Bab 48

693 149 36
                                    

Menatap hati-hati pada Jennifer, Yunho menyentuh tangan sang istri dan memberi isyarat dengan dagu menunjuk ibunya. Niat Yunho jelas, ingin Jennifer menyapa sang ibu yang sedang pura-pura asik menikmati makanannya. Jennifer terdengar mendesah pelan, ia pun segera melirik dan sang kekasih yang kini sudah resmi menjadi istrinya tersenyum dengan kaku.

Keduanya sama-sama meninggi ego, ia sudah bicara dengan Jennifer dan ia rasa ayahnya pun sudah bicara dengan ibunya. Ia menggeleng pelan, mengapa keadaan menjadi dingin seperti ini. Menatap ayahnya, Yunho kembali menggeleng pelan. Woosung pun terlihat sedikit geram dengan keadaan mertua dan menantu wanita ini.

"Kami akan segera ke bandara setelah ini, ayah," Yunho mencoba mencairkan suasana dan ia menatap lekat sang ibu, JiAh batal menyuap supnya dan memandang Yunho.

"Kau benar-benar akan Honeymoon?" JiAh bertanya dengan pandangan heran.

"Tentu, Ma. Aku baru menikah dan kami sudah mempersiapkan semuanya untuk Honeymoon sesuai rencana," sahut Yunho dengan mengumbar senyum.

JiAh sedikit mendesah pelan, bukankah kata Woosung mereka sudah melakukannya, ia sedikit pesimis dengan Jennifer, jika sudah mengapa masih ingin melakukan honeymoon, toh tanpa itu pun mereka bisa. Entah lah, ia masih belum bisa menerima menantunya ini, sedikit rasa itu JiAh rasa ada. Apa lagi mereka saling tidak tegur sapa. Meski pun Woosung memintanya menyapa dan meminta maaf kepada Jennifer atas ucapan lalunya, tetap saja ia rasa tidak bisa.

"Untuk apa honeymoon, kau—"

"Kita saja melakukan itu, JiAh. Mengapa mereka tidak? Jangan mencari ribut!" Woosung langsung menegur JiAh, ia sudah hapal watak istrinya dengan baik.

"Mungkin Mama juga ingin liburan Ayah, mengapa tidak ajak Mama liburan saja," Jennifer mencoba masuk ke dalam obrolan, niatnya agar terlihat bahwa ia baik-baik saja tidak mempermasalahkan hal yang lalu. Sesuai kehendak suaminya bahwa ia harus menyapa mertuanya ini.

JiAh spontan menatap Jennifer, apa yang dikatakan wanita itu? Ia terkejut sekali. Sungguh, ia tidak pernah berkata begitu, tapi dari lubuk hati terdalam JiAh memang ingin liburan bersama dengan Woosung, sayangnya suaminya itu terlalu sibuk.

"Liburan? Astaga, Ayah sudah terlalu tua untuk menikmati liburan," Woosung terkekeh, ia senang dengan menantunya yang ceria.

"Justru karena itu, Ayah terlalu lelah bekerja dan Mama terlalu jenuh di rumah, liburan adalah alternatif bagus untuk refresh, Papa juga selalu begitu ketika aku di London nyaris setiap bulan dia mengunjungiku meski tidak lama," Jennifer tersenyum lebar, meyakinkan sang mertua bahwa berlibur akan membuat mereka jauh lebih baik.

Yunho menyugar rambut Jennifer, istrinya ini pandai bicara dan memang benar apa yang dikatakan Jennifer bahwa mereka perlu liburan berdua saja. "Aku setuju dengan Jeje, Ayah. Bagaimana dengan Paris? Aku akan mengurus kantor setelah kembali dari honey moon dan kalian bisa ke Paris. Itu cukup adil kan?"

Tertawa JiAh, meletakan sendok supnya. Wajahnya mulai merona merah. Ia mengibaskan tangannya mencoba berpura agar ia tidak benar-benar ingin itu. "Astaga, apa yang kalian bicarakan, Ayah sibuk jadi—"

"Aku akan mengurusnya jangan berdebat lagi!" Yunho menyela dan tertawa pelan, lihat lah semburat merah muda sang ibu persis seperti Jennifer kala sedang malu-malu. Ia sangat tahu bahwa ibunya senang dengan perdebatan ini dan berharap banyak.

"Mama terserah ayahmu saja," ujar JiAh, ia menunduk rasanya seperti ke masa remaja ketika berkenalan dengan Woosung dahulu.

"Ayah tidak akan protes, iya kan?" Yunho menatap lamat ayahnya dan Woosung terlihat serba salah namun mengangguk karena tidak ingin mengecewakan.

"Aku akan membantu Oppa mengurusnya nanti," Jennifer senang, wajah JiAh pun terlihat tidak semenyeramkan tadi. Berharap saja mertuanya itu tidak banyak berulah setelah ini.

"Astaga kalian, padahal mamamu sering Ayah ajak ke luar kota," Woosung sedikit protes dan tertawa pelan.

"Berbeda, ini luar negeri. Mungkin Mama sudah lama tidak keluar negeri," ya, Yunho tahu orang tuanya minim keluar negeri sejak ia menjabat sebagai CEO perusahaan, karena pekerjaan dinas luar negeri dirinya lah yang menangani.

———

"Apa yang kau inginkan untuk oleh-oleh, Na?" tanya Jennifer kepada Nana, temannya ini mengantar ke bandara bersama ayahnya dan teman lainnya.

Nana mencibir, ia menggeleng dan menatap lekat Jennifer, "Bawakan aku keponakan saja!"

"Apaaa?!" Jennifer memekik, beraninya Nana mengatakan hal itu di depan ayahnya. Ia malu sekali, tetapi sang ayah malah tertawa lepas. "Papaaaa!" protes Jennifer dan menghentak kakinya.

"Kenapa Nak? Nana benar, karena kalian sedang dalam kegiatan itu, jadi Papa pun setuju dengan Nana, Papa ingin cucu yang lucu."

Nah, Namgil membuat Jennifer malu dan langsung bersembunyi di balik bahu Yunho. "Ada Hyunbin Oppa, dia lebih dahulu!"

"Oppamu? Ah, kau dan dia harus berebut siapa kah yang lebih dahulu menghasilkan cucu, akan ada hadiah untuk ini!" Namgil tertawa, mengusili anaknya adalah kesenangan tersendiri, sayang sekali Ahjoong tidak bisa ikut kemari dan memeluk Jennifer dengan leluasa.

"Papa kira ini kompetisi? Uugh!" Jennifer merajuk, ia memandang kembali kepada teman-temannya, "Baiklah, aku akan bawakan apa saja untuk kalian!"

"Hey, kami tidak meminta oleh-oleh darimu, Je. Cukup kau dan Yunhomu bersenang-senang saja," Heechul berdecak, ia tidak ingin di cap teman matrealistis.

"Ah iya iya, aku hanya ingin membawakan untuk kalian nanti!"

"Dan kami tahu itu merepotkanmu, sudah lah nikmati berduaan tanpa gangguan dan bebas hambatan dengan suamimu," Nana menyahut dengan segera.

"Benar, Nak. Teman-temanmu baik sekali, dan kau harus menang dari Oppamu," Namgil menahan tawa, lalu menepuk pundak Yunho, "Kau harus berusaha keras Yun, Papa serius bahwa akan ada hadiah untuk ini."

"Jangan dengarkan Papa, Hon," Jennifer segera menimpali dan menggeleng pelan kepada sang ayah.

"Semoga saja dia tidak melarikan diri terus menerus, Pa," sahut Yunho, sekarang ia sudah memanggil Namgil dengan sebutan yang sama dengan Jennifer.

"Jaejoong melarikan diri? Kau ikat saja dia, hahaha," Namgil puas sekali tertawa dan mengerjai anaknya, ia tidak serius berkata untuk mengikat Jennifer, toh ia percaya bahwa pria ini tidak akan menyakiti anaknya.

"Enak saja, aku tidak begitu! Kau lupa aku melakukan dengan baik dan—"

Yunho membekap mulut Jennifer, apa istrinya ini akan tidak sengaja membocorkan aktifitas mereka sebelumnya? Ia tertawa canggung dan berdeham. "Sepertinya kami harus masuk dahulu," Yunho tersenyum dan membungkuk kepada Namgil.

"Pa, jangan terus melakukan panggilan international uumh?" Jennifer terkekeh, ia hanya menggoda ayahnya.

"Tidak akan Nak, kau sedang asik berdua dengan si Jung!"

Jennifer tertawa, ia kemudian memeluk Namgil dan rasanya ingin menangis, padahal ia hanya honey moon dengan Yunho, tapi entah mengapa bagai dilepas oleh sang ayah. Ketika dulu ayahnya pasti akan mengatakan meneleponnya setiap senggang sekarang jawabannya seperti ini, sungguh berbeda dan sedikit merasa sedih. Ia tahu bahwa ayahnya sudah menemukan pria terbaik untuknya sehingga berkata demikian. Namun, seorang anak perempuan tetap lah akan merasa sebagai little princess ayahnya. Ia pun tahu meski begitu ayahnya pasti akan memperlakukan ia tidak jauh beda, dilubuk hati sang ayah pasti ingin mengatakan hal yang sama ketika ia pergi ke London dahulu.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 35 komentar.

Kaget juga dikira belum sampe 35 bab 47 wkwkwk.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang