Bab 9

850 209 54
                                    

Menuruni anak tangga dengan tas cukup besar berisi handuk, pakaian ganti, high heels, pouch make up, ponsel serta dompet. Jennifer tidak membawa apapun untuk keperluannya di lapangan golf. Well, ia sudah mendapat panggilan dari ayahnya bahwa Jung Yunho ada di bawah dan menunggunya.

Rupanya, pria itu berani juga meminta izin dengan sang ayah untuk mengajaknya ke lapangan golf weekend ini, ia pun sudah mempersiapkan segala hal dengan baik sebelum weekend tiba dan jadwal temu dengan pria itu kembali.

Jennifer mengumbar senyum kepada sang ayah dan juga Yunho di ruang tamu besar mansion mereka. Ia langsung menunduk mengecup pipi ayahnya dan segera mendekat kepada Yunho.

"Jeje tidak bisa bermain golf, Yunho. Jadi, aku mohon agar kau membimbingnya dan tidak memperlakukannya, harga dirinya tinggi sekali," Namgil berucap blak-blakan, dan melirik Jennifer. Tentu saja wajah sang anak berubah menjadi kesal dan lucu sekali dalam pandangan mata Namgil.

Menoleh kepada Jennifer Yunho, terkekeh pelan. "Dia mengaku bisa bermain golf kepadaku, Paman!"

Yunho sudah mulai berani memanggil dengan santai Namgil, ya karena pria paruh baya itu memintanya demikian. Ia tidak berani jika berinisiatif sendiri.

"Papa jangan membocorkan apa-apa! Aku bisa, sedikit bermain golf!" Jennifer memajukan bibirnya dan ia menatap Namgil dengan pandangan manja.

"Hahaha, ya kau memang bisa sedikit, Nak. Anggap saja begitu," mengisengi Jennifer adalah hal menyenangkan bagi Namgil. Putri satu-satunya ini bagaikan hadiah terindah yang diterimanya dari wanita yang mampu menggetarkan hatinya setelah ditinggal istri pertamanya.

Yunho hanya tersenyum mendengar pernyataan Namgil bahwa Jennifer tidak bisa bermain golf. Itu bukan masalah, toh ia mengajak Jennifer bermain golf hanya sebagai alasan saja. "Aku dan Jennifer berangkat sekarang Paman," ujar Yunho dengan sopan.

"Uungh aku mungkin akan seharian bersama dengan Yunho, Pa!"

"Yunho?" Namgil mengernyitkan kening, lantas menggeleng. Dalam hal ini Namgil tidak suka anaknya terlihat tidak sopan. "Oppa, panggil dia Oppa, Nak. Yunho nyaris seumuran dengan Seonho Oppamu!"

Ditegur! Jennifer mencebik seraya mengangguk, ia menatap Yunho dan berucap, "Iya, Yunho Oppa, maksudku begitu!"

Namgil tertawa, ia memperhatikan sang anak yang dibantu Yunho membawa tas cukup besarnya. Jika Namgil lihat-lihat, nampaknya perasaan suka anaknya pada pria itu berbalas, dan poin penilaiannya kepada Yunho cukup bagus. Pria itu terlihat memanjakan Jennifer sehingga wajah anaknya sempat memerah tadi. Ia akan lihat perkembangan selanjutnya sebelum menurunkan restu resmi kepada Yunho.

---

Di lapangan golf, Jennifer hanya mengikuti langkah kemana Yunho pergi. Ada asisten pria itu juga, Shim Changmin. Namun, Jennifer lebih nyaman jika berada di dekat Yunho. Ia memperhatikan pria itu dan selain itu juga, ia tidak suka dengan wanita yang disewa Yunho untuk membawakan peralatan golfnya.

Tatkala seorang pria paruh baya menghampiri mereka, Jennifer melirik sekilas, namun Yunho menarik tangannya dan menghampiri pria itu seraya menunduk.

"Halo Tuan Choi," sapa Yunho dengan ramah.

"Jung Yunho, astaga maafkan aku. Apa kau menunggu lama?" pria yang lebih tua dari nya itu memasang wajah bersalah dan menatap Yunho.

"Tidak juga, aku sedang mengajari Jennifer bermain golf," sahut Yunho, ia memang tadi mengajari Jennifer bermain tapi ia tidak boleh mengatakan bahwa Jennifer payah dalam olahraga ini. Dan tentu, Yunho memakluminya mengingat Jennifer pun tidak pandai bermain golf.

"Jennifer?" Choi Jaewoong mengernyitkan keningnya, tidak biasa Yunho bermain golf membawa wanita.

"Ah, ini adalah putri dari keluarga Kim, adik dari Hyunbin, CEO J-One Group!"

Jaewoong membulatkan mulutnya menjadi O. Jujur ia memang pernah mendengar bahwa keluarga Kim memiliki anak perempuan, namun ini kali pertama ia dikenalkan, sebelumnya ia rasa nama putri keluarga Kim bukan Jennifer, tapi entah, mungkin ia lupa. "Jennifer? Senang berkenalan denganmu, aku dan Oppamu cukup dekat berteman!"

Jennifer menjabat uluran tangan dari Jaewoong dan tersenyum tipis. "Senang bertemu denganmu, andai aku tahu Yunho akan bertemu dengan teman Oppa aku pasti akan mengajaknya."

Mengangguk, Jaewoong melirik Yunho, ia menunjuk Yunho dan menggeleng pelan seraya tertawa. "Mencuri start?"

"Bukan begitu Hyung," Yunho berdeham dan melirik Jennifer.

"Ah, jika seperti ini maka tidak perlu membicarakan bisnis lagi, semua akan kusetujui, kau benar-benar tahu caranya berbisnis, ayo kita main saja!" Jaewook tidak bisa membahas masalah bisnis bukan karena tidak nyaman, melainkan Yunho sudah pamer wanita dari perusahaan sebesar J-One. Itu berarti koneksi pria itu besar dan bisnis dengannya tidak akan mengecewakan seperti yang sudah-sudah. Tadinya, ia ragu untuk melanjutkan kontrak karena ada desas-desus bahwa perusahaan TVXQ gagal memenuhi kuota pengiriman barang ke beberapa klien mereka.

Isu miring itu tidak hanya ditepis oleh Yunho, tetapi juga menguatkan dengan kehadiran putri dari pemilik J-One. Ia paham, mungkin perusahaan J-One dan TVXQ sedang berbisnis juga dan ia jelas tahu bahwa J-One memiliki pabrik yang di butuhkan TVXQ untuk mengolah bahan utama dari produk yang akan dikirim kepada mereka.

Yunho menjilat bibirnya. Semua teratasi dengan baik dengan hanya menyebut status Jennifer. Ia mengedipkan mata kepada Changmin dan sang asisten berucap dengan pelan.

"Maniac!"

Nyaris tertawa, Yunho ingin sekali memukul pria itu dengan tongkat golf tapi ia tidak melakukannya dan menatap Jennifer yang hanya diam.

"Aku tidak bermain hari ini Hyung, bagaimana jika lawan Jaejoong, hmm?"

"Huh?" Jennifer terkejut dan ia spontan mendongak menatap Yunho.

"Melawan Jaejoong?" Jaewoong bingung.

Tertawa Yunho menepuk pelan pundak Jennifer, "Jennifer maksudku, nama Koreanya Kim Jaejoong!"

Ah, Jaewoong mengangguk tanda mengerti. "Baiklah, it's my pleasure!"

"Yunho-"

"Oppa!" sela Yunho mengingatkan.

"Ugh, iya Oppa, aku tidak bisa, aku-"

"Pasti bisa!" Yunho tertawa pelan dan mengambil tongkat golfnya. Ia menyerahkan kepada Jennifer, dan wajah wanita itu terlihat kesal sekali. Ia lantas berkitar ke belakang Jennifer dan berdeham sejenak sebelum mendekap Jennifer dari arah belakang. Well, bukan sepenuhnya mendekap, ia memegang tangan wanita itu dan membenarkan cara memegang tongkat golf. Mengajarkan posisi yang nyaman untuk memukul bola golf.

"Aku akan memandunya seperti ini, Hyung!"

Jaewoong tertawa, jelas sekali ia paham maksud Yunho. Pria itu ingin pamer wanita dengannya? Astaga, ia ingin sekali memukul Yunho dan menegurnya agar tidak pamer dahulu. "Kau benar-benar!" ucap Jaewoong dan mendesah pelan.

Jennifer menggigit bibir bawahnya, ia merasakan tubuh Yunho mengurung tubuhnya dan ia hanya bisa diam saja tanpa bergerak. Sial sekali, ia bukannya tidak paham maksud Yunho bagaimana, tapi lagi-lagi ia masuk dalam jurus perangkap pria itu yang paling luar biasa. Astaga, ia rasa atmosfer mulai panas sekarang.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 30 komentar.

.
.
.

The SecondWhere stories live. Discover now