LIMA PULUH

2.2K 149 1
                                    

Kini Karisha dan El sudah berada didalam mobil menuju rumah sakit.

Untungnya jalanan hari ini sedang tidak macet membuat mereka jadi lebih cepat sampai ketempat tujuan.

"Ayo Karisha" ujar El sambil menggenggam tangannya.

Karisha yang belum terbiasa pun selalu dibuat salah tingkah.

"Mbak ruangan IGD atas nama Shesil dimana ya?" tanya Karisha ke seorang resepsionis rumah sakit, karena memang dirinya tidak tahu dimana letak ruang rawat Shesil.

Mbak tersebut pun langsung mencari nama yang Karisha sebutkan tadi.

"Ohh mbak Shesil dirawat di ruang IGD lantai dua, mbaknya naik lift terus langsung belok kekanan nah nanti ruanganya yang paling pojok" jelas mbak resepsionis tersebut.

Karisha dan El pun secara bersamaan mengangguk kan kepalanya "terimakasih mbak"

Ketika mereka sudah berada didalam lift tiba-tiba ada seseorang yang menahan agar pintu lift tersebut tidak menutup.

"Ines"

Karisha benar-benar terkejut ketika bisa bertemu dengan Ines disini, suatu keberuntungan bagi dirinya yang berniat mengunjungi rumah gadis tersebut besok.

"Eh Karisha, mau kemana?"

"Mau kekamar Shesil, lo juga?"

Ines pun tersenyum dan mengangguk kan kepalanya.

"Habis dari ruangan Shesil sibuk gk? Ngobrol sebentar yuk" ajaknya.

Ines pun mengangguk kan kepalanya menyetujui.

Ting

Kini Karisha, Ines dan El pun berjalan menuju ruangan Shesil, disana sudah terdapat banyak keluarganya yang sedang menangis.

"Bu ada apa?" tanya Karisha kepada bu Ocha.

"She--shesil lagi sekaratul" ujar Ocha dengan tangis yang semakin histeris.

Karisha pun langsung melihat kejendela IGD, disana terdapat sosok Shesil dengan nafas yang sudah terengah-engah.

"Karisha boleh masuk gk?" izin nya.

Semua keluarganya pun menyetujui dirinya untuk masuk kedalam.

Suster yang menjaga didepan pintu tersebut pun langsung mengantarkan dirinya kedalam.

"Maaf pak tapi dibatasi setiap yang masuk kedalam hanya 1 orang saja" cegah suster tersebut ke arah El.

"Udah, El tungguin disini aja ya biar Karisha yang masuk sendiri"

El pun hanya bisa mengangguk kan kepalanya.

Ceklek

Karisha pun mulai mendekatkan dirinya kekasur Shesil.

Tanpa sadar air matanya ikut menetes, ia benar-benar tidak tega ketika melihat kondisi Shesil yang seperti ingin pergi tapi sangat sulit.

"Shesil ini gue Karisha udah maafin semua kesalahan lo, gk usah mikirin lagi kejadian kemarin gue udah ikhlas. Pergi yang tenang ya Sil" ujarnya membisikan persis di kupingnya.

Tanpa sadar keluarlah setetes air mata dari pelupuk mata Shesil.

Titttt

Tiba-tiba Elektrokardiogram pun menampilkan garis lurus, yang berarti....

"Sudah tidak ada, dokter" ujar sang suster yang berada disebelahnya.

Dokter tersebut pun langsung memeriksa denyut nadinya.

"Mbak mohon keluar dulu ya" ujar sang suster.

Karisha pun langsung berjalan keluar dengan keadaan yang masih shock. Shesil benar-benar sudah pergi dari sini.

"Hiks... Hiks gimana Kar? Gimana?!" tanya Ocha dengan histeris.

Karisha hanya bisa terdiam, dirinya bingung ingin mengatakan nya seperti apa.

"Karisha kenapa?" tanya El dengan khawatir.

Tidak lama dokter yang menangani pun keluar "huftt... Maaf kami sudah berusaha semampu kami tapi tuhan berkehendak lain"

"ENGGA JANGAN BOHONG DOK ANAK SAYA GK MUNGKIN PERGI!" teriak Ocha yang langsung menarik kerah baju sang dokter.

Sodara - sodaranya yang melihat pun langsung berusaha menenangkan Ocha.

"Tenanglah Cha, jangan membuat keributan"

Ines pun ikut membantu menenangkan Ocha. Dirinya langsung mendudukan Ocha dikursi yang sudah tersedia.

"Tante tenang ya jangan kaya gini, Shesil kalau tahu tante nangis pasti dia ikutan sedih"

"Hiks... Hiks Shesil gk mungkin pergi kan Nes, gk mungkin kan? Dia sayang sama tante kan? Dia gk mungkin tinggalin tante" ujarnya sambil terisak.

Sodara - sodaranya pun langsung mengurus keberangkatan jenazah Shesil, mereka bersepakat untuk mengubur nya dikampung saja dan Ocha pun akan mereka bawa tinggal disana.

Kini Karisha, Ines dan El pun sudah beranjak pergi dari rumah sakit.

"Kar ngobrolnya ditaman rumah sakit aja ya"

Karisha pun mengangguk kan kepalanya, mereka pun langsung berjalan menuju taman.

"El mau beli es krim dulu ya Kar" pamitnya.

"Jangan lama-lama ya" peringat Karisha.

El pun mengangguk kan kepalanya. Sebenarnya dirinya hanya ingin memberi ruang untuk Ines dan Karisha mengobrol berdua.

"Nes makasih banyak ya" senyum nya.

Ia sudah diceritakan oleh ayah dan bunda bahwa Ines sudah menolong banyak untuk dirinya.

Ternyata Ines diam-diam mengikuti semua kegiatan Shesil dan Becca, ia selalu berusaha mendapatkan bukti sebuah foto ataupun rekaman. Bahkan sampai rencana busuk nya pun bisa terekam oleh dirinya.

"Sama-sama Kar, gue juga mau minta maaf selama ini suka bully lo"

"Gue udah maafin kok. Makasih juga mau bantuin jelasin keanak kampus" senyumnya.

Ines pun mengangguk kan kepalanya "sama-sama. Semua orang berhak tau kalau disini lo gk salah"

~~~

"Karisha" panggil El.

Kini mereka berdua sudah berada didalam mobil, selama diperjalanan Karisha hanya diam saja.

Ada rasa lega tersendiri didalam dirinya ketika semua permasalahan dalam hidupnya satu persatu sudah terselesaikan.

Tapi ia sadar bahwa perjalanan hidupnya masih panjang, bakalan lebih banyak kejutan yang akan ia dapatkan didepan sana.

"Karisha" panggil El lagi dengan suara yang lebih keras.

"Eh iya ada apa El?"

"Karisha kenapa? Dari tadi diam terus" tanyanya dengan mata yang masih terfokus kejalan.

"Gak---"

Ting

"Maaf Karisha tolong cek in pesan barusan dong, takutnya dari bunda" ujarnya sambil menyerahkan handphone nya

Karisha pun mengangguk kan kepalanya dan langsung mengambil handphone miliknya.

Deg

Lisa~
El aku lagi otw kerumah kamu nih

aku beliin es krim terbaru semoga nanti kamu suka ya

MY PETER PAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang