Immortal Witch| Act 43 - Immortal Blood

Depuis le début
                                    

"Kumohon, ini juga menyangkut Clare." Jules menyebut nama Clare untuk memancing Gavin bereaksi. Tentu seharusnya dia sudah tahu sejak awal bahwa Gavin memiliki perasaan pada Clare dan itu terlihat sangat jelas, hanya orang bodoh yang tidak melihatnya seperti Clare sendiri.

"Kenapa Clare?" Reaksi Gavin sesuai harapan Jules.

Dia tersenyum lebar merasa lega dan mulai bicara dengan keras. "GAVIN KENCING DI CELANA!"

Skak mat

Jules langsung memukul mulutnya dan tidak berani menatap Gavin. Teriakannya didengar murid disekitar, tentu dia ditertawakan dan semua mata tertuju pada Gavin. Jika begini, siapa yang tidak malu?

"Kau bicara untuk mengatakan hal menyeleneh seperti itu?" Gavin merasa kesal ditambah malu. Murid disekitar diam diam tertawa dan pura pura tidak mendengar, tapi tidak berani tertawa langsung dihadapan mereka.

"Gavin, jangan salah paham. Luke yang melakukannya, bukan aku! Dengar! Clare menangkap burung di udara! ... Tidaaaak." Jules merasa snagat frustrasi. Lagi lagi seperti ini, selama ini Clare juga sudah bosan mendengar omong kosong Jules yang seperti itu.

"Aku tidak punya banyak waktu." Gavin mulai bosan.

"Gavin, dengarkan aku. Aku akan cari cara lain. Kalimatku disegel Luke dan tidak bisa langsung diungkapkan."

"Kalau begitu, katakan dalam bentuk teka teki."

Jules menaikan alisnya tinggi tinggi. Kenapa tidak terpikir sejak awal? Tapi sayangnya Jules tidak pandai membuat teka teki, jadi dia menggunakan cara lain. "Clare, angsa ... tidak tidak, kau tahu arti mawar merah? Itulah yang terjadi."

Gavin menatapnya kosong sesaat mencerna perkataan Jules. Beberapa detik kemudian, akhirnya dia mengerti. "Itu benar?"

"Kenapa tidak? Ada satu lagi, tapi sulit dikatakan. Lebih baik kau tidak tahu, itu tidak ada hubungannya denganmu."

"Kau mengatakannya apa hubungannya denganku?"

"Bukankah aku sudah memberitahumu? Sekarang bantu aku!"

Gavin menatap Jules dengan intens. Wajahnya sudah lama menggelap sejak Jules menariknya, dan dia sudah tidak peduli dengan perkataan Jules. Apa yang dikatakan Jules, seharusnya dia sudah tahu cukup lama, tapi tetap tidak tahu kebenarannya.

Malam ini, Luke, Louis, dan Blaire datang ke kantor kepala akademi. Mereka sudha berunding untuk bertanya tentang Missi asli mereka pada kepala akademi. Mereka tidak membawa dua gadis bobrok dan dua pria malas, mereka hanya bertiga sedangkan yang lain mengawasi Clare.

Mereka bersamaan berada di ruangan kepala akademi, mengatakan hal yang mereka ketahui pada Profesor Armstrong dan meminta penjelasan. Bahkan Luke sendiri masih tidak mengerti dengan pemikiran Profesor Armstrong. Mereka butuh jawaban sekarang.

"Awalnya aku ingin memberitahu kalian setelah liburan musim panas. Ternyata kalian sudah tahu duluan." Profesor Armstrong bergumam namun tetap didengar mereka bertiga.

"Profesor, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tidak beritahu kami sebelumnya?" Blaire buka suara.

"Karena Clare memiliki darah Immortal Blood, sangat berbahaya jika banyak yang mengetahuinya. Ini juga merupakan alasan mengapa orangtuanya membiarkan Clare selalu melakukan pemurnian agar dapat menutupi aura tubuhnya. Clare bisa dianggap berbahaya jika tidak diajarkan dengan baik, banyak yang akan memburunya di masa depan. Tapi, karena pemurnian itu aromanya semakin tercium."

"Kau sudah tahu sejak awal?" Louis mengerutkan kening.

"Awalnya aku ragu, tapi setelah mengujinya melalui kolam ajaib, aku bisa melihatnya. Awalnya warna kolam itu menunjukkan warna putih yang artinya murni, namun tak lama kolam itu berubah menjadi merah. Proses pemurnian membuat jiwanya menjadi murni, sifat Immortal Blood tertutupi sepenuhnya. Vrochis bisa menemukannya kare aroma udumbara ketika Clare mendekati ruangan terlarang." Pandangan Profesor terarah pada Louis untuk kalimat terakhir. Benar, Louis yang mendorong Clare kedalam amsalah dnegan membawa Clare ke ruang terlarang, tapi dia melakukannya hanya sekedar jahil, tidak tahu apa dibalik misteri itu.

"Tidak ada jalan lain selain membunuhnya. Aku sudah bicara pada orangtua Clare, mereka membiarkan Clare tetap disini dan mempercayakan kalian. Dalam sudut pandang seorang ahli, seharusnya aku membunuhnya dan menjadikannya bahan penelitian. Tapi aku sudah terlalu tua untuk melakukannya."

"Bukankah kau sudah melewati tahap keabadian? Kenapa membunuhnya?" Luke bertanya.

"Bayangkan betapa bahayanya jika Clare tidak pernah melalui proses pemurnian. Kekuatannya menjadi lebih mengerikan, dia abadi tanpa celah. Sebenarnya, keabadianku memiliki cacat dan hanya sebatas panjang umur, berbeda dengan Clare yang tidak akan menua walau berumur ribuan tahun. Kalian akan merasakannya sendiri jika sudah mencukupi syarat keabadian."

Penjelasan Profesor membuat mereka bertiga tertegun. Beruntung Clare begitu naif dan polos seperti kertas kosong karena pemurnian, atau dia akan dianggap berbahaya akan keserakahan menguasai dunia. Bagaimanapun, dia tetap manusia, tapi manusia yang istimewa. Manusia tidak akan terlepas dari keserakahan yang merupakan salah satu dari tujuh dosa mematikan.

Setelah mendengar penjelasan Profesor, mereka kembali pergi ke asrama. Ketika sedang membuka pintu ruang kepala akademi, mereka dikejutkan oleh Clare yang berdiri tepat di depan pintu. Memang keempat anak itu tidak bisa diandalkan untuk mengawasi Clare, sekarang Clare sudah dihadapan mereka juga kepala akademi. Apa yang akan mereka katakan?

To be continued

05/31/2021

Immortal Witch ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant