyangkut tentang anaknya. Toh, ia tidak menyebut Yunho mantan suami Jiyeon. Maksudnya pria yang diakui wanita itu mantan suami brengsek.

"Eunni aku—"

Suara pintu terbuka bersamaan dengan ucapan terhenti tadi cukup mengejutkan Jennifer dan Jin Kyung. Wanita paruh baya itu langsung berdiri dari sofa dan menatap seorang wanita yang tergamam di ambang pintu. Sementara Jennifer hanya memandang sekilas dan bingung kala melihat keadaan menjadi canggung.

"Aah, itu adalah teman Ibu, Jaejoongie," Jin Kyung segera berucap dan tersenyum tipis.

Jennifer mengangguk pelan, ia segera berdiri dan tersenyum, "Senang bertemu dengan Bibi, namaku Kim Jaejoong."

Jin Kyung memandang kepada sosok wanita yang masih di ambang pintu, lantas mengulum senyum. "Duduklah Jaejoongie, Ibu akan menjamumu dahulu."

Lagi, Jennifer mengangguk, ia pun merasa sudah cukup mendapat jawaban dari ibu asuhnya, bahwa sang ibu tidak tahu bahwa terjadinya pernikahan antara Jiyeon dan Yunho. Ia harus mengulik lagi ke teman-teman lainnya. Jennifer melirik kepada wanita yang duduk di seberang sofa yang di dudukinya, ia merasa wanita teman ibu asuhnya ini terus memandanginya dengan lekat.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 35 komentar ya genk!

Ini nanti aku mau kasih spill cast ya, sekalian spill mau quantity order.

.
.
.

The SecondOn viuen les histories. Descobreix ara