Bab 33

722 169 39
                                    

Sebenarnya Yunho enggan sekali membahas tentang Jiyeon lagi kepada siapa pun, karena itu memicu amarahnya berlebih, tapi jika ia tidak menjawab pertanyaan Jennifer, maka ia sama saja bagaikan menghindari menjelaskan situasi antara ia dan Jiyeon. Sungguh, Yunho bukan ingin terlihat baik-baik saja atau sedih di depan kekasihnya ini. Hanya saja mengungkit Jiyeon sangat mengesalkan.

"Pernah berhubungan singkat, tapi aku mengetahui dia menipu."

Semakin terkejut, Jennifer menarik tangan Yunho dan lebih merapatkan tubuh pada pria itu. Ia semakin penasaran. "Jadi Oppa pernah berkencan dengannya, iya kan?"

"Singkat."

Jawaban Yunho sama seperti kata yang keluar darinya, singkat. Jennifer tidak puas, ia ingin tahu lebih. "Iya, apa yang dilakukannya Oppa bilang menipu?"

Memggaruk tengkuknya, Yunho tidak tahu harus menjelaskan dari mana. Ia pun tidak ingin terlalu mengingat hal itu. "Bisnis investasi yang dia katakan mengelola, tetapi ada seorang wanita yang mengatakan bahwa itu bisnis palsu, aku awalnya tidak percaya tapi ketika diselidiki itu benar, aku marah kepadanya dan berusaha mencarinya tapi dia sangat ahli."

Jennifer benar-benar tidak menyangka bahwa Jiyeon menipu pria sebaik Yunho dengan modus investasi. Ia menyayangkan sikap kakak angkatnya itu, apa Jiyeon kekurangan uang? Atau dengan begitu cara dia mencari uang? Ia marah sekali kepada Jiyeon dan akan melaporkan kepada ibunya. Paling tidak Jiyeon mendapat omelan ibunya dan ia akan mencari tahu siapa kekasih Jiyeon, dan memperingati pria itu agar tidak dimanfaatkan berujung tertipu sang kakak angkat.

"Berapa uang yang kau keluarkan untuk investasi di bisnis yang tadinya dikelola Jiyeon?" Jennifer penasaran, seberapa banyak uang Yunho di tipu Jiyeon.

"Aku lupa berapa tepatnya, mungkin sekitar 100 juta won lebih, aku tidak masalah jika ini untuk donasi atau sumbangan lainnya tapi untuk wanita sepertinya aku tidak sudi!"

Nampak sekali kemarahan di wajah Yunho. Jennifer memegang erat tangan Yunho, "Uungh, aku akan menggantinya, aku—"

"Apaaa?!" Yunho terkejut mendengar ucapan Jennifer. Memang bagi ia uang itu tidak seberapa dengan tabungan, deposito dan lain-lain, bagi Jennifer mungkin sama. Hanya saja, Yunho tidak sudi ditipu oleh wanita. Ia menggeleng dan menjawab, "Jangan Je, aku tidak masalah dengan uang."

"Bukan begitu aku merasa bersalah kepada Oppa, sebenarnya aku tahu Oppa berkencan dengan Bora ketika aku mendekati Oppa, maaf tapi awal mula aku mendekati Oppa karena Jiyeon memintaku, dia ingin membalas dendam kepada Oppa, dan menghancurkan hubungan Oppa dengan Bora. Tapi aku tertarik secara nyata sebelum bertemu Oppa, aku melihat photo Oppa dikirim Jiyeon, aku—"

"Hahahaha," Yunho tertawa mendengar penuturan jujur Jennifer. Entah, ia merasa lucu bukan marah. Jennifer polos sekali menurutnya, dan Jiyeon memang manipulatif sekali. Wajar Jennifer terhasut sebelah pihak. Dan lagi, karena itu pula ia mendapatkan Jennifer dan lepas dari Bora, wanita itu sama saja dengan Jiyeon.

"O-oppa..."

Wajah Jennifer terlihat bingung, Yunho menyentuh pipi wanita itu dan tersenyum, "Sudah kita lupakan saja, aku tidak mau membahas tentang Jiyeon, Bora, dan yang lain. Ini tentang kita, mengerti?"

"Aku akan transfer sebesar 200 juta—"

"Kau ingin kucium berkata seperti itu?" Yunho menyela, ia tidak mau membahas lagi. Apa lagi sampai Jennifer mentransfer sejumlah uang kepadanya.

"Uungh jangan dulu, aku sedang flu!" sahut Jennifer dengan malu.

Wajah malu-malu sang kekasih sangat imut. Yunho tidak tahan, ia menunduk sedikit dan mengecup bibir Jennifer, toh selama ini hanya wanita itu yang berani mengecup bibirnya, sementara ia masih ragu karena takut di tolak. Namun, ternyata Jennifer nampak pasrah saja saat ia kecup bibirnya, ia pun kembali mengecup bibir sang kekasih, kemudian terkekeh.

"Kau lucu," ujar Yunho dan Jennifer mengerucutkan bibirnya dengan imut.

"Kau tidak akan putus dariku karena itu kan?"

Nah, wanita ini polos sekali. Untuk apa ia mengecup bibir Jennifer jika mereka putus. "Menurutmu?"

"Jangan ya, Hon?"

Menyugar rambut Jennifer, Yunho mengangguk, ia sedikit memiliki ide untuk mengerjai sang pacar. "Tidak, tentu saja. Tapi, kau harus habiskan bubur yang dibuat mama, hmm?"

Kenaikan sebelah alisnya, Jennifer menggigit bibir bawahnya nampaknya itu syarat susah untuk sekarang, tapi ia mengangguk kemudian, "Baiklah, dengan catatan kau jangan marah-marah denganku perkara Jiyeon lagi?"

"Iya, aku tidak marah lagi, aku marah pada Jiyeon. Aku berniat melaporkannya ke polisi, tadinya. Tapi, Changmin melarang karena hal itu bisa membuat imageku sebagai pebisnis ditertawai orang-orang," mendesah, Yunho ingat sekali kala itu terjadi dan kata-kata Changmin ada benarnya. Ia bisa dikatakan pebisnis bodoh yang mudah di tipu wanita sebagai kekasih. Astaga, tidak! Kalimat itu sangat lah menyeramkan bagi Yunho.

"Bagaimana bisa ditertawai orang-orang? Uungh, aku berterima kasih kau tidak melaporkan dia ke polisi, bagaimana pun aku menyayangi Eunni, aku akan berusaha menemuinya dan bicara padanya, tetapi aku juga tidak mengerti mengapa dia memintaku mendekatimu lalu memintaku menjauhimu setelah dipastikan kau putus dengan Bora."

Yunho menggeleng pelan, ia benar-benar tidak mau membahas hal itu lagi. "Bagaimana kalau jadwal meninjau pabrik kita ubah untuk ke Jeju?"

"Huh? Kau lupa? Kita sudah menyerahkan peninjauan kepada karyawan masing-masing?"

Benar juga, Yunho lupa. Ia hanya ingin mengalihkan topik pembicaraan. "Kalau begitu kita adakan kembali, kau masih mau ke Jeju bersama denganku kan?"

"Kau sedang mengubah topik, Hon? Kenapa tidak jawab pertanyaanku dahulu umh?"

Menoleh, Yunho menatap Jennifer kemudian menunduk dan mengecup bibirnya. "Aku akan menciummu jika masih membahas itu."

Jennifer mendesah pelan, tepat saat ia hendak berdiri dan merayu Yunho, pintu terbuka, Seulgi datang dengan nampan berisi bubur dan teko air putih lengkap dengan gelas, lalu di belakang Seulgi ada Yeri dengan nampan kopi dan cemilan. Dua asisten kepercayaannya yang memang sangat ia percaya keluar masuk ruangannya.

"Apa aku mengganggu Nona?" tanya Seulgi dengan polos.

"Tidak Seulgi, letakan saja di sini," sahut Yunho dan tersenyum kepada wanita itu. Bukan tebar pesona, toh mereka tahu bahwa ia kekasih nona mereka.

"Banyak sekali!" Jennifer terbelalak melihat bubur yang penuh satu mangkok cukup besar. Ia memandang Yunho dan menekuk wajahnya, "Kita habiskan berdua!"

"Mana bisa begitu, itu pas untuk porsimu."

"Tidak! Ini berlebihan Hon, ayo bantu aku menghabiskannya!"

Jennifer menarik lengan Yunho, pria itu tertawa. Dan memberikan sendok kepada Yunho, tentu saja niatnya agar pria itu menyuapinya makanan. Ia tersenyum lebar, senang karena masalah dengan sang pacar sudah selesai. Ia benar-benar harus mengurus Jiyeon agar Yunho tidak merasa marah tiap kali mendengar nama wanita itu. Bagaimana juga, ia tidak ingin memutus hubungan dengan Jiyeon. Mungkin selama ini Jiyeon terpengaruh oleh wanita yang suka memamerkan kemewahan sehingga tergoda. Well, ia sudah cukup jelas mengatakan Jiyeon bisa menghubunginya jika memerlukan sesuatu, bukan dengan cara menipu orang lain.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 35 komentar.

Well, siapa yang berminat untuk order PDF ini nanti, tolong komen di sini.


Survey.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang