Es krim dan Kemeja biru

107 20 10
                                    

Dengan menutupi kepalanya dengan tasnya Lily berlari melewati hujan yang tak seberapa deras itu lalu masuk ke dalam mobil.

"Hei, babe..." Sapa Lily.

"Aku baru saja akan turun dan membawakan mu payung"

"Tidak usah, dekat dan tidak deras juga" ucap Lily masih dengan suara riangnya.

Daniel mengambil sapu tangan di sakunya lalu memberikan pada Lilly.

"Tidak ada handuk.. pakai ini saja. Tas mu basah"

"Ngga papa tas endorse juga"  jawab Lilly lagi dan melempar tasnya kebelakang dengan sembarangan.

Daniel yang melihat itu, memungut tas kekasihnya lalu membantu mengeringkan dengan tisu, baru meletakan kembali di kursi belakang.

"Mau kemana?"

"Ada restauran korea baru di grand Indonesia. Kita kesana ya? Sekalian aku mau posting gitu.. " ucap Lilly

Daniel pun hanya menurut, sebelum ia menjalankan kembali mobilnya. Ia membantu Lilly memasang sabuk pengaman.

"Thank you, darl.."

Lilly mengecup pipi Daniel begitu saja. Hal yang selalu Lilly lakukan setiap kali Daniel membantunya memasangkan sabuk pengaman.

🌸🌸🌸🌸🌸

Jakarta tak terlalu macet siang ini, jadi tak perlu waktu lama untuk Daniel dan Lilly sampai di tempat tujuan.

Mereka pun mendatangi tempat yang di maksud oleh Lilly tadi. Dari sebelum masuk hingga makanan sudah tersaji di hadapan mereka Lilly terus saja memotret ini dan itu, merekam ini dan itu. Bahkan saat makan pun Lilly tak berhenti bermain ponsel.

Sesungguhnya Daniel cukup terganggu dengan itu. Ia tak terlalu suka dengan media sosial. Tapi bagaimana lagi, sejak pertama kali memacari Lilly, Daniel tau Kekasihnya adalah seorang selebgram.

"Ly.."

"Yah.. sayang.." saut Lilly namun tanpa melihat Daniel.

"Apa bisa kita makan dulu? Aku harus segera kembali ke kantor"

Lilly mencebik. "Kamu itu kan bos. Masa istirahat aja pake waktu sih?"

"Justru karna aku atasan, aku harus bekerja lebih keras" saut Daniel.

Lilly tak menjawab lagi, percuma juga berdebat dengan Daniel. Ia pasti akan kalah dengan kapasitas otaknya yang hanya segitu. Tidak akan mampu melawan seorang Daniel yang bahkan IQ nya masuk pada golongan jenius.

"Jangan marah begitu. Aku sudah mencoba meluangkan waktu untuk bisa selalu makan siang di luar dengan mu" ucap Daniel

Tetap tak ada jawaban. Tapi jelas sekali kalau Lilly masih nampak merasa kesal. Ia ingin lebih lama dengan Daniel.

"Aku menghargai pekerjaan mu. Aku tidak melarang mu merekam dan memotret setiap kegiatan yang kita lakuin. Aku yang tidak suka wajah ku terekspos aku biarkan masuk dalam postingan mu. Jadi, aku harap kamu juga bisa mengerti aku" pinta Daniel

"Yaudah aku hapus saja fotonya"

Daniel menghela napasnya. Terkadang ia sedikit menyesal memacari seseorang di tengah kesibukannya yang luar biasa extra padat ini. Kalau saja.. ah sudahlah.

Ini juga pilihannya. Toh, sejak dulu Daniel tak bisa bergantung pada siapapun untuk membantunya ya kecuali sahabat paling ajaibnya itu.

Seperti biasanya Daniel mengalah, ia menggapai tangan Lilly lalu menggenggamnya.

HibiscusWhere stories live. Discover now