Bab 41

689 164 47
                                    

Pintu ruangan Woosung terbuka dengan kasar, wajah pria itu spontan mendongak dan menatap ke ambang pintu. Yunho, sang anak masuk dan membanting pintu dengan tidak sabar, membuat Woosung bingung. Ia meletakan bollpoin dan berdiri, wajah Yunho terlihat mengeras dan belum-belum Woosung berbicara menanyakan apa yang sedang terjadi, Yunho lebih dahulu berucap dengan tidak sabar kepadanya.

"Ayah, apa yang sedang mama lakukan? Sungguh keterlaluan, mama menemui Jaejoong dan mengatakan Jaejoong anak haram, apakah mama ingin membuat semuanya berantakan?!"

Terjengit, Woosung lebih terkejut mendengar hal ini ketimbang sikap tidak sopan Yunho tadi. Apa tadi yang dikatakan Yunho, JiAh mengatai Jennifer anak haram? Astaga, apa sebenarnya yang sedang terjadi, ia tidak tahu apa-apa bahkan ia dan Namgil sudah berdiskusi untuk menetapkan pesta pernikahan anak mereka yang berhelat dua pekan dari Hyunbin.

"Apa Yunho? Mamamu berkata begitu kepada siapa?" sedikit tidak percaya, Woosung bertanya lagi.

"Jaejoong, Mama menemui Jaejoong dan mengatakan dia anak haram memintanya agar dia menjauhinya, aku tidak mengerti apa yang sedang dicari Mama?" Yunho mendengus, ia mondar mandir di ruangan besar sang ayah. Tidak paham, apa yang sebenarnya JiAh lakukan. Bukankah Jennifer kandidat kuat menjadi menantu keluarga Jung, lalu apa lagi sekarang?

Sungguh, ia marah sekali. Lebih lagi kala Jennifer mengatakan ditelepon tadi bahwa sepertinya wanita itu harus melakukan yang dikatakan ibunya. Demi apa saja, itu tidak akan ia biarkan. Yunho, tidak akan melepaskan Jennifer, setelah apa yang sudah mereka lalui bersama, dan semudah itu? Tidak, ia tidak mau lagi berkelana mencari cinta, wanita yang pas sesuai dengannya dan direstui. Well, Jennifer sudah satu level dengannya dan entah mendapat rumor dari mana sehingga JiAh bak berpaling hati dari restu yang sudah diberikan.

"Mamamu, Ayah akan mengurusnya. Kau dan Jaejoong diam saja," ujar Woosung, karena hanya ia yang bisa mengurus JiAh. Bagaimana juga sikap JiAh keterlaluan, bagaimana jika Namgil mendengarnya? Semua bisa kacau. Bisnisnya bisa terbengkalai, apa lagi proyek kerjasamanya dengan perusahaan pria itu tidak sedikit.

"Bagaimana aku bisa diam? Jeje tidak bisa kuhubungi lagi setelah kami berbicara di telepon, dia mengatakan mungkin mama benar bahwa ia anak haram dan tidak pantas untukku. Astaga Ayah, bagaimana jika dia mengandung anakku!"

"Apaaa?!" Woosung nyaris berteriak, ia terfokus pada ‘mengandung anakku’.

"Apanya?" Yunho tidak tahu harus bagaimana ia bagaikan sedang menemukan titik buntu.

"Kau dan Jaejoong sudah—"

"Kami akan segera menikah, hal itu begitu saja terjadi, aku tidak tahu apakah Jaejoong akan mengandung atau tidak, tapi aku tetap tidak akan melepaskannya. Mama membuatku semakin marah. Apa mau mama? Ingin wanita satu level lantas sekarang apa lagi!"

Baiklah, Woosung tidak akan mempermasalahkan hubungan yang sudah terjadi antara anaknya dan Namgil. Mereka memang suka sama suka dan dewasa, tapi Yunho benar bahwa sang anak tidak bisa lepas dari Jennifer. Ia akan kembali dan berbicara dengan JiAh.

"Ayah akan menemui mamamu, akan Ayah urus semuanya, tenang lah!" Woosung berusaha membuat Yunho tenang, ia mendesah pelan dan menatap meyakinkan sang anak.

———

"Miss Kim, Mr. Jung Yunho memaksa bertemu dengan Miss, apa aku membiarkan dia masuk?"

Interkom yang baru saja diterima Jennifer menginformasikan kedatangan sang pacar. Ia sengaja bermain tarik ulur. Ingin melihat secinta apa pria itu dengannya di saat seperti ini. Well, selama ini ia menilai bahwa Yunho pasti akan menuruti perkataan sang ibu. Mulai dari deretan mantan kekasih pria itu yang langsung dibuang ketika tidak satu level. Sekarang ia hendak tahu apakah Yunho masih mengusung konsep mematuhi orang tuanya. Bisa dikatakan ia sudah lulus syarat menjadi menantu mereka iya kan? Dan nampaknya JiAh mencari-cari sisi negatif dirinya dengan mencerca bahwa ia anak haram. Tidak ada anak haram yang diakui terang-terangan seperti dirinya. Wanita itu kasar sekali. Jennifer merasa bahwa ia tidak perlu segan-segan mencuri Yunho dari ibunya.

"Biarkan masuk," sahut Yunho dan ia tersenyum tipis. Melihat kepada dokumen yang sudah nyaris ia selesai periksa, Jennifer duduk dengan manis di kursi empuknya, tak lama pintu ruangannya terbuka dan menunjukkan sosok Yunho masuk ke dalam ruangannya.

"Kau memblokir nomorku?"

Pertanyaan itu langsung ditanyakan Yunho dengan tidak sabar. Bisa-bisanya semua nomor miliknya di blokir oleh wanita ini. Ia tidak terima dan mendekat pada Jennifer.

"Ah aku hanya membatasi hubungan dengan mantan—"

"Apa yang kau bilang?!" Yunho mendesis dan menatap kepada Jennifer dengan lekat.

Sejujurnya wajah Yunho membuat Jennifer takut, apa lagi tatapan mata pria itu yang berkabut. Ia menatap Yunho dan menggeleng pelan. "Kau juga melakukan hal yang sama kala itu, bagaimana rasanya di blokir Mr. Jung?"

Ia sengaja mengatakan demikian, memangnya Yunho saja yang bisa semena-mena terhadapnya. Sekarang ia memegang lebih banyak senjata dibanding Yunho. Ia sama sekali tidak gentar.

"Sayang, lain dulu lain sekarang, aku tidak ingin membahas yang dulu, sekarang buka semua blokir nomorku!"

Memerintah, Jennifer hendak berdecih dan hendak tertawa juga. Ia masih menatap Yunho dan kemudian berucap, "Ibumu memintaku menjauhimu, dia tidak mau memiliki menantu sepertiku jadi alangkah baiknya jika kau mencari wanita yang memenuhi standar ibumu tentang menantu!"

"Fuck! I don't care!" sahut Yunho dan membuat wanita ini terkejut karena sejurus kemudian ia menyentuh dagu Jennifer dan membuat wanita itu menatapnya lurus tanpa menghindar. "Apapun yang terjadi, aku tetap akan menikahimu!"

Nah, sepertinya Yunho sudah terlalu cinta kepadanya. Ia senang karena pria itu memilih dirinya dibanding ibunya. Bukan ingin mengadu anak dan ibu, tapi ibu Yunho memang keterlaluan sekali. Barangkali banyak wanita yang juga kesal dengan ibu kekasihnya ini.

"Apa jika aku tidak mengandung anakmu pun kau tetap akan menikahiku?"

"Tentu saja!" sahut Yunho dengan lantang.

Jennifer mengulum senyum dan menjauhkan tangan Yunho dari dagunya. Ia berdiri dan menatap lekat Yunho, "Baiklah, aku akan membuka blokir nomormu."

"Hanya itu?"

"Lalu apa lagi?"

"Kau sudah membuatku berantakan hingga kemari dengan mengebut."

"Oh, maaf," sahut Jennifer dengan santai dan ia mengotak atik ponselnya membuka blokir nomor Yunho.

"Hanya itu?" ulang Yunho lagi.

"Lantas apa?"

"Tidak ada ciuman?"

"Hah?" Jennifer terkejut, bukan saatnya bersikap mesra sekarang.

"Kenapa? Aku hanya menuntut hakku saja."

"Kau mulai tidak baik-baik saja, kembali ke kantormu dan bekerja lah dengan baik, aku tidak mau calon suamiku pengangguran!" menggeleng pelan, Jennifer mendorong tubuh Yunho, nampaknya raut wajah pria ini sudah berubah dan jauh lebih berseri ketimbang yang tadi.

"Aku tidak mau putus darimu apapun cobaan kelak datang pada kita, jadi berikan aku vitamin dahulu, Baby Je."

Yunho merengek dan membuat Jennifer terkejut dengan sikap tidak biasa kekasihnya ini. Ia menatap Yunho, wajah pria itu memelas sekarang. Ia tidak tega dan mengecup bibir pria itu.

"Jangan sampai papaku dengar tentang olokan ibumu kepadaku, dia bisa marah sekali, cepat selesaikan, Hon!" ujar Jennifer dan memeluk Yunho dengan erat.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 35 komentar.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang