D-30

73 19 5
                                    

Uhuk...

Daniel cepat-cepat menutup mulutnya dan sedikit berpaling saat ia tersedak oleh minumannya sendiri.

"Maaf..." Ucap Daniel.

Markus hanya melirik malas ke arah kakak sepupunya itu. Satu tangan di atas meja makan untuk menyangga pipinya. Satu lagi ia gunakan untuk memakan carbonara nya.

"Nenek serius?" Tanya Daniel setelah dapat menguasai dirinya kembali.

Bagi Daniel tidak ada yang lebih mengejutkan dari kabar bahwa neneknya akan menikahkan Markus.

Annelise menganggukan kepalanya.

"Sure, mereka juga sudah bertemu."

"Nenek yakin? Markus mengurus dirinya sendiri saja belum bisa Nek.."

"Ei.. memangnya aku bayi"

"Kau lebih parah dari bayi" jawab Daniel. Markus hanya mencibir Daniel tanpa suara.

"Yakin,  Daniel. Nenek yakin.. Markus dan Rosa juga sudah setuju"

"Rosa?" Tanya Daniel ia merasa familiar dengan nama itu.

Annelise mengangguk. "Nama calonnya Markus."

"Apa Daniel kenal?"

Annelise terdiam. Apakah Daniel mengingat tentang Rosa? Ah tidak mungkin. Harusnya tidak..

"Tidak," jawab Annelise

Daniel menatap Annelise kemudian beralih pada Makrus. Ia masih sulit percaya dengan kabar itu. Bagaimana bisa ibu wanita itu menyetujui menikahi anaknya dengan Markus.

Apakah neneknya sudah menceritakan bagaimana sikap Markus?

Atau belum?

Lalu Markus yang bebas mengapa setuju?

Kalau neneknya sudah cerita bagaimana ibu dari Rosa bisa setuju? Apakah ada maksud tertentu? Seperti memanfaatkan keluarganya?

Dan Rosa, mengapa ia familiar dengan nama itu?

"Luangkan wakktu mu. Kita adakan pertemuan keluarga ya nanti. Ajak Lilly juga.."

"Kenapa harus ajak Lilis sih?!" Protes Markus

"Markus" tegur Annelise. Danie sedang tak sempat berdebat masalah kekasihnya. Ia benar-benar sedang memikirkan pernikahan Markus yang terlalu mendadak dan ya sangat banyak pertanyaan itu.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Menikah? Si biang masalah itu?" Tanya Jansen dengan mengunyah Snack kacang mede yang ada di meja ruangan Daniel.

Daniel mengangguk. "Ehm.. bulan depan acaranya"

"Secepat itu?"

"Kau juga merasa aneh kan?" Daniel menghentikan pekerjaannya seaaat lalu menatap ke arah bawahan sekaligus sahabatnya itu.

Jansen masih terus mengunyah kacangnya seraya bergumam.

"Hmmm... sedikit sih. Tapi ya tidak juga, mungkin itu cara nenek buat bikin si Mark insyaf. Kalau menikah kan dia ngga perlu bolak balik jajan"

Kacau memang pikiran si Jansen itu.

"Memangnya menurut mu nikah hanya tentang sex hah?" Tanya Daniel yang sudah kembali menatap setumpuk pekerjaannya.

HibiscusWhere stories live. Discover now