Bab 43

638 162 42
                                    

Seharian bersama Yunho, Jennifer benar-benar bagai menyiapkan pernikahan dadakan. Hyunbin saja mempersiapkan ini cukup lama, sementara ia bagai di gas dan harus memutuskan secepat mungkin pilihan untuk apa yang akan mereka beli. Dari gaun yang dipesan dan diminta selesai cepat, suit, hanbok, dan gaun sampingan lainnya. Ia juga harus memilih sepatu cantik dan nyaman dengan cepat. Cincin couple, dan banyak lagi. Mengenai wedding organizer, Jennifer tidak ingin menanyakannya. Ia sudah merasa bahwa ini sangat-sangat luar biasa cepat.

Memang Jennifer tidak ingin kehilangan Yunho, namun juga ia tidak tahu efek dari hubungan lebih maju akan seperti ini. Oh sungguh, mengapa mereka tidak bisa santai saja. Sebagai pihak wanita Jennifer tidak bisa berkutik, apa lagi sang ayah sudah menyetujui semua ini. Ia tidak bisa merengek seperti biasanya.

Jennifer menatap Yunho, entah mengapa mereka kembali ke hotel tadi, padahal barang belanjaan di mobil pria itu cukup banyak. Kenapa tidak mengantarnya ke rumah saja. Namun, Jennifer juga harus membicarakan hal penting yang menurutnya Yunho harus menyetujui keinginannya ini.

"Aku tidak ingin melakukan hal itu jika tujuanmu ke hotel adalah itu!" dengan tegas ia menolak lebih dahulu jika Yunho check in.

Menoleh, Yunho menggeleng. "Tidak, kita makan dahulu."

"Harus kembali ke restoran tadi?" memutar bola matanya, Jennifer rasa ini hanya modus. "Aku tidak minum wine dan minuman beralkohol lainnya, dilarang Papa!"

"Astaga, kau curiga sekali? Padahal ketika di Jeju kau lah yang memulai segalanya, aku heran," Yunho berucap juga cukup tegas, dan pria itu kembali geleng-geleng kepala.

Ugh, itu benar! Di Jeju Jennifer lah yang memulai. Tapi, maksudnya ia tidak mau melakukan itu sementara ibu Yunho bersikap kurang ajar. Jadi, mungkin sedikit jual mahal atau juga ia tidak ingin semua hal kembali tergesa-gesa lagi. "Jangan bahas itu, aku ingin membahas sesuatu denganmu Oppa!"

Yunho mengangguk, ia menarik sebuah kursi untuk di duduki Jennifer, wanita itu duduk dan Yunho mengangguk lagi kepada sang waitress, ia sudah memesan tempat dan juga menu untuk dinikmati bersama sang kekasih. "Apa yang ingin dibahas?"

Mendesah pelan, Jennifer meletakan tas di atas meja. Ia berdeham dan dengan skeptis berucap, "Ketika kita sudah resmi menikah, aku tidak ingin tinggal di rumah keluargamu, aku juga tidak akan memintamu tinggal di mansion orang tuaku, aku takut saja jika kau ada main dengan mantanmu jika kita di sana. Jadi maksudku, kita akan tinggal terpisah dari orang tua masing-masing."

Mendengar dengan seksama, Yunho mengangguk pelan, ia mengerti jadi maksud Jennifer mereka memiliki rumah sendiri, "Aku harus membicarakan dahulu dengan ayahku dan—"

"Ini keputusan finalku. Tidak ada opsi lain, dengan kata lain, aku tidak akan bernegosiasi!" menyela dengan sangat berani, Jennifer membuang wajah ke arah lain. Jujur saja ia masih takut. Bagaimana jika Yunho marah, ia bisa dibentak.

Lucu sekali kan pacarnya ini, mengatakan ingin membahas sesuatu namun ternyata permintaan setelah mereka menikah. Ia pun tidak ingin banyak berdebat meski ia tahu mungkin ayahnya akan protes dengan ini. "Apartemen?"

"Terserah saja, terpenting kita tidak tinggal bersama orang tua, karena sudah menikah aku harus jauh lebih mandiri," tersenyum, Jennifer merasa keadaan aman, Yunho tidak akan marah.

"Okay, kau yang putus mau ada apartemen atau rumah?"

Jennifer memandang Yunho, wajah pria itu datar saja. Apa jika ia mengatakan rumah maka Yunho akan menyanggupi? Well, ini tentu harus persetujuan bersama. "Menurutmu? Apa kita harus tinggal di apartemen atau rumah?"

"Kau lebih nyaman dimana?"

"Rumah," sahut spontan Jennifer, ia tersenyum lebar setelah mengatakan itu tanpa basa-basi. Sejujurnya ia memang nyaman tinggal di rumah dari pada apartemen. Ketika di UK, ia tinggal di apartemen, dan menurutnya fasilitas bersama seperti kolam renang, tempat gym dan lainnya cukup membuat ia risih. Dalam kata lain, Jennifer tidak terlalu suka berbaur bersama orang asing. Ia punya alasan mengapa demikian, lagi pula ketika mereka punya anak nanti, akan lebih mudah mengasuh anak di rumah, maksudnya ia bisa membiarkan anaknya bermain di halaman belakang rumah mereka sembari ia minum teh dan kudapan tapi juga bisa memantau mereka.

"Tidak masalah, ingin di daerah?"

Yunho bagaikan tidak memiliki perlawanan dan perdebatan. Jennifer jadi penasaran, mengapa pacarnya tidak mendebatnya. "Oppa serius dengan ini?"

"Kenapa tidak? Tujuanku adalah kau, dan agar mendapatkanmu dalam pelukanku aku harus membuat kau nyaman kan? Rumahku adalah dirimu Sayang, jadi jika kau ingin kita tinggal berdua saja aku tidak masalah, bagiku dimana pun kita tinggal, yang kutuju adalah Sayangku, Jaejoong!"

Astaga, Jennifer tidak bisa menyembunyikan senyuman yang tiba-tiba muncul begitu saja bersamaan dengan rona merah muda yang menambah blush on semakin terang. Bagaimana ia bisa tidak merasa senang mendengar ucapan semanis itu. Ia bahkan sudah ingin memeluk Yunho dan mengatakan ia tidak salah memilih pria.

"Honey, kau yang tentu kan dimana, dekat dengan kantormu juga boleh," sahut Jennifer dan berdeham.

"Baiklah, aku akan meminta Changmin melihat promosi rumah atau mendatangi agen real estate," Yunho tersenyum manis, ia menggenggam tangan Jennifer dan mengusap punggung tangan wanita yang sangat ia cintai.

Jennifer senang sekali mendengar ini, ia pun tetsenyum semakin lebar dan pandangan mereka berbalas satu sama lain.

———

Tiba di mansion Kim, Jennifer segera turun dan membantu kekasihnya membawa barang belanjaan mereka tadi. Ia mengajak Yunho masuk ke dalam. Meminta sang kekasih untuk meletakan paperbag ke lantai ruang tamu, ia juga meminta asisten rumah tangga untuk membawakan jamuan untuk kekasihnya.

"Kau tidak usah repot-repot, Sayang. Aku akan—"

"Jae, Jaejae!"

Panggilan Seonho dari arah tangga mengejutkan Yunho dan Jennifer. Spontan keduanya menoleh kepada empunya suara dan Seonho segera berlari kecil.

"Oh Hyung?"

"Jaejae, Papa memiliki berita bagus untukmu!" ujar Seonho dengan senyuman sumringah.

"Huh? Maksudmu berita aku dan Yunho akan—"

"Bukan, Jaejae! Ini berita besar! Cepat, ke ruang kerja Papa! Saat ini kejutan besar itu ada di sana," Seonho menarik tangan Jennifer ia membawa tergesa sang adik menuju ruang kerja sang ayah.

Sebagai kekasih Jennifer, Yunho pun penasaran, ia mengikuti Seonho. Jujur saja jika bukan berita tentang mereka lalu apa lagi berita besar yang dikatakan Seonho kepada Jennifer. Apakah ada yang lebih penting dari pada hubungan mereka? Atau kah ada kandidat lain selain dirinya karena Namgil tahu bahwa ibunya mengatai Jennifer. Namun, Yunho tidak memberitahu siapa pun tentang itu selain dengan ayahnya saja. Dan Jennifer pun tidak memberitahu siapa pun, iya kan?

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules, 35 komentar ya.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang