Apartement Baru

77 22 7
                                    

El Paco ramai dan bising seperti biasanya. Apalagi hari ini ada penampilan khusus DJ dan sexy dancers yang bisa dibilang punya fandom tersendiri di club eksekutif ini. Salah satu fan boy-nya tentu saja Luke dan Jeremy.

Eh, itu salah dua ya

Pokoknya, begitu para sexy dancers berdiri membentuk formasi di pole dance, Luke dan Jeremy sudah siap di bawah panggung. Segepok uang tunai pecahan seratus ribuan juga sudah siap di kantong jaket mereka masing-masing. Sebuah hal yang lazim dilakukan di El Paco, saat sexy dancers mulai meliuk-liukkan tubuh mereka, para pemuda haus belaian akan menghampiri penari kesukaan mereka dan bergoyang mengikuti irama seraya tangan mereka menyelipkan beberapa lembar uang kertas di belahan dada para penari yang hanya ditutupi dengan selembar kain. Jangan lupakan tangan mereka yang lain yang benas bergerilya ke sana kemari. Semakin liar si penari bergoyang, semakin banyak uang tip yang akan mereka terima.

Anda berminat ?

Selain Luke dan Jeremy yang sedang hype di atas panggung, Markus, Hendery dan Reza memilih duduk di sofa langganan mereka. Entah siapa yang memulai sebenarnya. Tetapi sejak El Paco dibuka dan mereka berlima menjadi salah satu pelanggan tetapnya, sofa berbentuk setengah lingkaran yang letaknya di lantai dua tepat berhadapan dengan dance floor secara tidak tertulis menjadi milik Markus and the gank. Tidak ada yang berani duduk di sana. Para pelayan club pun sudah paham. Hanya Markus Oetama dan teman-temanya yang bisa duduk di sana.

“Gimana rasanya kawin Bro?” tanya Hendery. Tangan kanannya memegang segelas vodka sementara tangan kirinya memegang vape, rokok listrik yang selalu dibawa kemanapun oleh pemuda itu. Dia lebih baik ketinggalan dompet dibanding ketinggalan vape. Tidak bawa dompet, dia tinggal menunjukkan aplikasi uang digital yang ada di ponselnya. Sayang sekali, belum ada aplikasi yang mengunduh rokok listrik ke dalam ponsel Hendery. Jika ada yang bisa membuat aplikasi itu, silahkan hubungi Hendery. Dia pasti bersedia menjadi investor utama.

“Kok kawin sih ? Kalo kawin sih si Markus udah sering. Nanyanya itu, gimana rasanya menikah?” koreksi Reza.

Markus mengedikkan bahunya. “Nggak tahu. Biasa aja. Malah yang ada gue kayak ngasuh anak kecil.”

“Si Rosa emangnya autis gitu Mark? Body semlohay begitu kok lo bilang kayak anak kecil sih?” tanya Reza.

“Bukannya malah enak ya kayak anak kecil gitu. Lucu-lucu manja menggemaskan gitu. Kayak anak kucing.” timpal Hendery.

“Enak aja lo nyamain istri gue ama anak kucing….” ketus Mark kemudian menenenggak vodka yang ada di dalam gelasnya dalam satu tegukan. Rasa panas dan pahit minuman keras itu membuat Markus meringis meskipun setelah itu dia kembali mengisi gelasnya dengan minuman dengan kandungan tinggi alkohol itu sampai penuh.

“CIEEEE…. ADA YANG MARAH NIH…. KATANYA NGGAK CINTA ?” goda Hendery dan Reza bersamaan.

“Bacot ah lo berdua.”

Hendery dan Reza tertawa terbahak-bahak. Mereka jadi bersepakat untuk semakin menggoda Markus.

“Ngomong- ngomong…..” Hendery mendekatkan posisi duduknya ke samping Markus.

What?” tanya Mark tanpa menoleh.

“Udah nyicipin Rosa belom? Udah mau seminggu nih Mark… Masak belum diapa-apain sih? Kan lumayan tuh pas lo pengen ada yang gratis di rumah. Halal lagi buat lo. Hitung-hitung ngurangin dosa.” lanjut Hendery.

“Hubungan gue sama Rosa nggak kayak gitu.” jawab Markus ketus. Melihat gelagat Markus yang tidak mood itu, Reza memberi kode agar Hendery tidak melanjutkan lagi tingkah usilnya kalau dia tidak mau berakhir di rumah sakit karena memancing emosi Markus.

HibiscusWhere stories live. Discover now