Meet Up

64 19 3
                                    


Ruang makan privat yang dipesan oleh Seno atas perintah Annelise sudah siap. Annelise juga sudah berada di sana bersama dengan Anyelir dan Rosa. Ada nostalgia yang menyambut Annelise saat melihat Rosa yang sudah bertumbuh menjadi gadis dewasa. Bukan lagi balita manja yang memiliki jadwal berbeda untuk mengenakan pakaian putri-putriannya. Bahkan Annelise langsung otomatis mengingat urutannya saat menatap senyum di wajah Rosa. Tentu saja, karena separuh dari semua kostum Rosa adalah hadiah dari Samuel dan Annelise, atas permintaan Daniel.


Senin Putri Salju

Selasa Cinderella

Rabu Rapunzel

Kamis Aurora

Jumat Belle

Sabtu Ariel


Hanya di hari Minggu Rosa berpakaian dengan normal layaknya balita lainnya.


“Jadi, cita-cita Rosa sudah berubah sekarang ? Sudah nggak mau jadi astronot ? Sekarang mau jadi apa itu tadi ?”


“Penyembuh tanaman, Gemma. Makanya Oca ambil jurusan proteksi tumbuhan.” jawab Rosa. Dia sepertinya tidak sadar memanggil Annelise dengan panggilan ‘Gemma’, panggilan yang biasanya Rosa tujukan untuk Puspa.


“Rosa….”tegur Anyelir. Dia sedikit khawatir Annelise akan tersinggung dengan sikap putrinya yang terlalu santai itu.


“Tidak apa-apa, Anyelir. Saya senang dipanggil Gemma. Kamu juga. Jangan terus-terusan memanggil saya dengan sebutan Nyonya Oetama. Panggil saja saya Ibu.” Annelise berusaha memecahkan kekakuan Anyelir. Dia paham dengan apa yang dirasakan oleh Anyelir. Bagaimanapun juga, Anyelir adalah orang luar yang masuk ke dalam keluarga Adhitama. Tidak seperti Daru, Puspa atau mendiang suami Anyelir yang dikenal oleh Annelise sejak lama. Tentu ada beban tersendiri dan rasa tidak nyaman bagi Anyelir untuk langsung akrab dengan Annelise.


“Gemma…. Gemma…. Pangeran Oca mana ? Kok belum kelihatan sih ?” tanya Rosa tiba-tiba. Annelise melirik ke arah jam tangan dengan hiasan berlian yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sudah lewat setengah jam dari waktu yang ditentukan untuk pertemuan mereka malam ini dan batang hidung Markus belum terlihat sama sekali.


“Ah…. Pangerannya Oca ya ? Heuumm…. Dia sedang sibuk…. Kita makan duluan saja, bagaimana?” tawar Annelise pada Anyelir dan Rosa.


“Yaaahhh….. Oca mau makan sama Pengeran…” Rosa memundurkan tubuhnya lalu bersedekap. Mulutnya dikerucutkan, tanda kalau dia kecewa keinginannya tidak terkabul.


“Rosa…. Please behave….” Anyelir memperingati putrinya sedangkan Annelise hanya bisa tertawa canggung sambil mengumpat di dalam hati.


Awas saja kalau sampai anak itu tidak muncul malam ini. Jadi iwak peyek dia nanti….



🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺



Annelise meninggalkan Anyelir yang masih menasehati Rosa kemudian berjalan keluar menuju ke restroom sambil membawa ponselnya. Sesampainya di restroom, Annelise menghubungi Seno yang menunggu kehadiran Markus di luar restoran.


“Anak bengal itu belum datang ?”


“Belum Nyonya. Saya sudah menghubungi semua teman-teman bermain Tuan Markus. Bahkan menghubungi perempuan yang sering di-ehem-bertemu dengan Tuan Markus. Tapi sepertinya seharian ini Tuan Markus menghilang, Nyonya. Dia bahkan tidak menghadiri jadwal kuliahnya.” jelas Seno.



HibiscusWhere stories live. Discover now