Bab 18

837 177 56
                                    


"Bukan begitu, Honey. Aku tidak bisa mengatakan bahwa semua yang kuinginkan pada dirimu benar-benar terjadi kan? Maksudnya aku mungkin terlalu tinggi membayangkan dirimu, seperti pria idaman tanpa minus!" Jennifer mencari alasan, dan sebenarnya juga ia memang berharap banyak bahwa tidak ada pernikahan yang terjadi antara Jiyeon dan Yunho.

Sejujurnya ketika kekasihnya ini sibuk dengan dokumen pekerjaannya tadi, ia berbalas pesan dengan beberapa temannya yang masih berhubungan hingga sekarang. Bahkan ia mengorek Nana tentang apakah Jiyeon benar sudah menikah, Nana sendiri tidak tahu tentang kabar pernikahan Jiyeon. Ia ingin sekali mengunjungi rumah ibu Jiyeon, well wanita itu sudah ia anggap seperti ibu sendiri, ia ke sana be berapa hari setelah tiba dari London, tapi tidak menanyakan perihal Jiyeon sudah menikah. Jelas, itu karena Jiyeon ada di sana.

Bukan ia tidak percaya pada Jiyeon, tapi bukan juga ia ingin percaya dengan penuh. Entah, semua bagai serba salah. Ia pun tidak ingin menuduh Yunho sekarang, toh bagaimana juga pria ini adalah kekasihnya. Nah, ini juga yang membuat Jennifer goyah mengenai pernikahan Jiyeon. Ia takut andai Jiyeon tahu ia berkencan dengan Yunho dan menurutnya serius, Jiyeon akan marah dan mengamuk.

Ia paham bahwa ada istilah teman makan teman. Tapi, bagaimana ia mengatasi perasaannya sendiri kepada Yunho. Pria ini pandai membuat ia meleleh dan merindukannya. Jika boleh memilih ia pun tidak ingin jatuh kepada Yunho. Namun, hati tidak bisa memiliki pilihan seperti ujian. Ia hanya mengikuti perasaannya dan suka kepada Yunho tidak bisa begitu saja dihapus.

"Sayangku, aku mengerti keinginanmu, aku tidak bisa memenuhi harapan tinggimu kepadaku, tapi kumohon berusahalah  menerima diriku seapa adanya aku, karena aku pun begitu. Aku tidak ingin menuntut kau menjadi kekasih yang sempurna, cukup kau mencintaiku dan tidak berpaling dariku, maka hal itu adalah keinginan terbesarku!"

Yunho mengerti mungkin Jennifer menaruh harapan setinggi angkasa kepada dirinya dan pribadinya, tapi ia tidak mau wanita itu kecewa berat andai sikapnya tidak disukai Jennifer.

"Aku tahu," Jennifer tersenyum lembut, Yunho selalu bisa memenangkan pertarung dirinya. Dan pria itu mendominasinya dengan cepat. "Bolehkah aku katakan kepada Papa bahwa kita sedang berkencan?"

Terkekeh pelan, Yunho segera mengangguk. Tidak ada alasan melarang Jennifer memberitahu orang tuanya tentang hubungan mereka. Ia bahkan akan menghubungi ibunya dan memberitahu hubungan mereka. "Silahkan Sayang, aku tidak melarang. Bahkan, aku ingin mengajakmu bertemu ibuku nanti, aku tidak ingin lama-lama kita berkencan."

"Uugh sudah kubilang aku belum siap mengandung, Hon. Aku baru 24, kau sudah berapa?"

"35, sudah tua iya kan?"

Jennifer membentuk huruf O di bibirnya kemudian terkekeh dan mengubah pandangannya, "Kalau begitu kita harus segera memiliki anak!"

Nah, Yunho tertawa dengan kelabilan sang kekasih, ia mengangguk setuju saja jika mereka harus segera memiliki anak. "Dua saja cukup, walau sebenarnya aku ingin lebih dari 10!"

"Apa? Kau ingin perutku—"

"Bercanda Sayangku," sela Yunho. "Kapan kau siap membuat anak denganku hmm?"

"Kapan saja siap!"

Setelah mengatakan itu Jennifer terdiam, ia menatap Yunho dengan ekspresi terkejut. Itu adalah tanggapan spontannya. Dan pria itu tertawa dengan puas.

"A-aku—"

"Sudah begitu siap ternyata, kenapa tidak bilang hmm? Apa aku harus mengganti panggilan mesraku padamu?"

Astaga, Jennifer berdebar kencang. Ini kencan pertama tapi mereka membahas sudah sampai ketahap ini, bukannya membahas biaya pernikahan kelak, siapa bekerja, tinggal dimana dan lain sebagainya. Ya, itu bukan masalah bagi mereka. Semua itu mudah, jadi tidak ada pembahasan umum mengenai itu dalam kencan mereka. "Ugh, aku—"

"Apa Sayang?"

Menggeleng, Yunho cepat sekali dalam menanggapi ucapannya, ia jadi malu sendiri. "Aku ingin menjadi prioritas utamamu, boleh?"

Prioritas utama? Yunho mengangguk mengiyakan, "Sama kalau begitu, jadikan aku prioritas utamamu."

Jennifer sudah melakukan itu. Ia mengerucutkan bibir dan mengangguk dengan pelan, "Aku ingin berkencan keluar kota denganmu seperti ke tempat-tempat wisata yang indah dan belum pernah aku ke sana."

"Aku ingin mengajakmu tadi jauh dari Seoul, tetapi banyak dokumen, maaf Baby. Bagaimana jika agenda meninjau pabrik nanti kita berdua saja?"

"Ta-tapi aku tidak tahu dimana pabriknya berada!"

Sungguh polos kekasihnya ini, maksud Yunho mereka bisa melapor meninjau pabrik tetapi sebenarnya berduaan untuk berkencan. "Aku akan mengaturnya!"

———

Tiba di halaman besar mansion keluarga Kim. Yunho tersenyum melihat wajah cantik Jennifer. Ia memandang wanita itu yang bersiap turun, tetapi ia teringat bahwa Jennifer belum memberikan hadiah padanya. Segera menahan tangan Jennifer agar tidak turun, Yunho memandang dengan lekat sang kekasih yang terkejut.

"Sayangku, kau lupa hadiahku?" ujar Yunho dengan senyuman mengembang.

Ah, benar! Jennifer lupa memberikan hadiah yang dimaksud kepada Yunho. Ia menutup kembali pintu mobil, dan malu-malu menatap wajah tampan kekasihnya. Ia mendekat ke pipi Yunho namun sejurus kemudian, ia membelok dan mengecup bibir pria itu.

Yunho terkejut, ia menoleh kepada Jennifer. Takjub, tidak mengira jika wanita itu akan menciumnya di bibirnya. Yunho hendak menarik lengan Jennifer tapi wanita itu menggeleng dan berucap dengan malu-malu, "Next, Brownie. Ada CCTV di sini."

Ucapan Jennifer membuat desahan kecewa Yunho, tapi ia paham. Bahkan, nada suara kekasihnya begitu menggoda sekali, apa Jennifer sengaja. "Kau nakal!" gumam Yunho dan tertawa.

Jennifer tersenyum manis, ia turun dengan segera. Lalu melambaikan tangan ke arah Yunho. Pria itu mengangguk pelan, dan segera melaju menjauh dari depan mansion.

"Apakah tadi kencannya berjalan lancar, Nak?"

Terkejut, Jennifer segera berbalik ke arah belakang. Ia tidak menyangka bahwa ayahnya ada di teras dan ia tersenyum kikuk. Apa ia ketahuan sudah berkencan dengan Yunho?

"Papa tahu aku—"

"Apa yang tidak Papa tahu, Sayang? Kau berdandan dengan cantik dan meminta izin keluar kantor dengan pakaian cantik begitu, apa kau senang hmm?"

Dengan segera Jennifer memeluk sang ayah dan mengangguk malu, "Iya Pa, aku tidak ingin hubunganku dan Yunho Oppa main-main, apa Papa bisa mengatakan itu kepada orang tua Yunho?"

"Kepada Woosung? Hahaha, sudah Papa katakan sejak kau keluar dari kantor, bahwa anaknya mengencani putri semata wayang Papa. Kami bicara di telepon dan menunggu kalian untuk mempersiapkan semuanya, katakan pada Papa jika Yunho sudah melamarmu!"

Lagi-lagi, Jennifer terkejut. Ia belum genap sebulan kembali dan kedua orang tua sudah menyetujui. Sejujurnya ia ingin Namgil mengatakan kepada orang tua Yunho agar pria itu tidak main-main dengannya dalam kata lain antisipasi ternyata kedua orang tua ini jauh lebih dahulu membahas tentang mereka. Luar biasa sekali. Jennifer senang, tetapi ia juga tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada Jiyeon kelak.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules, 35 komentar, dimohonkan ga ada komen thank u, next ariana grande.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang