EMPAT SATU

2.3K 155 6
                                    

"AHGG AWAS AJA LO KARISHA" teriak Becca didalam mobil.

Kini dirinya tengah dipeluk oleh Ines.

Shesil yang melihat kejadian ini langsung teringat dengan niat balas dendam nya terhadap Karisha yang sudah berani menyebarkan fotonya.

"Bisa gue manfaatin nih si Becca"

"Tuh orang emang udah keterlaluan Bec, gimana kita balas dendam ke dia? Balas dendam yang harus kita jadi pemenangnya" ujar Shesil sambil tersenyum.

"Gimana caranya?" bingung Becca.

"Gue tau caranya, tapi kali ini kita bener-bener membutuhkan bantuan bokap lo"

Becca pun langsung menghapus air matanya dan mengangguk kan kepalanya dengan semangat.

Mobil yang mereka tumpangi pun langsung berjalan menuju rumah Becca.

"Gawat nih udah gk bener mereka"

Ines pun dengan diam-diam mulai menyalahkan rekaman di handphone nya.

Sesampainya dirumah Becca pun langsung menceritakan kejadian hari ini kepada sang ayah dan meminta bantuan nya.

"Becca mohon yah kali ini kita yang harus menang"

"Tenang aja sayang ayah bakalan siapin strategi yang benar-benar bagus" ujar sang ayah sambil mengelus kepala sang anak.

"Hmm maaf om saya mau menambah kan ide" ujar Shesil dengan melembut-lembutkan suaranya.

"Boleh" ujar Bram.

Shesil pun langsung memberitahu usulan darinya.

Setelah menyusun rencana Shesil dan Ines pun pamit pulang.

Tak terasa waktu pun sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kini Ines tengah menatap langit malam dari balkon kamarnya.

"Becca sama Shesil bener-bener udah gk waras. Gue harus nyusun rencana, tapi gimana.. " ujarnya sangat frustrasi memikirkan apa yang harus ia lakukan demi menyelamatkan nyawa Karisha.

Ini semua salahnya juga yang sudah gegabah menyebarkan foto Shesil bersama bapak-bapak waktu itu ia pikir jika fotonya tersebar Shesil akan meras takut terhadap Karisha, ternyata tidak.

"Besok" gumam nya.

Dirinya yang sudah sangat pusing pun memilih untuk meng istirahat kan tubuhnya terlebih dahulu.

Besok pagi-pagi akan ia susun rencananya.

~~~

Ting tong

"Biar bunda aja yang bukain pintunya" ujar Ginny ke Karisha.

Kini mereka berdua tengah memasak untuk sarapan bersama.

Ceklek

"Pagi bu, sa--saya Lisa sekretaris nya pak El" ujar Lisa dengan melembutkan suaranya.

"Oh iya ada apa ya?" tanya Ginny dengan memasang wajah juteknya.

"Nasih cantikan Karisha" batin Ginny.

"Sa--saya mau mengajak pak El berangkat kekantor bareng bu" ujar Lisa dengan menundukan kepalanya.

"Nih emak-emak kenapa mukanya gitu banget dah ngeliatin gue" kesal Lisa.

"Tidak bis----"

"LISA" girang El yang baru turun dari kamarnya melihat Lisa sedang mengobrol bersama sang bunda.

"Ayo Lisa masuk, bunda kok Lisanya gk disuruh masuk sih" ujar El sambil mencemberutkan bibirnya.

Lisa pun langsung masuk kedalam dengan melewatkan Ginny begitu saja.

"Benar-benar tidak punya sopan santun"

Ginny yang masih memiliki tatakrama dengan tamu pun hanya bisa mengeluskan dadanya.

"Lisa mau El ambilin lauknya?" tanya El.

Lisa yang merasa diperlakukan spesial oleh El pun merasa senang.

Sedangkan Karisha yang melihat hanya bisa menggenggam sendok makannya dengan erat.

"Kamu harus bisa rebut perhatian El dari cewek itu" bisik Ginny yang memang duduk disebelahnya.

Sedangkan Rizal sedari tadi hanya diam, sejujurnya dia juga terkejut ketika melihat perlakuan El terhadap Lisa.

Dirinya langsung menebak-nebak apakah nanti anaknya lebih memilih Karisha atau Lisa.

Apapun pilihan El semoga itu yang terbaik.

"El Karisha suapin yuk"

El pun langsung mengangguk kan kepalanya senang.

"Gimana kalau sama Lisa aja El?" ujar Lisa tiba-tiba.

"Emang cari gara-gara nih nenek lampir" geram Karisha.

"Sama Karisha aja El soalnya tangan nya mbak Lisa bau tai otok" bohongnya.

El yang memang sedikit parno terhadap tai otok pun langsung memilih dengan Karisha.

"El sama Karisha aja"

Karisha tak menyangka kebohongan nya berhasil. Sedangkan Ginny dan Rizal mati-matian menahan tawanya, bisa-bisanya Karisha berbohong dengan cara seperti itu dan hebatnya lagi ternyata berhasil.

Lisa yang dibohongi seperti itu hanya bisa memasang senyum ramahnya, padahal tangannya dibawah meja makan sudah mengepal dengan kuat.

"Kali ini lo menang, tapi nanti jangan harap!"

"Karisha berangkat dulu ya bun, yah" pamitnya sambil menyalimi tangan keduanya.

"Yang semangat ya kuliahnya biar bisa cepet-cepet nikah sama El" ujar Ginny sengaja agar Lisa dapat mendengarnya.

Sedangkan Karisha yang dibicarakan seperti itu hanya bisa diam, tapi jangan tanyakan soal keadaan pipinya yang sudah merah seperti bekas kerokan nya orang masuk angin.

"Karisha mau nikah sama El?" tanya El dengan wajah polosnya.

Sedangkan Lisa hanya bisa tetap menahan senyum terbaiknya.

"Cih orang El maunya nikah sama gue" batinnya dengan pd.

"Hmm maaf pak ayo berangkat takut bapak terlambat" ujar Lisa memotong pembicaraan.

El pun mengangguk kan kepalanya.

Ketika Karisha ingin membuka pintu kursi bagian depan tubuhnya langsung didorong oleh seseorang.

"Maaf gue duluan" ujar Lisa yang langsung masuk kedalam.

Ingin sekali Karisha mencakar wajah polosnya, tapi ternyata tingkahnya tidak sepolos itu kawan. Karisha yang tidak ingin memancing keributan pun hanya bisa mengalah.

"Hmm pak El nanti habis pulang kantor mau gk kita jalan-jalan?" ajak Lisa.

Sedangkan Karisha hanya diam saja, dirinya pura-pura sibuk memainkan ponsel nya padahal kupingnya menguping pembicaraan mereka dengan baik.

"Gue berharap El gk mau sama nenek lampir ini"

"MAU LISA!" ujar El dengan girang.

Seketika Karisha langsung menyandarkan tubuhnya dikursi, ternyata benar jangan pernah menaruh harapan terhadap seseorang.

Sedangkan Lisa yang mengetahui pergerakan tubuh Karisha yang berubah lemas seketika langsung merasa senang.

"Gue menang"


























Menang dari mananya sih mbak Lisa:) terlalu geer nih🤣

MY PETER PAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang