Antara Aku, Kau dan Dia

75 18 7
                                    

Daniel masuk ke dalam mobilnya dengan membanting pintu. Semula ia akan bergegas untuk mengemudikan mobilnya. Namun tak jadi, ia hanya meremas kuat kemudinya kemudian memukuli kemudi tersebut.

Setelah cukup puas melampiaskan marahnya hingga membuat tangannya terluka karna terus menghantam kemudi dengan kuat.  Ia pun meletakan wajahnya di sana. Dan mulai menangis terisak-isak.


Ini bukan hanya tentang rosa. Ini tentang banyak hal. Tentang ia yang selalu berusaha menyembunyikan rasa lelah, rasa sedih selalu berpura baik-baik saja dan menahan semuanya.


Ternyata kali ini Daniel tak sanggup menahan lagi. Tangisnya sudah cukup untuk menunjukkan seberapa banyak sakit yang ia tahan itu.


Jika ia bisa memilih ia tak mau menjadi Oetama tapi hidup dalan kesendirian seperti ini. Memikul beban seberat ini. Mengapa orang tuanya pergi tanpa mengajaknya?

Apakah orang tuanya juga tidak menginginkannya?



Selama ini setiap kali Daniel merasa sangat rapuh, kesepian, sendirian, takut atau lelah. Ia hanya selalu mengingat princess kecilnya itu. Bertahan karna ia punya janji yang harus di tepati padanya. Yaitu menikahi wanita itu.


Daniel bertahan karna Rosa. Tapi ternyata ia juga gagal menepati janji pad Rosa, pada mendiang kakeknya. Sekarang ia seolah tak punya kekuatan apa-apa lagi. Daniel merasa tak sanggup bertahan lagi.



Tangisan Daniel perlahan berhenti. Ia mulai mengangkat kepalanya menatap lurus ke arah depan. Tidak, ia tak mau menyerah. Ia tak mau mengalah. Ia akan mengambil apa yang seharusnya memang menjadi miliknya.


Tangan Daniel merogoh saku jasnya. Ia mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk menghubungi Rosa. Belum sampai Daniel menekan tombol panggil.


Rosa sudah lebih dulu menghubunginya. Daniel terhenyak. Apakah Rosa sudah tau?

Tanpa menunggu lagi, Daniel langsung saja mengangkat telfonnya.



"Rosa ada yang mau-"

"Kak... Mark kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit Medistra.."

"Hah?"


🌸🌸🌸🌸


Saat Daniel, Annelise dan Seno sampai di rumah sakit. Rosa dan Jansen sudah sampai lebih dulu. Teman-teman Markus juga berkumpul dengan lengkap di sana.


"Gemma..." Panggil Rosa saat melihat Annelise datang.


"Bagaimana keadaan Mark?"


Rosa yang matanya sudah membengkak karna dari tadi tak berhenti menangis pun menjawab dengan masih terisak-isak.


"Aku ngga tau Gemma, waktu aku sampai Mark sudah di ruang operasi..."


"Kita sama-sama  doakan yang terbaik untuk Mark ya" ucap Annelise



Rosa mengangguk seraya menghapus air matanya yang terus tumpah dan tak mau terhenti berapa kalipun ia coba menghapusnya.



🌸🌸🌸🌸

Sudah dua jam berlalu, operasi belum juga selesai membuat semua orang yang menunggu semakin cemas. Kini Lilly juga sudah ada di sana.


Ia memberikan minuman untuk Annelise.

"Nek.. diminum dulu.."

"Terimakasih ly.."

HibiscusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang