Anak Bengal

115 21 12
                                    


Seno bergegas melewati koridor panjang di kediaman Oetama dan menuju ke kamar Markus. Sudah lewat lima belas menit dari waktu yang ditentukan untuk sarapan pagi bersama di kediaman Oetama sementara anak bungsu Klan Oetama itu belum terlihat batang hidungnya.


Seno membuka pintu kamar Markus dengan kasar dan menahan kedongkolan di dalam hatinya saat melihat bahwa pemuda itu tidak sendirian di atas tempat tidurnya.


" BANGUN MARK !!!!" seru Seno sambil menyibakkan selimut yang digunakan oleh Markus dan gadis berambut panjang yang tidur di samping pemuda itu. Saat selimut terbuka, tampak jelas Markus dan gadis itu tidak menggunakan pakaian apapun, sehingga Seno kembali melemparkan selimut untuk menutupi tubuh Markus dan gadis di sampingnya.


Markus yang terbangun karena suara Seno hanya mengerang pelan kemudian melanjutkan kembali tidurnya.


" Aissshh….. Berisik banget sih Om Suneo. Ini masih pagi Om. Belum waktunya aku keluar kandang" gumam Markus.


Seno memandang Markus dengan gemas. Seandainya Markus bukan bagian dari keluarga Oetama, Seno pasti sudah menendang pantat Markus dari lantai dua puluh Tower miliknya. Eh bukan, Tower milik Oetama Grup. Seno sudah melayani keluarga ini sejak dia masih muda. Sejak Tuan Maurice Oetama masih hidup. Sejak orang tua Markus masih mengenakan seragam putih abu-abu. Lewat tiga puluh tahun, saat ini Seno adalah satu-satunya orang kepercayaan Nyonya Annelise.


" Om  lagi nggak mood bercanda, Mark..... Bangun sekarang atau kamu lebih memilih Nenekmu yang datang kemari dan mencoret namamu dari pewaris utama Oetama Grup..." ancam Seno.


Markus membuka matanya perlahan dan memandang Seno yang bersedekap dan membalas menatap tajam ke arahnya. Dia hendak memejamkan kedua matanya kembali namun Seno bergerak lebih cepat untuk mencegahnya.


" Sekarang bangun dan hilangkan semua jejak kegiatan liar kalian semalam. Lima belas menit lagi Nenek mu tiba...." pungkas Seno lalu meninggalkan Markus yang masih kesal. Dia baru saja tertidur satu jam yang lalu setelah bercinta dengan gadis asing yang baru dia temui semalam di El Paco. Pengaruh obat perangsang yang dia coba di El Paco ternyata sangat luar biasa. Markus masih belum puas meski sudah dua jam bermain dengan Karina. Gadis itu sudah tidak sanggup melayani Mark. Sehingga Mark memutuskan meniduri siapa saja yang dia temui di dance floor. Pantas saja Luke tidak kunjung keluar dari kamar.


Tapi jika Markus melewatkan waktu sarapan pagi yang akan berakhir dengan Markus harus mendengarkan ceramah panjang lebar dari Neneknya ditambah dengan ancaman-ancaman sang Nenek yang akan mencabut semua fasilitas yang saat ini Markus nikmati. Jadi lebih baik Markus menurut dan bersabar. Sebentar lagi, hak dan kewajiban Nenek sebagai wali Markus akan berakhir. Sebagaimana wasiat dari orang tuanya, Markus dapat menguasai seluruh warisannya setelah dia menginjak usia 25 tahun.


Dua tahun lagi. Tidak akan lama. Cukup habiskan dengan berpesta bersama teman-temannya, bercinta dengan banyak wanita, menikmati hidupnya, waktu dua tahun tidak akan terasa.


Markus beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai berpakaian, dia meninggalkan seratus lembar pecahan seratus dollar singapura di atas nakas yang terletak di samping tempat tidurnya lalu memanggil pelayan untuk membangunkan gadis itu dan mengantarnya pulang.





Markus tiba di ruang keluarga dan melihat Daniel sudah duduk di kursinya yang biasa. Hanya ada tiga kursi yang terisi setiap haru. Kursi milik Nenek nya, kursi milik Daniel dan satu lagi kursi milik Markus. Entah kapan kursi-kursi yang kosong akan diisi oleh pemiliknya.


HibiscusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang