Bab 47

760 153 37
                                    

Megah, mewah, penuh dengan tamu undangan dan sesuai harapan keinginan, pesta pernikahan Yunho dan Jennifer berlangsung. Banyak tamu undangan dari kalangan bisnis kedua orang tua mereka hadir. Kerabat jauh serta keluarga semua hadir, tak terkecuali Chaerim serta anak dan keponakannya. Ya, Jennifer membolehkan komplotan itu menikmati pesta mewahnya, dengan catatan tidak ada pengganggu dan tidak membuat ribut.

Hal yang tadinya dikira-kira Jennifer pun tak terjadi, Yunho tidak berkomentar tentang kehadiran Jiyeon, namun wanita itu hanya datang sebentar saja meski ia meminta menjadi bridesmaid, kehadiran wanita itu pun membuat Jennifer lega.

Semua berjalan dengan baik, dan ia pun sangat lega karena sekarang statusnya dan Yunho sudah berubah menjadi suami istri. Namun, satu hal yang tidak disenangi Jennifer kala pesta selesai yaitu, ia dibawa ke rumah keluarga Jung. Karena, keinginan mertuanya dan ayahnya tidak keberatan.

Jujur, ia merasa hubungan dengan JiAh tidak bisa seperti sedia kala. Ada dinding yang membatasi mereka berdua. JiAh pun nampak sama, mereka hanya terlihat manis ketika di depan kamera. Bukannya ia ingin menjadi menantu tidak tahu diri, hanya saja JiAh pun tidak mengatakan apa-apa kepadanya apalagi meminta maaf karena mengatakan ia anak haram.

Jennifer memperhatikan Yunho, pria itu meletakan arlojinya di atas meja nakas. Wajahnya datar saja sejak masuk ke dalam rumah ini sampai masuk ke dalam kamar Yunho. Ia mendesah pelan dan spontan Yunho menoleh kepadanya.

"Kau kenapa hmm?"

Apa kah pria itu lupa bahwa ia tidak mau tinggal dengan mertua? Apa Yunho melupakan bahwa mereka akan memiliki rumah sendiri? Atau Yunho pura-pura lupa?

"Tidak tahu!" sahut Jennifer dengan ketus.

Yunho menggeleng pelan, ia melepas beberapa kancing kemejanya dibagian atas dan menunduk, menumpukan kedua tangannya di sisi Jennifer, bak mengunci sang istri, "Kau merajuk? Kenapa lagi, Darl?"

Jennifer menggeleng, ia membuang muka dari Yunho. "Tidak—"

Wajah Jennifer terkejut kala lehernya didaratkan sebuah ciuman oleh Yunho dan sejurus kemudian pria itu mendorong tubuhnya, ia semakin terkejut ketika melihat seringaian Yunho, dan berguling ketika pris itu hendak menindihnya.

"O-oppa, apa yang kau lakukan?" Jennifer menatap tak percaya Yunho, pria itu ingin menyerangnya? Astaga, ia sungguh ingin menghindari hal ini terjadi.

"Kenapa? Kita sudah resmi? Tidak boleh?"

Bukan begitu, tetapi ia masih ingin melanjutkan aksi merajuknya. "Ini bukan rumah kita!" Jennifer memberi kode bahwa ia merajuk karena itu.

"Ini kamarku, Baby."

"Uugh kau lupa?" Jennifer memberengut dan menatap kepada Yunho dengan pandangan terluka. Sepertinya pria itu memang melupakan tentang apa yang sudah mereka bicarakan.

"Lupa? Apa?"

"Uuh kita akan tinggal di rumah sendiri ketika menikah!"

Mendengar itu Yunho tertawa renyah, bukan ia lupa, Namun membeli rumah serta merenovasi dan membeli perabotan baru tidak seperti membeli permen. Ia mendekat kepada Jennifer dan tersenyum lebar. "Aku ingat, tapi rumah kita sedang dipersiapkan, belum selesai di renovasi."

"Renovasi?" Jennifer semakin terkejut. Ia bahkan tidak melihat keadaan rumah mereka kelak dan sekarang sudah di renovasi tanpa meminta pendapatnya?

"Iya, sebentar lagi selesai, kenapa lagi? Kau nampak tidak senang."

"Tentu, kau merenovasi tanpa bertanya padaku?"

"Kau tidak percaya pada seleraku?"

Jennifer memandang Yunho, kamar pria ini memang besar dan ia akui selera Yunho mengatur furniture dan cat di kamarnya bagus. Tetapi, ia ingin dilibatkan apa pria ini tidak paham?

"Tapi rumah itu akan kita tinggali berdua, kenapa tidak bertanya padaku kau akan membeli rumah itu dan..."

Yunho berdiri dan melepas kemejanya, ia lantas melangkah menuju ke keranjang pakaian kotor dan meletakan di sana. Menghindari perdebatan yang menurut Yunho akan panjang.

"Hon, aku sedang bicara dan kau—"

"Mau ke bath room berdua?"

Jennifer membesarkan matanya, ia tidak percaya pria itu menawarkan hal itu kepadanya, mereka belum selesai bicara dan Yunho mengatakan itu dengan wajah polos.

"Hon aku—"

"Ayo, kita coba di dalam!"

"Hah? Apanya?" Jennifer semakin terkejut, namun pria itu kembali menyeringai dan menarik tangannya agar berdiri. Jennifer ingin menghindar, namun tubuhnya malah mengikuti Yunho begitu saja.

———

"Kau cerewet sekali, kenapa tidak percayakan semua hal padaku? Kau bahkan mengundang wanita yang kuhindari, tanpa bertanya padaku dan aku diam. Mengenai rumah, aku sudah meminta interior terbaik dan meminta kamar utama ditata sama dengan kamarmu di mansion, itu agar kau merasa nyaman nantinya. Kau tahu, aku ingin yang terbaik untukmu bukan karena aku egois dan tidak ingin bertanya bagaimana ini bagaimana itu, tapi aku ingin memberi kejutan, hanya itu."

Yunho mengusap lembut rambut panjang Jennifer dan ia memeluk sang istri yang bersandar di bahunya pada sofa panjang empuk di kamarnya ini.

Jennifer mendongak, ia merasa cukup bersalah karena merajuk. Melihat senyum Yunho lantas kemudian pria itu mengecupnya. Ia memeluk Yunho dan berucap, "Maaf Hon, aku hanya—"

"Bagaimana pun, dia adalah mamaku, Baby. Tolong maafkan dia, aku tidak mau kau dan Mama terus bersitegang, atau perang dingin, kumohon," ujar Yunho menyela.

Tidak tahu harus merespon bagaimana, tapi ucapan Yunho terdengar sangat tulus sekali. Jennifer memandang wajah pria itu. Ia pun sebenarnya tidak ingin ada hal seperti ini, tapi bagaimana jika seandainya ia menurunkan ego, namun ibu mertuanya tidak?

"Jika aku bersikap seperti biasa padanya, tapi dia mengabaikanku, apa yang harus kulakukan?"

Yunho menggeleng, "Aku rasa tidak akan terjadi, mama memiliki gengsi tinggi untuk hal ini, tapi dia akan bersikap baik kepadamu jika kau menyapanya seperti sedia kala."

"Kau berani jamin?"

"Tentu Sayang."

"Uungh, aku akan coba," memang tidak baik terlalu lama dalam siatuasi perang dingin dengan mertua sendiri. Namun, Jennifer sungguh tidak akan bersikap baik jika JiAh memperlakukan buruk dirinya.

"Terima kasih, Sayangku."

"Tapi ini bukan berarti aku setuju untuk tinggal di sini, kita tetap akan di rumah sendiri, uumh?"

Terkekeh, Yunho mengangguk. "Iya, bukankah kubilang sedang di renovasi, hmm bagaimana jika—"

"Hon, kau ingin minum teh?"

Menggeleng, Yunho tersenyum lebar, "Kau ingin menghindar dariku, wajar kan aku meminta hakku kita sudah menikah, kau tahu rasanya menyakitkan jika mendapat penolakan dari istri sendiri!"

Menatap Yunho, Jennifer tersenyum kaku. Apakah benar begitu? Ia tadinya memang ingin bermaksud menolak Yunho, karena jelas dari tadi pria itu memberikan sinyal-sinyal ingin melakukan hubungan dengannya. "Ooh maaf, Hon! Aku tidak bermaksud begitu, tapi aku tidak membawa pil KB dan—"

"Kita sudah resmi menikah Baby, kau mengandung sekali pun itu bukan masalah sekarang."

Benar juga, Jennifer mengangguk pelan. Ia menatap Yunho dengan intens dan tanpa aba-aba pria itu langsung menciumnya dengan penuh semangat.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 35 komentar.

.
.
.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang