Immortal Witch | Act 87 - Last Problem

Começar do início
                                    

Sebisa mungkin menghindari monster yang menyerangnya, berlari ke arah Clare seraya mengayunkan pedangnya ke arah monster. Dia merasa khawatir pada Clare yang terkena ilusi monster tersebut.

Clare melangkahkan kakinya perlahan ke arah wanita berbentuk Katherine yang masih tersenyum padanya. Air mata menetes di wajah Clare, hatinya merasa sakit mengingat segala cerita Marine dan Clark tentang orang tuanya. Begitu juga dengan foto-foto yang sebelumnya dia lihat.

Jarak mereka semakin dekat, pandangan Clare semakin kosong terutama ketika senyuman monster tersebut melebar hingga akhirnya....

Grepp

Luke menarik Clare ke dekapannya kemudian menggunakan kekuatannya memukul mundur monster tersebut hingga terbentur gerbang.

"Kita harus pergi sekarang." Luke menatap Clare dan menarik tangannya hendak pergi, namun Clare justru lebih memilih melihat ke arah monster tersebut berada.

"Itu...."

"Jangan terlalu jauh masuk ke dalam ilusinya." Luke menarik lengan Clare pergi. Walau langkah Clare terasa berat karena di matanya, monster itu masih terlihat seperti ibunya. Itu yang membuatnya berat hati walau mengerti apa yang dikatakan Luke.

Clare memutuskan untuk tidak memikirkannya. Katherine sudah lama tiada, tidak mungkin hadir terutama di saat-saat seperti ini.

Mereka berlari menghindari para monster yang menyerang dan sesekali memukul mundur mereka dan melancarkan serangan untuk menghentikan mereka. Clare merosot di salju ketika melihat seekor serigala menyerangnya dari depan kemudian menggunakan sihirnya untuk membunuh serigala tersebut ketika meluncur.

Sepanjang jalan, monster menyerang dan mereka sebisa mungkin menghindar agar tidak terlalu banyak membuang tenaga. Sepanjang jalan mereka dikejar monster hingga akhirnya mendapat celah untuk lari.

Luke menarik pinggang Clare yang masih tidak sadar akan celah pelarian dan terbang ke udara dengan kecepatan maksimal sampai para monster tidak lagi melihat. Monster di udara juga tidak lagi melihat keberadaannya setelah Luke melancarkan serangan terakhir pada monster udara tadi.

***

"Masih tidak bisa di telepon?" Eryk bertanya pada Blaire yang sejak tadi mencoba menelepon Luke dan Clare. Tapi tidak ada jawaban dari mereka.

"Firasatku buruk." Blaire tetap gelisah.

"Setidaknya ada Luke, tidak akan terjadi sesuatu." Xavier tetap santai tapi tidak dengan yang lain.

"Bagaimana kau bisa santai ketika temanmu dalam bahaya? Aku tahu, tiap urusan Clare selalu ada bahaya." Jules meraung marah.

"Menurutku, kita lakukan hal lain selain membuang waktu menelepon mereka. Mungkin mereka ada di tempat yang tidak memiliki sinyal." Louis yang baru saja datang membawa cappucino langsung duduk.

Jules menghela napas dan mengerang kesal. Kenapa dia memiliki rekan seperti ini?

"Kalau begitu apa yang kita lakukan?" Blaire bertanya.

"Seperti yang dikatakan Profesor," sahut Louis. "Kita hanya perlu menjaganya jika sewaktu-waktu Clare hilang kendali. Setengah jiwanya sudah menyatu dengan Vrochis, Clare juga sudah kembali walau dia pergi lagi. Kita hanya perlu menjaganya terutama untuk esok."

Xavier melanjutkan, "Besok adalah penentuan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, oleh karena itu kita harus bersiap."

"Besok, ya." Zoya menghela napas pasrah dan menunduk.

Blaire diam kembali memikirkan masalahnya. Sejak kemarin, dia masih berpikir keras apa yang dia lupakan selama ini. Sesuatu yang sangat penting sehingga rekan-rekannya juga harus tahu.

Immortal Witch ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora