Dibalas dengan dusta

79 21 9
                                    

Mungkin dulu saat pembagian ahlak dan tata krama Markus telat datang jadilah ia seperti sekarang ini. Meski tau di dalam ruangan itu sedang ada rapat ia menerobos masuk begitu saja.

"Daniel!"

Rapat itu pun terjeda, untung saja itu hanya rapat internal bukan rapat dengan investor. Kalau iya Daniel pasti akan sangat amat murka.

"Maaf pak, saya sudah melarang pak Markus masuk" ucap Seketaris Daniel yang menyusul di belakang mark dan langsung membungkuk takut.

Daniel menghela napasnya. Ia mencoba untuk tenang. Meski ingin sekali memisahkan kepala Mark dari tubuhnya. Bayangkan saja ia bahkan belum tidur sejak kemarin. Mengurusi masalah perusahaan, Mark tiba-tiba saja muncul seperti itu.

"Kau punya masalah apa sih dengan ku hah? Memangnya kalau duduk di kursi itu aset Oetama menjadi milikmu sepenuhnya hah?!"

"Silahkan teruskan rapatnya. Saya keluar sebentar." Daniel bangkit dari kursinya.

Jansen yang juga ada di sana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Seraya tangannya memutar-mutar pulpen.

"Keluar" ucap Daniel pelan pada Mark namun penuh dengan penekanan.

Dengan kesal Mark pun mengikuti kaka sepupunya.

Mereka keluar dari ruangan dan berjalan Menuju tempat yang lebih sepi. Koridor dekat lift yang dekat dengan jendela.

"Apa tidak cukup membuat masalah di luar sana sampai harus membuat masalah di kantor?"

"Kau yang berulah lebih dulu! Kenapa kau bekukan semua kartu ku!"

Daniel melipat tangannya di depan dada lalu menatap Markus intens.

"Kau serius akan terus seperti ini Mark?"

"Bukan urusan mu! Aktifkan kembali kartu ku"

Daniel menghela napasnya. Ia ingin sekali memarahi anak itu. Tapi setiap kali ia akan melakukan itu ia selalu teringat kenangan bertahun-tahun lalu. Saat orang tua mereka kecelakaan. Markus tak berhenti menangis, tak mau makan tak mau tidur tak mau minum hingga harus di rawat.

"Kenapa kau tidak pulang tiga hari ini? Bukankah sudah aku bilang apapun yang kamu lakukan di luar, pulanglah setiap hari. Granny mencari mu"

"Tau ngga, kaka semakin lama semakin menyebalkan. "

"Nenek ingin menemui mu. Ponsel mu tidak aktif. Aku menghubungi semua nomor teman mu dan tidak ada yang mengangkat. Aku tidak punya pilihan selain membekukan kartu mu"

Markus mendengus kesal. "Ck.. yasudah aktifkan kartu ku. Aku harus membayar sesuatu"

"Temui Nenek dulu,"

"Eiy.. aku tau. Sudah aktifkan"

Daniel menggeleng. "Aku akan mengaktifkan kalau Nenek yang meminta ku" ucap Daniel lagi kemudian meninggalkan Markus.

"Daniel! ... Kak!"

Daniel menghentikan langkahnya. Memutar tubuhnya sedikit.

"Kalau kau berulah seperti tadi lagi. Aku tidak akan segan-segan membekukan permanen semua kartu mu dan mengambil mobil-mobil mu. Aku serius"

"Ckk.. dasar lintah darat" umpat Markus tentu saja setelah Daniel meninggalkannya. Bagaimanapun sebenarnya Mark masih punya rasa takut dengan Daniel. Takut kalau semua aksesnya di tahan.

Di umurnya yang saat ini ia tak bisa berbuat banyak. Ia harus menunggu sampai ia bisa menguasai sendiri dan mengatur sendiri warisannya.

🌸🌸🌸🌸🌸

HibiscusOù les histoires vivent. Découvrez maintenant