Bab 22

815 191 52
                                    

Tersenyum ketika menerima panggilan video call dari yang tercinta, Jennifer langsung mengangkatnya dan melambaikan tangan ke layar ponselnya. Hal yang sama dilakukan Yunho, pria itu tertawa seraya membenarkan topinya dan di belakangnya ada Changmin. Seperti yang dikatakan Yunho, bahwa pria itu akan bermain golf tanpa dirinya.

"Sedang apa, Baby?"

Jennifer berdiri, ia baru selesai berdandan, meski Yunho masih lama ke rumah untuk mereka kencan selanjutnya tetapi ia tetap harus tampil cantik. Lebih lagi ini weekend, Chaerim pasti ada di sekitar dirinya. "Tidak sedang apa-apa, aku ingin ke bawah. Belum breakfast," sahut Jennifer dengan santai.

"Astaga, ayo cepat! Nanti kau semakin kurus."

Mendengar ia dikatakan kurus lagi, Jennifer mencebil seraya keluar kamarnya. "Ini aku sedang berjalan, kau akan segera main? Jangan genit dengan caddy, ingat!"

"Tidak akan. Iya aku akan segera main, boleh kututup teleponnya?"

"Iya Honey, semangat untuk menang!"

"Hahaha, tentu saja, Sayangku makan yang banyak!"

Jennifer melirik ke lantai bawah yang sebentar lagi ia turuni, ia melihat ada Chaerim di ruang tengah. "I love you, Brownie!" sengaja Jennifer mengatakan itu dengan nyaring, ia ingin melihat reaksi Chaerim.

"I love you too, Baby."

Sebenarnya Jennifer terkejut mendengar ungkapan i love you pertama dari Yunho, meski ia yang memulai lebih dahulu. Tetapi, mereka jadian bukan karena pria itu tidak mengatakan apa-apa tentang cinta. Yunho mengatakan sangat mencintainya kala itu bukan. Nah, ini hanya ungkapan dalam bahas lain saja, namun ia tetap senang sekali.

Sambungan video call terputus, Jennifer menuruni sisa anak tangga dengan cepat dan ia sudah berada di lantai bawah. Hendak melalui Chaerim, Jennifer bersikap santai seolah wanita itu tidak ada. Ucapan Chaerim menghentikan langkahnya karena menurutnya terlalu kasar.

"Kembali dari UK hanya untuk seorang pria, benar-benar luar biasa gatal!"

Menoleh kepada Chaerim, Jennifer menahan emosi yang tiba-tiba ada. Ia tidak menyangka bahwa pandangan Chaerim buruk sekali kepadanya. "Apa yang tadi Bibi katakan?"

"Kau gatal sekali, apa di sana tidak ada pria yang bisa kau tempeli?" Chaerim meletakan majalah yang tadi dibukanya, wanita itu bersedekap dan menatap nyalang kepada Jennifer.

Tertawa kering, Jennifer pun ikut bersedekap seraya menatap remeh kepada Chaerim, bukannya ia tidak sopan kepada orang yang lebih tua, tapi kasus Chaerim berbeda. Wanita ini memang tidak perlu diberikan kemurahan hati apa lagi tata krama. "Apakah itu yang terjadi pada Bibi, Bibi sangat gatal? Karena tidak pernah digaruk oleh Papaku? Maka dari itu semenjak aku bayi sampai sekarang Bibi tidak memiliki anak lagi, ah aku lupa, Papa selalu menginginkan ranjang terpisah dengan Bibi!"

Chaerim meradang mendengar olokan Jennifer. Wanita ini semakin kurang ajar sekali. Ia hendak berdiri dari single sofa yang diduduki tetapi ucapan dari arah tangga membuat Chaerim meradang lebih.

"Papa tidak bernafsu mungkin melihat Bibi, dibanding ibuku Bibi tidak ada apa-apanya, Jaejae," Seonho menyahut, dan terkekeh pelan. Chaerim adalah musuh bagi mereka semua.

Menggenggam tangannya, Chaerim benar-benar merasa anak Namgil keterlaluan sekali. Ia menatap kepada Seonho dan ingin sekali melampiaskan amarah kepada pria itu. "Jangan membandingkanku dengan wanita yang tiada. Mungkin benar ibumu lebih cantik dariku, tapi apakah ibunya yang mengandung anak haram sepertinya memiliki —"

"Jaejae saja cantik seperti ini, Bi. Jadi, bisa dipastikan selera Papa tidak rendahan. Bibi tidak lupa kan bahwa menikah dengan Papa karena jalur pribadi kakek dan nenek?" Seonho mengskakmat Chaerim, ia berlalu dan merangkul bahu Jennifer, mengajak sang adik untuk menjauh dari Chaerim.

Sebenarnya Seonho heran mengapa Chaerim masih betah saja padahal setelah kakek dan nenek mereka tidak ada, maka pelindung wanita itu tidak ada lagi. Atau mungkin Chaerim menunggu harta ayahnya. Entahlah, apapun tujuan wanita itu maka tidak akan tercapai.

Ketika tiba di dapur, Jennifer terkejut melihat Yeena dan dua sepupunya ada di sini. Ia berdecak, menatap marah kepada ketiga wanita itu. Salah satu sepupu Yeena bergegas keluar dari dapur dan tersisa hanya Yeena dan Bora. Nampaknya dua orang wanita ini bebal, tidak seperti satu lainnya tadi.

"Bukankah sudah jelas kalian tidak boleh ada di sini?!" Jennifer meninggikan suaranya, ia benar-benar marah hanya melihat wajah Yeena.

Teringat hal dulu, ketika ia berada di dapur dan meja makan maka Yeena dan Chaerim meneriakinya maling makanan dan parahnya neneknya pun tidak bisa membela, ah bukan tidak bisa tetapi memang tidak peduli kepadanya. Ia pun diseret oleh Chaerim keluar dan dicubit sampai dipukul di area belakang rumah. Ia diperingatkan agar tidak masuk ke dapur dan berkeliaran di dalam rumah. Wanita itu hypocrite, bak ibu tiri Cinderella.

Jadi, andai ia membalas sekarang kepada Chaerim dan Yeena, menurut Jennifer sah saja. Ia bukan manusia baik hati yang bisa berkata merelakan perbuatan mereka dahulu dengannya. Sakit hati itu jelas ada pada sikap Yeena dan ibunya.

"Oh, ada Nona sok berkuasa di sini!" Yeena berucap dengan acuh tak acuh.

"Wah menantang sekali," ucap Seonho dan bertepuk tangan. "Lupa bahwa di sini dipasang CCTV? Lupa bahwa Papa akan menghukum jika Jaejae mengadu?"

Seketika wajah Yeena berubah, namun sejurus kemudian senyuman lebar diukir wanita itu. Sengaja, ia mengolok-olok keduanya. Sudah sering ia masuk ke mansion tapi tidak ada yang memanggilnya dari mengendap-endap hingga melenggang dengan manja. Ayah tirinya tidak bertindak. Semua ucapan itu hanya gertakan saja menurut Yeena.

"Kau kira aku takut?" Yeena terkekeh dan menggeleng pelan.

Seonho gemas sekali ingin mencubit Yeena. Ia tidak mungkin melakukan kekerasan kepada wanita kan, jadi ia mendekat kepada Jennifer dan berbisik, "Jaejae berteriak."

Jennifer bingung, ia menatap Seonho dan pria itu mengangguk saja. Entah apa maksud Seonho menyuruh ia mendrama? Tapi, tidak ada salahnya mencoba. "Aaaaarrgghhhhh!"

Teriakan Jennifer menggelegar sekali, Seonho tidak menyangka bahwa powerfull suara adiknya sedemikian rupa. Ia pun terlihat sedikit panik dan terkejut saat melihat Yeena spontan menutup mulut Jennifer.

"Apa yang kau lakukan pada Jaejae!" Seonho menjauhkan tangan Yeena dan beberapa saat kemudian beberapa karyawan tiba ke dapur karena teriakan Jennifer.

"Brengsek! Apa yang dilakukannya?" Yeena menunjuk Jennifer dengan cepat, ia memasang wajah marah luar biasa. Dan tepat pada saat itu ia melihat Namgil masuk ke area dapur bersama dengan ibunya.

"Apa yang terjadi?!" Namgil langsung menarik Jennifer, membawa sang anak ke dalam pelukannya. Siapa yang berani membuat anaknya berteriak atau menangis? Yeena? Mengapa wanita itu dan sepupunya ada di mansion utama? Sudah ia peringatkan agar tidak berada di hadapan Jennifer, dan Yeena sangat bebal sampai-sampai membuat Jennifer berteriak histeris.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Well, karena komen ga memenuhi terpaksa loncat bab ya.

Rules 35 komentar.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang