Bab 8

931 218 48
                                    


Pesanan sudah disajikan, Jennifer langsung mencoba mencicipi waffle dengan toping ice cream serta beberapa buah berry di sampingnya. Ia merasakan saus waffle yang ada, dan mengangguk karena jelas rasanya enak dan pas untuknya. Sementara itu, Yunho memesan steak daging sapi. Ia mencium bau wangi menggugah selera dari sajian enak itu. Pria itu mulai memotong kecil-kecil daging sapi dan ia mulai memotong waffle.

"Ini enak, kau mau mencicipinya, aku tidak mengacau semua sisi makanan," tawar Jennifer dengan polos, ia tahu mungkin sebagian orang tidak suka berbagi dengan berbagai macam alasan, seperti kebersihan atau lainnya. Tapi menurutnya tidak masalah karena mereka hanya berdua, atau apa karena ia sudah mulai merasa nyaman?

Astaga, hal itu mengejutkan Jennifer, ia menggigit bibir bawahnya karena Yunho tidak bereaksi atau menyahut apa-apa setelahnya.

Apakah pria itu tidak suka dan terganggu dengan tawarannya?

"Buka mulutmu," Yunho menatap ke arah Jennifer dengan mimik yang serius.

Karena ucapan Yunho, Jennifer menjadi gugup. Apakah ia salah langkah, namun tak elak ia pun membuka mulutnya, tiba-tiba ia terkejut saat Yunho menyuapinya sepotong daging. Ia terbelalak dan Yunho tertawa dengan renyah. Pria itu lantas menyuap potongan daging ke mulutnya sendiri.

"Yun-yun—"

"Kau pasti akan lapar nanti," sela Yunho, ia hanya ingin membagikan steak dengan Jennifer.

"Uumh," Jennifer segera mengunyah potongan daging tadi, ia menatap Yunho dengan pandangan manja yang tidak biasa. Sadarlah, ini pertemuan kedua mereka tetapi ia sudah seberani ini bagaimana jika nanti pertemuan selanjutnya jangan-jangan ia sudah berani merajuk blak-blakan. "Apa kita berbagi menu?"

"Jika kau anggap begitu," sahut Yunho dan ia kembali menyuapi Jennifer, senyuman terkembang di bibirnya karena wanita ini manis sekali.

"Sebentar, jangan terus menyuapiku," ujar Jennifer tetapi ia menyambut suapan berikutnya.

Mereka berdua tertawa dan Jennifer mulai mengambil sendok, ia mengambil waffle, berry dan juga ice cream lalu menyuapi Yunho. Pria itu menerimanya dengan terbuka. Dan keduanya melempar senyum satu sama lain.

———

Selesai acara bak pasangan yang saling menyuapi lalu berakhir berbagi menu dengan terbuka, mencicipi kopi satu sama lain. Jennifer merasa dirinya dan Yunho memang terlalu dekat padahal mereka mengobrol di chat hanya beberapa hari setelah ia mengirim pesan pertama kali—Nana yang mengirim. Rasa nyaman itu meningkat dengan cepat dan acap kali ia merasa bersemu ketika mereka dilihat beberapa tamu dan komentar mereka yang tertangkap telinganya, ‘Sweet sekali—betapa romantisnya—astaga pria itu begitu mencintai kekasihnya’. Tentang kekasih membuat Jennifer merasa malu berkali lipat. Yunho bukan kekasihnya, pria ini adalah target ia membalaskan dendam temannya. Eh, atau ia salah? Jiyeon berkata untuk merebut Yunho dari Bora, jadi targetnya bukan benar-benar Yunho. Ugh, lagi-lagi Jennifer merasa takut jika ia benar-benar akan suka Yunho.

"Aku sudah menelepon Changmin, dia akan segera tiba dengan supir, kau ingin Changmin mengantar mobilmu ke mansion keluarga Kim?"

Mengangguk, Jennifer kemudian berucap, "Kau akan mengantarku ke mansion kan? Tidak mencampakkan aku ditengah jalan dan menyuruhku naik taksi?"

Tergelak dengan pertanyaan lucu Jennifer, Yunho menggeleng, "Tentu tidak, ayahmu pasti akan membatalkan kerja sama kita jika aku melakukan itu."

"Oh, jadi kau takut Papaku begitu?"

"Itu hanya alibi!"

"Lalu, yang sebenarnya apa?"

"Aku tidak akan meninggalkanmu di pinggir jalan, tidak akan pernah!"

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang