BAB 1: Hal yang Mustahil

2.4K 47 10
                                    

Seorang wanita berjalan pelan dengan tangan terulur ke depan. Kening berkerut di wajah tirusnya ketika kaki melangkah maju perlahan. Mata yang ditutup kain berwarna hitam sudah jelas tidak bisa melihat apa yang akan ditempuh. Berkat pegangan dari pria yang berada di belakang, ia berhasil memasuki ruang tamu vila yang berukuran besar.

"Apaan sih, Bran? Mata gue kok pakai ditutup segala?" desisnya di tengah kebingungan.

"Lihat aja nanti. Lo pasti senang bukan main begitu lihat kejutan yang ada di dalam," bisik Brandon memegang bahu wanita itu.

Decakan pelan keluar dari sela bibir mungil berwarna kemerahan milik Arini. Dia terpaksa harus menahan diri, agar tahu kejutan apa yang disediakan oleh Brandon, laki-laki yang telah menjadi sahabatnya sejak sebelas tahun belakangan.

Dua tahun berpisah dari sahabat tersayang membuat hari yang dilewati Arini menjadi kelabu. Tidak ada lagi canda dan tawa yang menemani keseharian seperti sebelumnya. Kegagalan pernikahan membuat wanita cantik itu menjadi semakin terpuruk.

Ya, Arini adalah seorang janda tanpa anak. Dia berpisah setelah dua tahun menikah, karena mantan suaminya seorang gay. Setelah bercerai, ia memutuskan kembali ke Jakarta untuk bekerja.

Tidak disangka, ia bertemu lagi dengan Brandon. Lelaki yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Sahabat yang setia berbagi kebahagiaan dan kesedihan. Tuhan Maha Baik, kedua sahabat yang terpisah lama ini dipertemukan kembali di perusahaan yang sama.

Saat ini Brandon membawa Arini berlibur ke vila yang dimiliki keluarganya, untuk merayakan kembali pertemuan mereka setelah dua tahun berpisah. Ada kejutan yang telah dipersiapkan oleh pria itu di dalam.

"Udah boleh buka nggak nih?" tanya Arini tidak sabar. Dia menggigit bibir bawah saking penasaran.

"Boleh nggak ya?" goda Brandon sebelum menarik tali pengikat yang menutup mata.

"Bran?" protes Arini dengan wajah mengerucut. Tangan kanan bersiap mencari keberadaan pinggang Brandon yang kerap menjadi sasaran jurus semut apinya.

"Sabar, ini gue lagi buka ikatnya," ujar pria bermata sayu tersebut tersenyum lebar.

Dalam hitungan detik kain hitam yang menutup mata Arini terlepas. Sepasang manik cokelat lebar mulai mengerjap, berusaha menjernihkan penglihatan. Samar tampak wanita paruh baya berambut pendek sedang berdiri dua meter darinya.

"Tante Lisa!!" pekik Arini nyaris histeris ketika melihat sosok yang dikenalnya dengan jelas.

Tanpa dikomando lagi kaki ramping yang ditutupi celana jeans itu langsung bergerak maju. Tak lupa kedua tangan terulur ke depan bersiap memeluk wanita cantik nan bersahaja tersebut.

"Arini. Akhirnya kita bertemu lagi, Nak," sambut Lisa tak kuasa menahan haru sembari memeluk erat tubuh ramping Arini.

Sama halnya dengan Brandon, wanita paruh baya itu juga tidak bertemu dengan Arini selama dua tahun. Pertemuan terakhir mereka adalah pada hari pernikahan Arini di kota Bukittinggi, daerah asal kedua orang tuanya.

"Iya, Tan. Aku kangen banget," ucap Arini dengan mata berkaca-kaca.

"Tante juga, Sayang." Lisa menatap lamat-lamat paras Arini yang tampak lebih kurus dari sebelumnya. Pandangan mata hitam itu turun ke bawah.

"Kenapa kamu kurus sekali sekarang, Rin?" komentar Lisa prihatin dengan kondisi sahabat sang Putra yang telah dianggap seperti anak sendiri. Selama mengenal Arini sebelas tahun, baru sekarang ia melihatnya begitu kurus.

Senyum kecut terulas di paras Arini mendengar perkataan Lisa. Ya, dia kehilangan banyak berat badan setelah menikah dengan orang yang salah. Peliknya proses sidang perceraian membuat tubuhnya semakin menyusut.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now