Bab 20

775 176 42
                                    

Memperhatikan wajah serius Yunho, Jennifer duduk dengan tidak sabar di sebelah pria itu. Yunho benar-benar memiliki aura berbeda ketika sedang bekerja seperti ini. Kekasihnya memakai kaca mata, dan terlihat keren sekali. Jujur, ketika menunggu Yunho di kantor kala itu, ia tidak memperhatikan sang kekasih dengan baik, kali ini beda karena yang diperiksa Yunho adalah pekerjaannya. Ia ingin diajarkan lebih oleh Yunho tentang berbisnis.

Mengerucutkan bibirnya, Yunho sungguh sangat mengagumkan bagi Jennifer. Ia menarik perlahan kemeja Yunho, pria itu melepas jasnya dan menyampirkan di sofa yang mereka duduki saat ini. Tepat pada saat ia menelusupkan tangan untuk menggandeng lengan Yunho, pria itu menoleh kepadanya dan ia tersenyum manis.

"Honey," panggil Jennifer dengan manja.

"Di beberapa pabrik ada beberapa bagian missing, kau tidak bisa membubuhi tanda tangan pada dokumen yang mereka ajukan, minta bagian keuangan untuk mengaudit pengeluaran pabrik ini, karena menurutku dari laporan keuangan yang dilampirkan pabrik yang kulihat di sini, tidak menghasilkan banyak lama kelamaan akan membuat rugi. Saat ini masih belum tapi tidak tahu bagaimana kondisi ke depan. Kau harus melaporkan ini pada Hyunbin Hyung, aku tidak tahu sebelum kau menangani masalah pabrik siapa yang menanganinya?"

Ucapan Yunho begitu panjang lebar. Ia kemudian menatap wajah cantik kekasihnya dalam radius sedekat ini. Tersenyum, ia mengagumi seluruh yang ada pada Jennifer. Hidung mancung tanpa operasi plastik, bibir tanpa filler, mata yang bulat besar, ah ia benar-benar merasa beruntung berkencan dengan wanita ini. Tangan Yunho terulur dan mencubit gemas hidung Jennifer.

"Aku tidak mengerti Hon, tapi aku akan bicara pada Oppa nanti, kau sudah pisahkan dokumennya?"

"Sudah, aku juga sudah memberi tanda mana yang kau tanda tangani, kuberi namamu di tempat yang harus kau tanda tangani, sekarang bereskan dahulu pekerjaanmu, biar kita bisa kencan," mengusap lembut rambut Jennifer, Yunho tersenyum dengan manis.

Sementara itu, entah mengapa Jennifer merasa sangat di sayangi ketika pria itu mengusap atau membelai lembut rambutnya. Ia memandang wajah tampan Yunho, dan tanpa aba-aba mengecup pipi Yunho. "Terima kasih, Brownie. Aku akan segera ke ruangan Oppa dan mengatakan hal itu!"

Dengan centil, Jennifer berdiri dari sofa dan mengambil dokumen-dokumen yang diperiksa sang kekasih tadi. Ia bergegas keluar ruangan dan melirik Yunho, pria itu mulai menyesap kopi yang disajikan sendiri oleh dirinya sesuai intruksi Yunho.

———

Membubuhkan tanda tangan di atas dokumen yang sudah dituliskan namanya oleh Yunho, Jennifer memasang wajah serius. Ia kemudian menutup dokumen itu dan menatap Hyunbin, sang kakak sedang membaca dokumen yang dikatakan Yunho bermasalah. Melihat reaksi Hyunbin, nampaknya kekasihnya tidak salah dalam menilai dokumen pabriknya. Hyunbin sangat serius dan menandai beberapa kertas yang ada dengan bollpoinnya.

"Ini benar, kita harus meminta audit pengeluaran untuk pabrik ini, dan ini ada masalah di pabrik sepertinya tapi tidak dilaporkan pengelola. Kerja bagus, Je!" Hyunbin tidak menyangka bahwa Jennifer sejeli ini, jujur setiap kali hasil kerja adiknya ini pasti ia periksa meski itu membuat pekerjaannya lebih lama.

Tetapi, ia merasa bahwa Jennifer terlalu pesat untuk berkembang padahal melihat situasi pabrik saja adiknya ini belum pernah. Ia menelengkan kepala, sedikit tidak percaya meski tahu bahwa yang membimbing Jennifer adalah Namseok, namun dalam hal ini amat sangat jeli.

"Jadi, pekerjaanku sudah selesaikan Oppa?" Jennifer menatap lekat Hyunbin, berharap pria itu tidak mempermasalahkan jika ia keluar kantor.

"Kau ingin keluar lagi?"

"Papa bilang jika pekerjaanku sudah selesai aku boleh keluar, ayo lah Oppa! Jung Yunho sudah menungguku sedari tadi, uugh!" merengek, Jennifer memasang wajah memelas kepada Hyunbin.

Terkejut, Hyunbin kemudian berdecak. Jung Yunho sudah menunggu Jennifer sedari tadi? Maksud adiknya itu, pria yang dikencaninya sudah ada sejak tadi, dan....

"Apa ini pekerjaan Jung Yunho?"

"Huh?"

"Ini yang mengerjakan Yunho?"

"Aku, Oppa!"

"Kau berbohong, hmm?"

"Uugh, tidak percaya? Aku mengerjakannya dibantu oleh Yunho!" Jennifer segera berdiri, kemudian ia langsung berlari kecil menuju keluar ruangan Hyunbin.

"Ini kerjaan Yunho!"

"Akuuuuu!" sahut Jennifer berteriak dan ketika sudah diluar ruangan, ia segera merapikan penampilan dan tersenyum kepada sekretaris sang kakak.

Masuk ke dalam ruangannya Jennifer langsung menuju ke sofa dan duduk kembali di samping Yunho. Pria itu terheran-heran melihatnya, kemudian terkekeh pelan dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena berlari tadi.

"Jangan lari-lari, aku tidak akan kemana-mana," ujar Yunho dengan lembut.

"Oppa menebak itu adalah kerjaanmu, karena aku tidak sengaja menyebutmu menungguku," sahut Jennifer dan ia tertawa karena merasa hal ini lucu.

Menggeleng, Yunho gemas sekali dengan Jennifer. Ia menggenggam tangan wanitanya dan mengecup, "Mau kencan kemana Sayangku?"

"Kau kan yang mengajakku kencan, jadi terserahmu saja, Honey."

"Mau belanja tidak?"

"Tidak! Aku sudah banyak belanja bulan ini."

"Benarkah?"

Ajaib, hanya Jennifer wanita yang diajaknya berbelanja menolak. Setiap kali wanita yang dekat dengannya malah menginginkan agar ia belanjai, tetapi Jennifer sebaliknya. Entah ia harus merasa senang atau merasa tidak dihargai. Namun, menilik dari sisi positif semestinya ia merasa senang.

"Uungh, iya. Aku tidak mau dinilai pacar matrealisris, Honey."

Jawaban itu terdengar sederhana sekali bagi Yunho. Ia terkekeh pelan dan mengacak lembut rambut kekasihnya. Seharusnya ia memahami sejak awal bahwa wanita seperti kekasihnya ini tidak bergantung pada kekayaan prianya. "Baiklah, kita kemana saja asal kau senang, bagaimana?"

"Iya, aku akan mengambil tas, sebentar," Jennifer bergegas mengambil tas yang tadi sudah ia persiapkan.

"Ah iya, Baby. Changmin sudah mengatur jadwalku untuk meninjau pabrik denganmu, mungkin dia akan memberitahukan agenda ini segera, kau tinggal konfirmasi kepada Oppamu," Yunho tersenyum lebar, ia tidak sabar keluar kota lagi berduaan dengan Jennifer dalam status pacaran.

"Oh baik, aku akan memberitahukan Papa, jadwalku Papa lah yang mengatur, bukan Hyunbin Oppa," Jennifer sudah siap dan berdiri di depan Yunho.

Berdiri, Yunho mengulurkan tangan kepada Jennifer dan wanita itu segera menyambutnya. Mereka berdua tidak sabar untuk kencan, kemana saja terasa indah asalkan berduaan. Mereka mulai melangkah sembari berbincang singkat.

"Kau lapar tidak?" tanya Yunho tiba-tiba.

"Tidak, kau lapar?"

"Sedikit, aku akan mampir nanti membeli toast di pinggiran jalan, kau mau?"

"Tidak, kau saja nanti aku mencoba boleh?"

"Boleh, mau kusuapi?"

"Mau."

"Manja sekali Sayangku ini."

"Biar, kenapa tidak suka?"

"Suka, Sayang. Kau menggemaskan boleh kugigit?"

"Jangan!"

"Gigitan Sayang, di leher, uhuk!"

"Apaa?! Maksudnya hickey?"

Tertawa, Yunho benar-benar ingin menggigit manja kekasihnya ini. Ia membawa Jennifer menuju lift, dan seketika kenyataan bahwa Bora tadi mengkonfrontasinya bagaikan tak pernah terjadi.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana", no edit.

Rules 36 komentar.

Happy Birthday The Handsome Fatal Jung Yunho.

Happy YunJae Days juga.


.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang