Bab 14

779 196 49
                                    


Merapikan meja kerjanya, Yunho segera berdiri dari kursi empuk nan nyamannya. Ia tersenyum, karena jelas supir yang bekerja di kantor sekarang sedang menjemput kekasih hatinya yang baru. Ya, ia sedang menunggu wanita itu tiba di ruangannya lalu bersama-sama membelah jalanan Seoul. Mereka akan berkencan resmi dari sekarang.

Ia sedang merencanakan sesuatu untuk kencan kali ini. Agar membuat wanita itu senang, dan terus lengket kepadanya ia perlu melakukan beberapa trick. Tidak sering ia melakukan hal ini, kepada mantan terdahulunya, Yunho tidak pernah men-treatment mereka seperti ia men-treatment Jennifer. Jelas saja, Jennifer adalah wanita spesial yang tidak perlu ia ragukan untuk restu orang tuanya. Jujur saja, tadi ia ingin mengajak Bora bertemu sang ibu, namun kebohongan wanita itu terungkap saat ia mengenal Jennifer. Kini, baginya Bora bukanlah siapa-siapa, ia bahkan ingin segera menghapus nomor wanita itu. Ah, jangan lupa kejutan yang diberikannya kepada Bora, sebagai rasa terima kasih yang besar karena sudah berbohong dengan sukses.

"Maaf sekali mengganggumu Boss!" pintu ruangan kerja Yunho terbuka dan menghadirkan sosok asisten yang tersenyum lebar dengan setumpuk dokumen yang dibawanya.

"Min aku—"

"Presiden Direktur Jung meminta agar Boss menyelesaikan semua dokumen ini sebelum keluar kantor!" tersenyum, Changmin tahu sekali bahwa Yunho pasti akan terlihat sedikit emosional. Pasalnya pria itu sedang mempersiapkan kencan dengan pacar barunya.

Well, salah siapa tidak sabar berkencan padahal setumpuk pekerjaan masih ada. Nampaknya, ayah Yunho bersikap tepat untuk menyelesaikan pekerjaan dulu walau sejatinya pria paruh baya itu tidak tahu bahwa anaknya akan bolos dan berkencan. Dokumen ini sebuah pelajaran bagus untuk sang boss.

"Kau tahu kan aku akan berkencan dengan Jeje, kau bisa—"

"Semua ditanda tangani oleh CEO Jung Yunho!" Changmin tersenyum lebar dan segera berbalik setelah meletakan setumpuk dokumen tadi. Ia kembali berbalik dan lagi-lagi mengukir senyum lebar. "Tolong diperiksa baik-baik dahulu, karena terlalu banyak pekerjaan aku jadi lupa mana yang sudah kuperiksa."

Yunho mengangakan mulutnya, ia benar-benar tidak percaya ucapan Changmin. Apa pria itu sengaja? Berdecak, Yunho hendak mengambil ponsel, namun pintu ruangannya masih terbuka dan Changmin masih di depan sana.

"Ah, Nona Kim, apa Nona datang untuk bertemu Boss? Dia sangat sibuk sekali!"

Spontan pandangan Yunho tertuju kepada Jennifer. Ia segera berdiri. Dan matanya terpana melihat Jennifer. Sungguh wanita ini sangat membuat ia terpesona. Apalagi pakaian Jennifer sekarang, dan wanita itu berkali lipat dari sebelumnya.

"Yunho Oppa, kau sibuk?" Jennifer menelengkan kepalanya. Ia benar-benar mengganggu pria ini kalau begitu. Semestinya mereka bertemu ketika selesai bekerja. Namun, ia dan Yunho juga sepakat bahwa ia dijemput supir ke gedung perkantoran TVXQ Group, lalu bersama dengan Yunho keluar.

"Hmm sedikit, Sayang. Tunggu aku sebentar," Yunho melangkah menghampiri Jennifer dan ia memandang sengit kepada Changmin. Sengaja sekali membuat ia sibuk.

"Benarkah? Aku hanya tidak enak jika Oppa sibuk," Jennifer berucap dengan nada normal. Jelas, ia tahu tempat dan situasi, ada Changmin di sini, tidak mungkin ia bersikap manja kepada pria yang sekarang resmi menjadi kekasihnya.

"Tidak apa-apa, tunggu lah sebentar di sofa. Changmin akan membawakan kudapan dan minuman selagi kau menungguku," Yunho tersenyum lebar, kali ini balasan ia menyusahkan Changmin.

"Aku?!" Changmin menunjuk dirinya dan ia mendesah seraya mengangguk dan menutup pintu ruangan Yunho. Biasanya ada petugas khusus yang diminta Yunho menyajikan jamuan sekarang, pria itu menyuruhnya dengan sengaja.

Yunho terkekeh melihat ekspresi wajah Changmin dan bersamaan dengan pintu tertutup. Ia memindahkan atensi kepada Jennifer dan wanita itu terlihat malu-malu. Menggemaskan sekali. Ia mendekat hingga jarak diantara mereka tersisa sejengkal. Lalu menyentuh pipi Jennifer dan mengecup puncak kepalanya dengan sayang.

"Unngh Oppa," gumam Jennifer dan melirik Yunho.

"Kenapa hmm? Wajar kan jika sekarang aku menciummu dengan penuh sayang?"

Iya, memang wajar. Tapi, Jennifer cukup kikuk. Mereka baru kenal dua pekan lebih dan sekarang sudah dalam hubungan. Sejujurnya, ia penasaran dengan status Yunho, apakah sudah mengakhiri hubungan dengan Bora, atau masih. Tetapi, sebenarnya juga ia tidak peduli banyak. Toh, Yunho tidak akan berani macam-macam dengannya jika tidak ingin berurusan dengan sang ayah.

Justru, Bora lah yang harus khawatir andai pria ini belum putus dengannya, maka Yunho menduakan Bora secara telak. Dengan kata lain, misi yang diberikan Jiyeon sudah berhasil. Ia sudah melakukan apa yang diminta Jiyeon. Selebihnya tentu terserah dengannya kan? Ia akui bahwa tidak mudah lepas untuk tidak jatuh cinta kepada Yunho. Jadi, andai Jiyeon mengkonfrontasinya kelak, maka ia memiliki pembelaan kuat bahwa Jiyeon memulai semuanya. Well, sekarang ia sudah tidak menilai Yunho pria brengsek. Padahal, mereka belum lama dekat. Cinta itu memang buta!

"Bukan begitu, tapi aku takut mengganggumu fokus, serius aku tidak mau—"

Jennifer terdiam ketika keningnya dikecup Yunho. Ia melongo menatap kekasihnya ini. Kemudian, semburat merah muda muncul dengan alami di pipinya.

"Aku senang sekali jika kau mau menemaniku bekerja, aku sangat bersemangat, Baby," Yunho mengusap wajah Jennifer dengan lembut dan wajah mereka sangat dekat sekali.

Yunho tidak bisa begitu saja mencium Jennifer tepat di bibir. Ia tidak mau jika wanita itu menjadi kehilangan rasa dengannya. Perlahan-lahan, ia harus bertahan karena ini baru permulaan.

"Uuh baiklah, aku akan duduk manis di sofa sembari menunggumu," Jennifer mengumbar senyuman manis, ia memegang lengan Yunho, bukankah hal ini juga wajar karena mereka sedang berkencan.

Mengangguk pelan, Yunho mengajak Jennifer duduk di sofa. Ia mendudukan wanita itu dan sedikit berjongkok, "Aku tidak akan lama."

Jennifer paham, ia sendiri tidak ingin  Yunho tidak bekerja dengan baik. Sebagai kekasih, ia harus memahami dan lagi ini demi masa depan mereka. Astaga, pipinya memerah karena sudah sejauh itu membayangkan. "Semangat Brownie Honey," ucap Jennifer dengan lembut.

"Iya Sayang," Yunho berdiri tegak, lantas berbalik menuju ke mejanya. Ia tidak bisa menyembunyikan senyuman senang, ah bekerja ditemani kekasih yang pas. Sungguh sebelumnya tak pernah ia bayangkan. Ini menyenangkan juga, karena ada penyemangat dikala lelah satu ruangan dengannya.

Memeriksa dokumen, sesekali Yunho melirik kepada Jennifer. Wanita itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Bukan marah, ini hal wajar. Jennifer mungkin bosan menunggu dan ia memahami dengan baik, tapi ketika bersama, wanita itu sama sekali tidak peduli dengan ponselnya. Seperti mereka fokus satu sama lain untuk mengisi.

Tak lama setelah itu, Changmin tiba dengan nampan. Satu cangkir kopi serta beberapa biskuit yang memang merk kesukaannya selalu di stok di kantor. Berharap, Jennifer menyukai biskuit cemilannya ini.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules, 35 komentar ya.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang