Bab 32

648 172 39
                                    

Tatkala pintu kamarnya terbuka, Jennifer tidak sedikit pun menengok, ia yakin itu adalah asisten pribadinya dan membawakan sesuatu untuk di makan. Ia mendengat pintu tertutup kembali dan sesuatu kemudian diletakan di atas meja. Lagi, Jennifer terlalu malas untuk menengok ke belakang. Toh, nanti pun ia pasti akan diingatkan untuk itu.

"Ehem."

Suara dehaman terdengar, membuat telinga Jennifer sedikit terjengit. Ia kenal suara itu, tapi tidak mungkin itu Yunho. Mungkin hanya perasaannya saja, barangkali salah satu kakaknya sedang mengecek keadaannya.

"Ah, kau sedang beristirahat?"

Nah, pertanyaan itu terdengar jelas bak suara Yunho. Jennifer berbalik, ia berdebar dengan cepat dan ketika memang mendapati pria itu berdiri beberapa langkah darinya, Jennifer langsung duduk. Ia terkejut sekali, dan segera turun dari ranjang. Benarkah ini Yunho? Ia mengusap matanya dan pria itu benar-benar ada di depannya.

"Yun-Yunho Oppa?" gumam Jennifer dengan pelan, lantas setitik cairan bening mulai luruh dari sudut matanya. Ia menangis, karena rasa rindu, karena pria itu kini ada di hadapannya.

"Kenapa kau menangis?" Yunho mendesah pelan, ia menyentuh bahu Jennifer. Ingin rasanya bersikap dingin, tapi tangisan Jennifer membuat ia luluh. Apakah ia setega itu kepada pacarnya? Sedetik kemudian, Yunho menarik Jennifer dan memeluknya. "Jangan menangis, kau flu berat lagi?"

Bukannya menjawab, Jennifer hanya terus menangis di dalam pelukan Yunho, membuat pria itu menggeleng pelan dan kemudian mengangkat Jennifer dan wanita itu nampak terkejut dengan segera berpegangan pada kedua bahunya. Yunho membawa Jennifer ke sofa dan mendudukan di sana. Ia mengusap lembut pipi Jennifer kemudian dan tanpa aba-aba mengecup keningnya.

Merasakan kelembutan yang diterima dari Yunho, Jennifer senang sekali. Ia meraih lengan pria itu dan memeluknya, seolah tidak akan membiarkan Yunho jauh darinya. Ia merebahkan kepala ke bahu Yunho kemudian.

"Kenapa drop lagi, hmm?"

Jennifer menggeleng, "Tidak tahu."

"Matamu juga terlihat bengkak, menangis?"

"Tidak."

"Wajah pun tidak terlihat baik-baik saja."

"Tidak apa-apa."

"Kau rindu padaku?"

"Tidak," Jennifer baru menyadari pertanyaan Yunho, ia mendongak dan segera meralat, "uungh, entahlah."

Terkekeh pelan mendengar jawaban Jennifer, Yunho menyugar rambut sang kekasih. Mereka hanya diam, sibuk meresapi perasaan masing-masing. Ada rindu yang terobati, ada sakit hati yang mulai tertutupi dan ada nuansa penuh cinta yang sedang ditunjukan keduanya, dari perhatian, sentuhan lembut dan yang lainnya.

"Mama mengirimkan ini untukmu, kau harus habiskan semua, jika tidak mama akan marah!" ujar Yunho dan menoleh memandang kepada Jennifer.

"Tidak bisa menghabiskan semua yang ada, apa saja isinya?"

"Coba kau tengok sendiri, ada apa saja."

Mengangkat perlahan tubuhnya, Jennifer kemudian menengok beberapa paperbag, ada cake dan juga pie ukuran kecil, juga beberapa cake potong dan ada madu serta vitamin lainnya. Ibu mertuanya memang sangat perhatian. "Mama memberi banyak sekali."

"Biar kau makan dengan banyak."

"Uugh, aku makan."

"Kau bohong, Seulgi melapor kepadaku dia bilang kau hanya makan beberapa suap lalu tidak mau lagi, dia sedang menghangatkan bubur yang dibuatkan mama, kau harus memakannya," Yunho mencubit hidung Jennifer dengan pelan, ia benar-benar gemas dengan sang kekasih.

"Yunho Oppa, uumh kenapa kau marah padaku?" Jennifer memberanikan diri bertanya. Ia tidak ingin kehadiran pria ini hanya sementara saja. Ia ingin menyelesaikan masalah mereka.

"Kita bahas nanti," sahut Yunho, sebenarnya ia tidak ingin membahas hal itu.

"Apa sebenarnya yang terjadi antara kau dan Jiyeon Eunni?"

Menggeram, Yunho sangat malas mendengar nama wanita itu disebut. Namun, mendengar pertanyaan dengan wajah kebingungan kental Jennifer, ia merasa bahwa wanita ini memang tidak tahu apa-apa tentang bagaimana manipulatif Jiyeon. Ia menggeleng pelan dan bertanya, "Sejak kapan kau kenal Jiyeon?"

Jennifer mengerjap, kemudian menjawab dengan polos, "Seumur hidupku."

"Hah?"

"Sejak aku lahir sampai aku besar, maksudku ibunya bekerja di sini sebagai pengasuhku dulu, sekarang tidak lagi tapi aku berhubungan baik dengan ibunya dan dia, kenapa?"

Yunho mengangguk pelan, pertanda mengerti. Jadi, Jennifer sudah tahu bahwa wanita itu bukan berada dalam satu level dengannya. Baguslah, namun ia pun merasa tidak enak jika mengatakan apa saja yang dilakukan Jiyeon. "Ah aku mengerti."

"Jadi apa hubunganmu dengannya? Apa kau dan dia pernah menikah sebelumnya?"

"Jangan bicara sembarangan, Je!"

"Maaf, aku tidak tahu apa-apa, Jiyeon berkata dia pernah menikah denganmu," dengan sangat polosnya lagi, Jennifer berkata demikian.

Mendengar itu, Yunho terkejut dan marah sekali. Wanita itu mengaku-ngaku pernah ia nikahi. Emosinya mulai naik kembali, namun kala melihat wajah Jennifer, ia mulai melunak, sebenarnya apa saja yang dikatakan Jiyeon pada Jennifer. Ia penasaran.

"Katakan padaku dengan jujur, apa saja yang dikatakannya padamu tentang aku hmm?"

Menggeleng pelan, Jennifer takut. Wajah Yunho sedikit membuat ia mundur untuk berkata jujur, "Oppa akan marah, aku tidak mau Oppa marah dan putus denganku, aku tidak mau!"

Jawaban Jennifer membuat Yunho bingung. Kenapa membahas hubungan mereka, sebenarnya ada apa? Ia semakin penasaran. "Hey, mengapa kau berkata begitu? Memangnya apa saja yang dia katakan?"

"Tidak mau, aku tidak mau kehilanganmu!" Jennifer memeluk lengan Yunho lebih erat. Wajahnya pun sedih, ia tidak bisa mengontrol perasaannya kepada Yunho sehingga terlalu mencintai pria ini dengan sendirinya. Ini tidak baik, tapi Jennifer yang mabuk cinta bisa apa? Pengalaman pertamanya dalam menjalin hubungan seperti ini.

Yunho mengerti, ia tidak bisa memaksa Jennifer, ia harus melakukan dengan cara halus. "Kau tidak kehilanganku, aku serius, aku janji, hmm?"

Jennifer menggeleng dan sedikit ketakutan.

"Aku serius, Sayangku. Jika kau bungkam begini, aku malah bisa marah."

Kemarahan Yunho adalah yang Jennifer takuti saat ini. Ia memandang wajah Yunho dan berucap dengan pelan, "Oppa pria brengsek yang mencampakkannya, menceraikannya tanpa perasaan."

Apa? Yunho marah mendengar itu, ia mencampakkan Jiyeon? Menceraikan wanita itu? Astaga, kapan itu terjadi. Tidak ada pernikahan terjadi antaranya dan Jiyeon. Wanita itu benar-benar manipulatif! Ia marah sekali kepada Jiyeon. "Dia berbohong, sama sekali aku tidak pernah menikah dengannya!"

Jennifer mendengar ada amarah yang kuat dalam tekanan nada suara Yunho. Ia pun seratus persen percaya kepada Yunho sekarang, karena Jiyeon mencurigakan menurut Jennifer. "O-oppa..."

"Aku serius, Je. Aku tidak pernah menikahinya. Dasar pembual, sebaliknya dia membuatku menderita kerugian ratusan juta won!"

Terbelalak, Jennifer terkejut sekali, apa yang dilakukan Jiyeon? Mengapa Yunho mengatakan demikian? Kerugian sebanyak itu? Ia menatap lekat Yunho dan bertanya dengan cukup berani. "Apa yang dilakukannya hingga kau memiliki kerugian sebanyak itu?"

Sungguh, Jiyeon meresahkan. Ia tidak percaya bahwa wanita yang selama ini ia kenal baik bersikap seperti itu. Tapi, ia tidak mungkin tidak percaya kepada kekasihnya kan? Maksudnya, Yunho tidak akan berbohong padanya. Dengan wajah marah seperti ini yang tanpa dibuat-buat.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules, 35 komentar.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang