Pangeran berubah

75 21 7
                                    

Rosa yang semula ingin menyambut tamu Mark lainnya pun mendadak menghentikan langkahnya saat tanpa sengaja melihat seorang wanita cantik langsung saja memeluk pangerannya.

Ia terpaku ketika mendengar apa yang wanita itu katakan. Tiba-tiba rasa sakit yang entah datang darimana mendera dada Rosa.

Mengapa pangerannya diam saja? Mengapa pangerannya tak mencoba melepaskan pelukan wanita itu? Mengapa pangerannya tak membantah apa yang wanita itu katakan?

Apakah yang wanita itu katakan benar adanya?

"Benar-benar anak itu!" Daniel yang ada di belakang Rosa akan melangkah maju menghampiri Mark juga wanita kegenitan yang terus menempe pada Mark itu. Namun tangan Rosa langsung menahan Daniel.

"Jangan kak..."

"Tapi Rosa..."

Rosa menggelengkan kepalanya. "Sudah malem, kaka lebih baik pulang aja.."

"Rosa..."

Rosa menggigit bibir atasnya mencoba untuk menahan tangisnnya sendiri. Daniel tak tau harus bagaimana sekarang. Rasanya sungguh tak nyaman mengetahui Rosa merasa sedih seperti itu.

"Kita keluar..." Putus Daniel. Daniel melepaskan apron yang di pakai olehnya dan juga Rosa.

"Ayo," Kemudian Daniel mengajak Rosa pergi dari sana.

Markus tentu saja melihat itu, ia melihat tangan kaka sepupunya yang menggenggam  kuat tangan Rosa.

"Kalian mau kemana?"

Daniel menatap Markus marah. Ia tak mengatakan apapun hanya akan tetap meninggalkan apartemen..

"Kak!"

"Makanan kalian sudah siap. Selamat berpesta.. " sindir Daniel pedas dan ia benar-benar meninggalkan apartemen.

Rosa tak bisa mengatakan apa-apa. Ia hanya mengikuti langkah Daniel.

🌸🌸🌸🌸🌸

Rosa duduk pada kursi taman apartemen yang Rosa dan Markus tinggali. Daniel datang dan mengulurkan minuman dingin kepada Rosa.

"Kamu mau makan sesuatu?" Tawar Daniel.

Rosa menggelengkan kepalanya.

"Rosa kamu.."

"Kak, maksud teman perempuan pangeran tadi apa?" Tanya Rosa.

Daniel tak tau harus mengatakan apa, mana sanggup ia menerangkan maksud wanita itu, jika ia menatap Rosa seperti ini.

Wajah yang masih polos dan murni. Membayangkan bahwa wanita itu akan semakin terluka saja sudah membuat hati Daniel sakit.

"Kita pulang ke rumah nenek saja ya?"

"Maksudnya pangeran engga cinta sama aku ya kak?"

"...."

Sungguh mulut Daniel terasa seperti terkunci.  Mendapati Daniel yang hanya diam seolah membenarkan pertanyaan Rosa. Air mata Rosa pun terjatuh.

"Rosa..."

"Pangeran ngga cinta sama aku ya kak?" Tanya Rosa lagi, namun kali ini dengan air mata yang terus berjatuhan.

Tak ada yang bisa Daniel lakukan selain membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Seketika itu juga tangis Rosa pecah. Hatinya patah. Pangeran yang selalu ia nanti dan ia tunggu ternyata tidak mencintainya. Pangerannya menikahi dirinya bukan karna memiliki perasaan yang sama sepertinya. Tapi hanya karna demi warisan...

HibiscusWhere stories live. Discover now