DUA EMPAT

2.7K 228 6
                                    

"Sus ada apa ini?" bingung Ginny yang baru sampai dirungan Nancy langsung melihat dokter dan suster terlihat panik.

"Maaf bu tiba-tiba detak jantung bu Nancy lemah"

"Apa?! Kok bisa?"

"Kami pihak rumah sakit juga bingung bu pas suster yang akan menjaga datang tiba-tiba alat pernapasan nya sudah terlepas. Maaf atas kelalaian kami bu" ujar suster tersebut sambil membungkuk kan tubuhnya.

"Kok bisa?! Tolong periksa CCTV nya"

"Baik bu, tenang saja masalah ini sudah dalam pemeriksaan"

Ginny pun langsung menelpon sang suami.

"Yah"

"ada apa bun?"

"De--detak jantung Nancy melemah"

"Kok bisa?! Katanya keadaannya mulai membaik"

"Ada yang mencopot alat pernapasan nya yah"

"Malam ini juga ayah pulang, dan biar ayah suruh orang buat cari tahu"

"Ayah hati-hati ya, bunda mohon tolongin Karisha yah"

"Bunda tenang aja ayah bakalan cari tahu sampai semuanya terbongkar"

Tutt

"Bagaimana aku kasih tahu ke Karishanya ya"

Ginny pun berjalan kembali menuju ruangan Karisha. Disana dirinya menemukan Karisha yang sudah tertidur dengan El yang berada disampingnya juga.

"Ya Allah bagaimana aku memberi tahunya"

~~~

"Sayang"

"Mama! Karisha kangen mama. Mama kemana aja sih" cemberut Karisha.

"Maafin mama ya sayang gk bisa pamit sama kamu secara langsung. Kamu yang nurut ya sama tante Ginny dan om Rizal. Tante Ginny orang yang baik, dia sahabat mama yang udah mama anggep kaya sodara sendiri. Mama percayain kamu kedia. Dan Suatu hari nanti kalau kamu mengetahui kejahatan 'seseorang' tolong maafkan dia dengan ikhlas ya nak" ujar Nancy panjang lebar.

"Mama ngomong apasih Karisha gk paham"

"Sayang"

"Papa! Papa ada disini juga? Karisha seneng deh kita bisa kumpul kaya gini lagi" senyum Karisha sangat bahagia.

"Kamu putri papa yang paling hebat, maafin semua kesalahan papa sama kamu. Kamu perempuan yang tegar jangan mudah nyerah sama keadaan ya, ingat akan selalu ada kami disini"
Ujar papa dengan menyentuh bagian hatinya.

"Karisha bener-bener bingung yang kalian omongin apa tapi Karisha bahagia kita bisa kumpul kaya gini"

Nancy dan sang papa tiba-tiba langsung memeluk tubuh Karisha dengan erat.

"Kami sayang sama kamu"

"MAMA PAPA!" teriak Karisha.

"Cuman mimpi?"

"Nak kamu kenapa?" panik Ginny yang sedang duduk disebelah kasurnya.

"Karisha mimpi ketemu mama sama papa bun. Kabar mama gimana bun?"

Ginny yang sudah tidak kuat lagi pun langsung meneteskan air matanya

"Kamu yang sabar ya"

"Bunda kenapa nangis? Ada apa bun?"

"10 menit yang lalu jantung mama kamu be--berhenti" ujar Ginny yang langsung memeluk tubuh Karisha sambil terisak.

Deg

~~~

Kini seorang gadis sedang menangis sesegukan sambil terus memeluk batu nisan yang bertuliskan nama sang mama. Dan disebelahnya persis terdapat makam sang ayah.

"Sekarang mama udah gk ngerasain sakit, beribu maaf ku ucapkan atas segala kesalahanku selama ini. Maaf belum bisa jadi anak yang bisa membanggakan kalian. Karisha sayang mama dan papa"

"Ayo nak kita pulang, sebentar lagi hujan" ajak Ginny.

"Mah pah Karisha pamit"

Kini langkah kaki yang ia gerakan terasa lebih berat, sudah tidak ada lagi penguat, sudah tidak ada seseorang yang mengkhawatirkan jika dirinya pulang telat. Orang tersebut sudah tidak ada.

"Bunda khawatir kalau kamu tinggal sendirian. Tinggal bareng sama kami ya nak?" ajak Ginny.

"Bener yang dikatakan bunda kamu tinggal sama kami saja ya?"

"Karisha mau kan tinggal bareng El?"

Karisha bersyukur masih ada orang yang mau memberikan pelukan hangat untuk dirinya.

"Ta--tapi Karisha boleh kan sesekali kerumah Karisha?"

"Tentu boleh. Nanti kalau kamu kangen rumah bilang ya sama kami, bakalan kami anterin" ujar Rizal.

Karisha langsung memeluk Ginny dengan erat.

"Makasih banyak Bun"

"Sama-sama sayang"

"Rencana gue berjalan dengan mulus, ini akibatnya kalau lo udah berani ambil perhatian kedua orang tua gue" smirknya dengan senang.












Bersambung....

MY PETER PAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang