Bab 10

876 214 64
                                    

Mengganti pakaian dengan dress yang dibawanya, Jennifer juga mengganti sepatu dengan high heels. Ia membenarkan riasan karena peluh dari permainan golf tadi. Astaga, apa yang terjadi lalu membuat pipinya memerah, Yunho benar-benar pakar dalam meluluhkan wanita. Ia mengibaskan tangan ke wajah, dan segera melangkah mendekati Yunho.

Ia mengumbar senyum ketika pria itu memandangnya. Entah bagaimana juga ia menjadi salah tingkah dipandangi hingga tiba di depan pria itu. Duduk di sofa yang ada, Jennifer menatap beberapa menu makanan yang ada di atas meja. Ia menaikan sebelah alisnya dan Yunho membenarkan duduknya seraya mengambil sendok dan menyuapkannya lasagna.

"Uungh Yun," ujar Jennifer dan ia mulai mengunyah makanan yang disuapi oleh Yunho.

"Makan yang banyak, kau nampak kurus."

Apa?! Jennifer terkejut Yunho mengatakannya kurus? Kurus darimananya? Ia memiliki bobot ideal, tidak terima dengan pernyataan Yunho, Jennifer cepat-cepat menelan makanannya. "Aku kurus? Aku tidak kurus! Ini berat ideal bagiku dan—"

"Berisi di beberapa bagian, pinggangmu kecil sekali!"

"Tidak kecil, size 27-28 pasti pas!"

Terkekeh dengan protesan wanita ini, Yunho kembali menyendok lasagna dan menyuapi Jennifer, "Iya, baiklah, baiklah, kau tidak kurus."

Mengangguk, Jennifer sedikit lebih cool down dibanding tadi. Ia mengambil sendok dan menyuap sendiri lasagna yang dipesan Yunho. Sementara pria itu memesan spageti. Ya, restoran di sini bervariasi ada masakan barat beberapa.

"Apa kita akan kembali sekarang?" bertanya, Jennifer hanya penasaran apakah mereka menyudahi sampai golf dan makan bersama saja atau Yunho akan membawanya ke tempat lain.

"Kau ingin kemana, hmm?" tanya Yunho seolah membalik pertanyaan Jennifer.

"Aku tidak tahu," dengan polos Jennifer menjawab.

"Baiklah, kalau begitu."

"Huh? Langsung kembali?"

Tersenyum tipis, Yunho menjawab dengan santai sekali, "Ikuti saja kemana aku membawamu kalau begitu."

Sebenarnya kata-kata seperti ini cukup menakutkan, ia hanya mengikuti kemana pria itu membawanya. Bagaimana jika ke tempat menakutkan? Namun, ia tahu pasti bahwa Yunho tidak akan mungkin berbuat buruk padanya, fakta bahwa pria itu meminta izin kepada ayahnya untuk mengajaknya bermain golf adalah jaminan nyata.

"Okay," sahut Jennifer mengiyakan dan Yunho tersenyum lebar.

———

"Sudah nyaris seminggu Yunho tidak bisa dihubungi!" Bora mendesah pelan, ia melihat ke layar ponsel. Panggilan telepon kepada pria itu berdering, tapi tidak diangkat. Bahkan pesan teks dan chat yang dikirimkannya tidak pernah dibalas Yunho. Kala ia ke kantor pria itu sekarang resepsionis selalu mengatakan bahwa CEO mereka tidak bisa diganggu dan ia tidak bisa melenggang seperti biasa ke ruang kantor Yunho. Parahnya lagi, security menjaga dengan ketat.

Sungguh, ini bagaikan Yunho mencampakkannya tanpa sebuah kata. Padahal mereka baik-baik saja, tidak ada pertengkaran, lantas mengapa pria itu berubah sikap secepat kilat.

"Mungkin dia sibuk sekali," sahut Yeena dan mengotak-atik ponselnya, ia pun tengah kesal karena Kiyong menolak untuk diajak bertemu dengan alasan sibuk.

"Sibuk sampai tidak bisa mengabariku apa-apa? Biasanya dia selalu mengabariku walau sekali, dan sekarang minim! Aku bagai di ghosting!" Bora menggerutu, ia berdiri dan melempar ponsel ke sofa. Apakah ada sesuatu? Tidak mungkin Yunho seperti ini kan?

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang