BAB 96: From Enemy to Best Friend

117 6 0
                                    

Arini

Sepasang kelopak lebar mulai mengerjap. Perlahan dua manik cokelat mulai terlihat memancarkan kesedihan yang mendalam. Tangan ramping dihiasi kulit kuning langsat itu meraba ke sisi kiri tempat tidur yang kosong. Rasa rindu yang membelit beberapa hari ini sungguh sulit untuk diredam.

"Gue kangen sama lo, Bran," bisik Arini dengan mata berkaca-kaca.

Dia mulai melow lagi saat ingat dengan suami tercinta. Apalagi hari ini adalah hari pernikahan Brandon dengan Sheila. Pandangan netranya beralih ke jam dinding yang berada di dinding atas meja rias kamar Moza. Pernikahan itu seharusnya diselenggarakan tiga jam lagi, tepat pukul 10.00.

Mata Arini terpejam rapat saat terus berusaha menyabarkan hati dan menerima semua dengan lapang dada. Sementara ia tidak bisa kembali ke sisi Brandon sampai bayi yang dikandung lahir.

"Rin." Terdengar suara Moza diselingi ketukan pintu kamar.

"Ya?" sahutnya berusaha bangkit.

Kepala kembali berdenyut membuat tubuhnya enggan beranjak ke posisi duduk. Setiap pagi, Arini selalu mengalami morning sickness. Pusing, mual bahkan muntah.

"Masuk, Moz. Pintunya nggak gue kunci," sahut Arini kembali merebahkan tubuh di tempat tidur.

Andai saat ini ada Brandon di sisinya, tentu saja ia bisa melewati semua dengan mudah. Pria itu akan memanjakannya dan memberikan semua yang Arini butuhkan. Ah, lagi-lagi mata indah itu kembali menghangat.

Moza muncul di sela pintu yang terbuka setengah. Matanya mengamati kondisi Arini yang masih sama seperti kemarin.

"Masih pusing ya?" tebaknya kasihan.

Arini mengangguk pelan seraya menyandarkan tubuh di headboard tempat tidur. "Biasanya sampai berapa lama sih kayak gini?" tanyanya ingat Moza berpengalaman.

"Kalau gue sih waktu itu." Moza bergumam sebentar ketika memanggil ingatan tiga tahun lalu. "Dua bulan deh kayaknya."

Moza duduk di pinggir tempat tidur, tak jauh dari tempat Arini duduk. Pandangannya masih memperhatikan wajah pucat wanita itu.

"Kenapa sih nggak telepon Brandon aja? At least kasih kabar kalau lo baik-baik aja. Dia pasti cariin lo sekarang," tutur Moza gemas.

Senyum kecut terurai di paras Arini. Kepalanya menggeleng lagi. "Dia pasti tahu gue ada di mana, Moz. Mama Lisa pasti punya koneksi dan bisa lacak gue."

Embusan napas lesu meluncur dari bibir tipis Moza. "Terserah lo deh. Nanti kalau udah nggak pusing lagi, kita harus ke rumah sakit. Paling nggak lo butuh obat buat kurangi mual dan pusing."

"Makasih ya," ucap Arini tersenyum lembut.

Dia tidak menyangka akan diterima dengan tangan terbuka di rumah mantan rivalnya. Bahkan Sukesih—ibu Moza—juga menyambut kehadiran Arini dengan baik. Pada awalnya wanita paruh baya itu terkejut saat Moza memperkenalkan Arini sebagai istri Brandon.

Sukesih juga menceritakan kebaikan yang dilakukan Brandon ketika masih berpacaran dengan Moza dulu. Sempat sedih juga ketika tahu putrinya putus dengan Brandon. Putra Moza yang awalnya malu-malu ketika bertemu Arini, kini sudah mulai dekat dan menjadi teman di kala sepi.

Apalagi Moza juga tidak setiap hari berada di BSD (Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan). Kemarin malam, dia sengaja pulang karena telah berjanji akan menemani Arini periksa ke dokter hari ini.

"Gue ke dapur ambil sarapan buat lo dulu," pamit Moza beranjak dari pinggir tempat tidur.

Beberapa menit kemudian, Moza kembali lagi membawa sandwich buatan rumah dan segelas susu hangat di atas nampan berkaki. Kemudian diletakkan di atas paha Arini.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now