Sapu Lidi

61 18 4
                                    

Rosa masih tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya karena tidak bisa mendaptkan gaun yang sangat dia sukai di butik tadi. Bukannya dia tidak suka dengan gaun yang sudah dipilihkan oleh Gemma Annelise, tapi ada satu ikatan emosi yang tidak bisa Rosa jelaskan yang terjalin antara dirinya dengan gaun yang dia sukai itu. Rosa merasa gaun itu bicara padanya. Memanggil Rosa dari deretan gaun yang dipajang di butik Norma Jean.




Apabila ingin dijelaskan, apabila disuruh memilih antara es krim tiramisu dan banana split, meskipun es krim tiramisu itu lebih mahal, Rosa lebih memilih untuk menikmati banana split yang lebih sesuai dengan seleranya. Atau, di antara kue red velvet dan pisang goreng buatan Gemma Puspa, pilihan Rosa pasti jatuh pada pisang goreng buatan Gemma Puspa. Percaya atau tidak, Rosa bisa mendengar pisang goreng itu memanggil nama Rosa dari kejauhan meskipun ketika Gemma Puspa sedang mengolahnya, Rosa tidak berada di rumah. Tapi ada ikatan batin yang erat antara Rosa dengan makanan yang selalu dia nikmati hampir separuh umurnya itu. Dan dia akan merasa sangat sedih apabila dia tidak diperbolegkan untuk menikmati makanan kesukaannya itu.


Kalian mengerti maksud Rosa kan ?


Kira-kira seperti itulah yang Rosa rasakan saat ini. Intinya dia sedang sedih, kesal dan marah karena Markus tidak mengabulkan keinginannya. Dia hanya menikah sekali, dan seperti Mamanya yang tampil cantik dengan gaun pengantin pilihan Mamanya sendiri, Rosa juga menginginkan hal yang sama. Every brides have a right to choose their own gown, right ?


Pokoknya Rosa ngambek kuadrat dengan Markus. Yang pertama karena dia mengatai Rosa gemuk. Yang kedua dia mengerjai Rosa dengan video menjijikkan yang diperlihatkan oleh Mark saat mereka makan siang. Nafsu makan Rosa sampai menghilang. Musnah. Karena pengaruh video itu plus ancaman Markus bahwa setelah mereka menikah, Rosa dan Markus akan melakukan seperti dalam video yang ditunjukkan oleh Mark.. Bagaimana mungkin seorang laki-laki menjilat..... itu kan bukan es krim atau permen lolipop..... Argghhhh.... Kan, Rosa jadi mual dan ingin muntah saja rasanya.


Pokoknya Rosa tidak akan pernah mau melakukan hal itu.




Titik.


Nggak pake koma.


🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺


Kekesalan Rosa semakin menjadi saat dia ditinggalkan oleh Markus di rumahnya. Pria itu pergi entah kemana setelah menurunkan Rosa di depan pintu. Rosa ingin pulang ke Bogor, tetapi Mamanya harus menghadiri sebuah seminar penting di Bandung. “Sebel…. Sebel…. Sebel… Pangeran Markus gede-gede kok nyebelin banget sih ?” Rosa misuh-misuh sendiri sambil menggali tanah di dalam rumah kaca untuk menanam bibit tanaman yang belum tersentuh sama sekali oleh Gemma Annelise.


Rosa masih terus menggerutu tidak jelas. Tangannya juga tidak berhenti bekerja. Sudah ada hampir sepuluh pot tanaman yang dia selesaikan. Gerakan tangan Rosa baru berhenti saat dia melihat sepasang sepatu fantovel warna hitam mendekat ke arahnya.


“Om Sen- eoh? Kak Daniel? Ngapain di sini?” Rosa mengernyit bingung. Dia pikir tadi yang datang adalah Sekretaris pribadi Gemma Annelise, Om Seno, yang akan mengantarkan Rosa pulang. Betapa terkejutnya ketika Rosa malah mendapati Daniel berdiri di depannya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Daniel sudah melepaskan dasi dan jasnya. Lengan kemejanya sudah digulung sebatas siku.


“Ada apa? Kenapa kamu sendirian di sini? Nggak takut hantu? Markus mana ?” tanya Daniel. Dia ikut berjongkok di samping Rosa untuk menyamakan posisinya dengan Rosa, meskipun dia melakukannya dengan hati-hati agar tidak mengotori bagian bawah celana dan sepatunya.


HibiscusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang