Bab 3

919 220 52
                                    


Chaerim terkejut mendengar hal itu. Spontan wanita itu berdiri dan menatap Namgil dengan tatapan marah tak biasa. Sungguh, kehadiran Jennifer adalah sesuatu yang bagaikan pil pahit. Ia sangat marah karena tatanan yang selama ini sudah susah payah ia atur dihancurkan hanya karena wanita ini ada di Seoul. Terutama Jennifer menyingkirkan posisi anaknya dari mansion utama.

Sejak awal kedatangan bayi perempuan yang dikatakan Namgil adalah anaknya, sejak saat itu juga Chaerim tidak menyukainya. Jelas saja tidak suka, bukan ia yang melahirkan anak itu, bukan dirinya yang memberikan anak untuk Namgil. Tetapi, semestinya Namgil paham posisi mereka yang sudah sama-sama memiliki anak, bahkan jika Namgil ingin anak perempuan, anaknya yang kala itu berusia balita bisa menjadi anak Namgil secara natural. Namun, pria itu tiba-tiba menggegerkan seisi mansion dengan membawa bayi dan menyatakan adalah putrinya.

"Kau tidak bisa menyingkirkan Yeena dari kediaman kita, Namgil-ah. Kau-"

"Aku tidak mengusirnya, aku hanya memindahkan Yeena ke paviliun bersama dua sepupunya, kau pun jika ingin, silahkan ikut Yeena di paviliun, kurasa satu paviliun masih besar untuk ditempati kau dan yang lain!" Namgil menjawab dengan tatapan sengit, menandakan bahwa jika Chaerim pun tidak suka maka Chaerim bisa pindah ke paviliun dengan Yeena.

"Ta-tapi, Pa? Kenapa Yeena harus pindah, Yeena rasanya tidak akan ada masalah jika Yeena tinggal di kediaman utama, dan Yeena tidak akan mengganggu Jennifer!" Yeena memamerkan senyum kepada Namgil dan juga Jennifer. Senyuman agar lawan bicara menilai ia adalah wanita yang ramah.

"Aku merasa terganggu jika Yeena masih di sini, Pa. Papa tahu sendiri, apartemenku di London seluas apa," Jennifer memajukan bibirnya, ia menunjukan sikap manja kepada sang ayah.

Yakin sekali, Yeena dan ibunya semakin kesal mendengar apa yang dilakukannya. Ia nyaris tersenyum simpul tapi ia paham tidak boleh menunjukan sisi kemenangan secara cepat.

"Kau dengar? Jaejoong keberatan, jadi tidak ada alasan bagiku mempertimbangkan ulang. Jika Yeena tidak suka, silahkan angkat kaki dari sini!" Namgil merasa dirinya sudah menemukan kembali power yang selama ini teredam. Ia bisa membalik keadaan semenjak orang tuanya tidak ada lagi.

Chaerim berdecih, wanita itu kembali duduk, sementara Yeena terlihat merengut dan kedua sepupunya hanya diam sejak tadi.

"Perlahan kau ingin menyingkirkan aku juga, iya kan?"

Terkekeh, Namgil memandang datar Chaerim, "Kau tahu bagaimana hubungan kita, jika kau ingin berpisah maka kau ajukan lebih dahulu!"

"Itu tidak mungkin!" Chaerim meninggikan nada suaranya, dan menatap ke arah lain.

Hyunbin sudah tahu pasti akan ada keributan, ia memberi isyarat agar asisten rumah tangga segera menyajikan makanan.

"Untuk asisten rumah tangga yang bekerja di dapur, aku tidak akan mengganti, jika masa kerja kalian sudah lebih 30 tahun. Selebihnya akan di pindahkan ke bagian paviliun. Sementara yang lain, akan kuganti ke tempat agen dimana aku meminta asisten rumah tangga!" Namgil memberi ketegasan lagi, sengaja ia mengatakan masa kerja selama itu karena dihitung dari selama apa mereka sudah mengabdi kepadanya.

Tidak ada yang bisa mengganggu gugat keputusan Namgil lagi. Seonho bahkan berdeham dan mencondongkan tubuhnya kepada Jennifer.

"Papa benar-benar berbeda semenjak Kakek dan Nenek sudah tidak ada!" bisik Seonho dan ia melirik kepada Chaerim.

"Sepertinya begitu, aku terkejut Papa mengutamakanku tanpa diam-diam lagi," balas Jennifer berbisik.

Hyunbin berdeham, secara tidak langsung menegur kedua adiknya itu. Dan keduanya pun langsung sigap, seraya menunggu hidangan mereka disajikan.

———

Tersenyum ketika Jennifer memasuki ruang kerja dengan cara yang lucu, Namgil benar-benar senang melihat putri semata wayangnya ini. Jennifer melongokan kepalanya lebih dahulu di sela pintu yang dibuka sebelum tersenyum polos masuk ke dalam. Namgil memanggil Jennifer kemari dengan sengaja. Ada hal yang ingin ia bahas dengan sang putri.

"Papa mencariku? Uumh jangan bilang Papa ingin aku memijit bahu Papa seperti dulu," ujar Jennifer dan terkekeh pelan ketika melihat Namgil mengangguk singkat.

"Benar, Papa memintaku kemari untuk itu, ayo sini Sayang, pijit bahu Papa," Namgil menepuk pelan bahu-bahunya dan sang putri sangat penurut, mendekat dan mulai memijit bahunya.

"Ini ada bayarannya seperti dahulu kan, Pa?"

"Ada, tenang saja!" sahut Namgil dan tertawa pelan. "Nak, Papa sudah dengar dari Namseon, kau ingin ikut ketika Papa bertemu dengan CEO perusahaan TVXQ Group? Kenapa hmm?"

Menggigit bibirnya, Jennifer menunduk sedikit dan berucap dengan malu-malu, "Hanya ingin tahu saja, temanku dia mengatakan CEO perusahaan itu bernama Jung Yunho, dia mengira aku kemari untuk perjodohan dan dia katakan bahwa CEO itu cukup tampan, jadi aku hanya penasaran saja, lagi pula Papa memintaku bekerja di kantor nanti, iya kan?"

Mendengar hal itu Namgil tertawa renyah, teman anaknya ada-ada saja. Dan benar memang jika wajah pria bermarga Jung itu cukup tampan, menurutnya. Apakah anaknya ini akan tertarik dengan pria itu nanti ketika melihatnya, itu belum bisa dipastikan. Karena yang patut bersanding dengan Jennifer adalah pria yang benar-benar akan menjaga sang putri dengan sangat baik. Jadi, ia tidak akan membiarkan pria manapun membuat anaknya terluka, meski nanti andai Jennifer suka dengan Yunho, ia tetap tidak akan membiarkan Jennifer dengan pria itu kalau Yunho adalah anak panah yang akan menusuk sang anak. Tidak, ia akan merestui kepada pria yang penyayang dan selalu mengutamakan Jennifer.

"Jadi kau serius ingin ikut Papa? Sebenarnya bukan Papa yang akan bertemu, tapi Oppamu, Hyunbin!"

"Ooh? Hyunbin Oppa?"

"Hmm, tapi nanti akan Papa katakan urusan dengan CEO Jung biar Papa mengurusnya," ujar Namgil, jelas ia tidak akan mengecewakan sang anak.

"Aah Papa terbaik!" Jennifer tersenyum senang, ia mengecup pipi Namgil dan kembali memijit bahu sang ayah.

"Biar Papa tebak kali ini kau ingin bayaran tas branded kan?"

Menggeleng, Jennifer tersenyum jahil. "Bukan!"

"Lalu, apa? Perhiasan?"

"Juga bukan!"

"Mobil? Ah Papa tidak membelikan kau mobil baru, pasti itu kan?"

"Juga bukan! Semua tebakan Papa salah!"

"Lalu kau ingin apa, Je?"

"Cokelat dan permen rasa strawberry!"

Mendongak, Namgil tidak salah dengar? Anaknya ini meminta apa yang dulu biasa diminta ketika sedang anak-anak. "Kau yakin, Nak?"

"Kenapa tidak? Kadang aku rindu dengan cokelat dan permen yang biasa Papa berikan untukku!"

"Bahkan pabrik permen pun bisa Papa berikan padamu jika kau ingin."

"Tidak, belikan secukupnya, jangan lupa merk yang biasa," ujar Jennifer dan terkekeh pelan dan terus memijit bahu Namgil.

Tersenyum, Namgil senang bahwa meskipun Jennifer sudah besar tapi anaknya ini masih lah tetap bayi baginya dan sikap Jennifer seperti ini membuat ia semakin senang.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 30 komentar ya.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang