43. Kiana Untuk Sagara

Start from the beginning
                                    

Sudah peserta olimpiadenya bersama adik kelas yang jauh lebih pintar dari Kiana, terus ketahuan berbuat curang, apa tidak semakin mengerikan pandangan orang padanya?

Zayara Audy si siswi akselerasi yang dituduh mengopek saat olimpiade, namun ternyata tidak, juga sempat dihujat. Apalagi Kiana yang memang tidak memiliki privelege otak di SMA Tunas Bangsa tentu langsung dibuat bubur oleh ucapan para murid.

Menolak tantangan Pak Tio adalah tindakan lebih bodoh. Nama Kiana Sharetta Hauri sudah ditempel di mading sekolah, dilaminating rapi besar-besar.

Sudahlah. Lebih baik Kiana kalah saat perlombaan nanti, daripada kalah saat perang pun belum dimulai. Walau Kiana tahu, bahwa dirinya ini tidak akan pernah menang dalam hal apa pun.



яєωяιтє му нєαят




Di bukit hijau--Kiana Saga homestay 2-- Kiana duduk sendirian. Ya, sendirian.

Kiana sebelumnya tidak pernah ke sini tanpa Sagara, selalu bersama, paling tidak bersama mama papanya. Tapi kebanyakan bersama sahabat masa kecilnya itu.

Sedangkan Sagara sering ke bukit ini seorang saja. Ketika Kiana malas pergi ke mana-mana dan Sagara sedang merasa penat, maka cowok itu sendiri ke tempat ini tanpa teman.

"Meow... meow.."

Oh ya, sebenarnya Kiana bawa satu mahkluk hidup lain, salah satu kucingnya yang bernama Cipo. Cewek itu ke sini diantar supir menggunakan mobil, Kiana ingin membawa semua kucing-kucingnya namun takut ia malah nanti jadi ngurus kucing bukannya buka buku MM.

Cipo anteng tiduran di matras ukuran sedang yang Kiana bentang di bawah pohon rindang. Jarak posisi Kiana dan beberapa manusia lain sangatlah jauh, bisa dikatakan di daerah yang Kiana tempati hanya ia seorang saja. Nyaman, sepi, adem, tidak kotor, dan rumputnya rutin dipotong.

"Ooo, lapar ya? Tunggu ya, matematika susah banget, untung lo jadi kucing. Klo jadi manusia pasti susah kayak gue.." Kiana curhat pada Cipo yang saat ini mukanya lagi jelek.

Tentang kejadian tadi siang ketika Kiana membawa air minum pada sahabat masa kecilnya padahal mereka sedang bertengkar, tidaklah sebuah kebetulan.

Kiana menemui Sagara di gedung basket karna cewek itu tahu bahwa Sagara pasti tidak membawa minum.

Mengingatkan Kiana membawa air mineral adalah nomor satu setiap mereka berangkat sekolah, namun untuk membawa air minum untuk cowok itu sendiri Sagara seringnya lupa.

Sekarang jam 16.00.

Dua jam yang lalu saat waktunya pulang sekolah, Saga yang mengantar Kiana ke rumah. Walau tadi mereka sempat berinteraksi di gedung olahraga, tetap saja ketika di dalam mobil hanya hening diisi lagu-lagu dari Pramboss FM.

Sagara pun tak banyak bicara atau memaksa Kiana untuk mengeluarkan kata. Namun entah kenapa sejak awal mereka masuk ke dalam mobil sampai tiba di depan gerbang rumah, mata Sagara selalu melihat Kiana.

Kiana tidak perlu ge-er, sebab memang itulah kenyataannya. Bersama dari umur 3 tahun pasti membuat Kiana tahu sifat dan kebiasaan cowok itu.

"Susah banget sihhh!!!"

Kiana tidak memberitahu Sagara bahwa dirinya sedang di sini. Pak sopir pun ia suruh pulang setelah mengantar. Kiana benar-benar tak ditemani siapapun kecuali Cipo sekucing.

"Kalau x-nya dipindah ke sini boleh gak ya?"

"Kok x dan y ini bareng-bareng terus sih?!"

"Matimati-ka memang."

Kiana merebahkan dirinya di matras. Buku tulis dan pena tetap dipegang Kiana walau sambil tiduran, dan hal itu jadi menutupi wajahnya.

"Kata mama, ini semalam x nya dicari. Terus cara carinya gimana ya semalam, cari di mana? Lupa..."

Rewrite My Heart [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now