Kisah Sebuah Janji

84 18 3
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Anyelir menatap lurus ke arah kotak warna hitam yang dia ambil dari dalam kamar ibunya. Dari merek yang terukir di bagian dalam kotak perhiasan itu saja sudah bisa menjelaskan dimana level keluarga Oetama itu.


Anyelir yang datang sebagai menantu di keluarga ini memang tidak terlalu mengerti bagaimana bisa salah satu dari sepuluh orang terkaya di Indonesia itu merupakan sahabat karib almarhum ayah mertuanya yang datang dari keluarga akademisi. Almarhum ayah mertuanya adalah seorang Profesor Biologi yang cukup mumpuni di bidangnya.


Anyelir menghela napas panjang. Berbagai macam pikiran muncuk di kepalanya.


Sebenarnya,


Sejak sebulan yang lalu, dirinya memperoleh tawaran untuk mendampingi tim National Geography melakukan ekspedisi di pedalaman Hutan Kalimantan. Mereka ingin membuat ensiklopedia lengkap tentang tumbuhan-tumbuhan yang belum pernah diketahui sebelumnya. Apabila Anyelir menerima tawaran ini, dia mendapatkan kesempatan untuk memperluas jaringannya. Dan mungkin, Anyelir bisa memperbesar peluangnya untuk menggapai gelar Profesor yang sudah lama dia impikan.


Anyelir pernah menolak tawaran yang sama saat Tim National Geography melakukan ekspedisi yang sama  di Kutub Utara. Dan Anyelir harus menolak kesempatan itu karena kesehatan ibu mertuanya yang semakin menurun. Itu sebabnya Anyelir memutuskan untuk tinggal di dalam konservasi dan melupakan mimpinya untuk menjadi menjelajahi dunia serta mengenali semua tumbuhan yang ada di dalamnya. Anyelir pikir, kesempatan itu sudah hilang seiring dengan penolakannya bertahun-tahun yang lalu.


Anyelir menutup kembali kotak perhiasan yang ada di hadapannya. Dia lalu berdiri di hadapan foto pernikahannya dan suaminya yang diambil dua puluh satu tahun yang lalu.


 Dia lalu berdiri di hadapan foto pernikahannya dan suaminya yang diambil dua puluh satu tahun yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Akang….” lirih Anyelir. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap wajah suaminya yang diabadikan di dalam foto tersebut.


“Aku sudah memenuhi janjiku kepadamu untuk menjaga Ibu. Kamu, Ibu dan Ayah sudah kembali berkumpul di sana. Kalian pasti bahagia sekali kan ? Jangan bilang kalau kalian sekarang sedang melepas rindu sambil menikmati secangkir kopi pahit dan sepiring pisang goreng buatan Ibu. Kalian bertiga jahat….. Melupakanku dan Rosa di sini….” Anyelir tertawa muram. Kemudian dia kembali terdiam. Ingatan tentang percakapan Anyelir dengan Rosa semalam kembali memenuhi kepalanya.


HibiscusWhere stories live. Discover now