Bab 25

763 177 34
                                    

Jennifer terkejut ketika mobil Yunho memasuki area perumahan mewah. Ia menatap pria itu dan memicingkan mata, tetapi Yunho hanya tertawa pelan dan terus mengemudikan mobil menuju sebuah rumah. Pria itu hanya membunyikan klakson mobil lantas pintu pagar besi itu terbuka. Halaman luas langsung menyambut kedatangan mobil Yunho. Jennifer merasa atmosfer mulai panas, ia mengibaskan tangannya kemudian mendesah pelan.

"Ini rumahmu kan?" tanya Jennifer tidak sabar karena sepatah kata pun tak keluar dari Yunho untuk penjelasan.

"Tenang Baby, orang tuaku tidak akan galak denganmu," sahut Yunho, seolah bertemu dengan orang tua pasangan tidak perlu mempersiapkan banyak hal.

Menggeleng, Jennifer bersandar ke jok mobil. Ia akan melakukan aksi tidak turun dari mobil. Astaga, yang benar saja? Yunho mengajak ke rumahnya bertemu orang tuanya sementara dirinya hanya seperti ini? Jika Yunho mengatakan dari awal ia pasti akan memakai pakaian formal, dan sesuatu untuk dibawakan, tapi sekarang ia tidak membawa apa-apa dan ini cukup membuat Jennifer malu.

"Turunlah, Sayangku," ujar Yunho setelah memarkirkan mobil di tempatnya.

Lagi, Jennifer menggeleng. Apa yang akan dikatakan kepada orang tua Yunho tentangnya, ia sungguh tidak memiliki muka bertemu mereka. Mengapa Yunho mendadak mengajak ke rumahnya. Ia nervous sekali, pria itu tidak akan pernah mengerti. "Tidak mau, kau tidak melihat bagaimana penampilanku, apa yang kutenteng? Aku tidak membawa apa-apa!"

Tersenyum, Yunho kemudian menutup pintu kemudi mobil dan berkitar berjalan ke sisi mobil. Jennifer menyadarinya dan baru saja ia hendak mengunci pintu mobil, Yunho lebih dulu membukanya.

"Aku tidak mau, Yunho. Aku tidak bisa!"

"Kim Jaejoong, orang tuaku menunggu-nunggu kedatanganmu, sejak ayahku tahu bahwa aku memiliki kekasih, dia mendesak agar aku segera mengenalkan kepadanya, kumohon Luv," Yunho bersuara pelan bak memohon. Wajahnya pun terlihat demikian.

Tetapi, Jennifer masih merasa insecure. Bagaimana jika tanggapan mereka kepadanya tidak sebaik yang diperkirakan Yunho? Lalu, ia akan ditunjukan sikap sinis. Jennifer tidak mau jika ia sampai ditolak. Cukup, ia ditolak oleh orang-orang yang tidak menyukainya dalam keluarganya saja, keluarga calon suaminya jangan.

"Hon, aku tidak—"

"Tidak apa-apa, mereka tahu bahwa aku menculikmu kemari," Yunho menyela, ia mulai menyelipkan tangannya ke kaki Jennifer sebelum wanita itu terbelalak ketika ia mengangkat perlahan tubuh Jennifer.

"Yunho, turunkan aku!" Jennifer nyaris menjerit, ia menahan suaranya agar tidak menimbulkan keributan. Memukul-mukul pelan bahu Yunho, Jennifer lantas berucap, "Baiklah, turunkan aku sekarang!"

Ia memberengut meski Yunho sudah menurunkannya. Pria itu dengan segera menyugar rambutnya kemudian menggenggam tangan Jennifer dengan erat.

"Jangan memasang wajah seperti itu, hmm?" pinta Yunho, dan segera kekasihnya itu mengumbar senyum selebar-lebarnya. "Astaga, Sayang."

"Iya, iya, baik. Aku mengerti," Jennifer ingin sekali kembali memberengut, tapi ia harus memasang wajah cantik dan mencoba bersikap profesional bak biasa ia menemui temannya dan ada orang tua mereka. Tetapi hal itu cukup sulit karena mengingat yang ditemui adalah orang tua kekasihnya. "Kau jangan kemana-mana, tetap di sisiku, uumh?"

"Tentu saja, aku tidak akan beranjak dari sisimu," sahut Yunho, ia memahami bahwa pacarnya ini nervous, tangan Jennifer dingin. Dan sebagai kekasih yang baik, ia harus disisi Jennifer jika salah satu orang tuanya menekan Jennifer. Namun, ia rasa mereka tidak akan demikian. Sudah jelas di ketahui bahwa kekasihnya adalah putri dari Kim Namgil.

"Ummh," Jennifer bergumam, ia semakin mengeratkan pegangan  tangan dengan Yunho.

Mulai memasuki area balkon besar, Jennifer menggigit bibir bawahnya. Tepat saat masuk ke dalam ruang tamu yang elegan dan terkesan mewah, dua orang tua Yunho sudah duduk di sana. Apakah mereka sudah menunggunya sedari tadi. Jennifer langsung sigap berdiri dan mengumbar senyum kepada keduanya.

"Ayah, Mama ini kekasihku, Kim Jaejoong," Yunho tersenyum sumringah dan tanpa basa-basi langsung mengenalkan yang tercinta.

JiAh langsung berdiri dan mengumbar senyum kepada Jennifer. Mendekat, ia lantas menyentuh pipi Jennifer dengan kedua tangannya. "Astaga, calon menantu Mama sangat cantik, Yun."

Pujian itu jelas terang-terangan dengan rasa senang luar biasa diutarakan JiAh. Bagaimana tidak senang, akhirnya keinginannya untuk mendapat menantu setara dengan mereka akan tercapai. Ia bagaikan diberikan hadiah paling indah oleh sang anak.

"Te-terima kasih Bibi," ujar Jennifer dengan suara pelan dan malu-malu.

"Bibi? Oh tidak, Nak. Mulai sekarang kau adalah calon menantuku yang resmi, jadi tidak perlu sungkan kau sudah harus membiasakan untuk memanggilku Mama, hmm?" JiAh begitu antusias, ini kali pertama Yunho membawa wanita yang benar-benar sesuai kriterianya. Suaminya sendiri mengatakan bahwa Kim Namgil mewanti-wanti kepada sang suami, agar Yunho tidak bermain-main dengan anaknya. Hal itu sudah dikonfirmasi dengan baik bahwa wanita ini memang pilihan yang tepat, tidak seperti yang sebelum-belumnya.

Mendengar penuturan JiAh demikian, jelas saja membuat wajah Jennifer memerah, ia melirik Yunho dan pria itu hanya mengangguk. Ia pun tidak bisa menolak, "Uumh baik, Ma."

Rasanya canggung sekali, ini baru pertama kali ia menyebut seseorang dengan panggilan penting ini. Dengan ibu Jiyeon, Jennifer memanggil Ibu. Lalu, Chaerim? Pernah ia memanggil mama, tetapi wanita itu jelas langsung tidak terima dan tidak membolehkannya memanggil dengan sebutan indah itu lagi.

"Aah rasanya menyenangkan sekali," ujar JiAh. "Ayo Nak, duduk lah dahulu. Mama ingin mendengar bagaimana Yunho bisa meluluhkanmu yang sangat cantik ini."

Lagi, senyuman malu-malu terukir dibibir Jennifer. Ibu dan anak rupanya pandai merayu. Atau kah jurus gombal Yunho menurun dari ibunya, bukan dari ayahnya? Entahlah, ia pun baru pertama berjumpa kedua orang tua Yunho, jadi belum bisa menilai banyak.

"Terima kasih, Ma. Tapi, aku yakin mantan terdahulu Yunho pun begitu cantik," ada keberanian dari mana sehingga Jennifer tiba-tiba mengatakan demikian, namun ia teringat Jiyeon. Apakah Jiyeon dahulu pun pernah dipuji seperti ini, jujur bukan mengambilkan sikap untuk Jiyeon, melainkan untuk dirinya sendiri.

"Astaga, Nak. Mantan pacar Yunho?" JiAh menatap heran Jennifer, kemudian menggeleng. Ia membawa Jennifer duduk di sofa panjang dan membelai lembut rambut Jennifer.

"Tidak ada yang secantik Jaejoongie, iya kan Ma?" Yunho terkekeh pelan, memahami bahwa mungkin pacarnya sedang cemburu dengan mantan terdahulu, ya ia mengartikan demikian.

"Mereka cantik, tapi tidak secantik kau, Jaejoongie. Terutama, kau adalah yang spesial, ayahmu akan mengajakku duel jika Yunho tidak menikahimu," Woosung terkekeh pelan, ia teringat obrolan dengan Woosung tentang kedua anak mereka. Namgil meminta, agar keduanya segera menikah setelah Hyunbin dan kekasihnya menikah. Ia pun sebagai ayah dari pihak pria menerima saja tuntutan itu, lagi pula Namgil bukan lah klien bisnis biasa baginya. Mereka menjalin relasi cukup lama.

"Papa berkata begitu?" Jennifer tak percaya, tetapi tidak mungkin ini joke kan? Walau Woosung nampak terkekeh.

"Benar sekali, jadi Nak katakan kepada kami jika Yunho membuatmu kecewa atau menangis, kami pasti akan membelamu," sahut Woosung dengan serius.

Jennifer merasa malu karena ayahnya memang selalu selangkah di depan dirinya. Ia melirik Yunho, dan pria itu terlihat tersenyum. "Aku pasti akan melaporkan pada Pa—Ayah dan Mama jika Yunho Oppa berulah."

"Bagus, laporkan saja. Jangan sungkan Sayang," JiAh tersenyum lebar, ia tidak sabar memamerkan betapa cantik dan berkelasnya calon menantunya kepada teman-temannya.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules, 35 komentar.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang