BAB 57: Kembali Bekerja

119 9 2
                                    

Arini

Pagi yang cerah untuk memulai hari yang baru. Arini melingkarkan tangan di pinggang ramping Bran dalam perjalanan menuju kantor. Hari ini ia mendapatkan sif kedua, masuk pukul 07.00. Sementara suaminya sif malam.

Rasanya begitu berbeda ketika mereka berboncengan, setelah menjadi suami istri. Dia bebas menyentuh bagian mana saja dari tubuh Brandon dari belakang, selagi tidak bagian yang bisa memancing ketegangan saraf di suatu titik. Haha!

Ketika libur nanti, Arini berencana memindahkan barang-barang di kamar kos. Artinya ia harus jujur kepada Siti dan Widya mengenai statusnya yang telah menjadi istri Brandon. Dia harus memastikan mereka tutup mulut terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan kegaduhan di kantor.

"Kenapa, Sayang?" tanya Brandon ketika merasakan embusan napas di punggungnya.

Arini menggelengkan kepala enggan bercerita dengan Bran. Dia tidak ingin memperkeruh suasana dengan membicarakan Moza. Ah, tentu saja wanita itu tidak akan tinggal diam setelah tahu Arini dan Brandon akan menikah. Apalagi Moza sempat menyinggung masalah peraturan kantor yang melarang pasangan kekasih apalagi suami-istri, bekerja pada proyek yang sama.

"Nanti sore langsung pulang ya. Gue jemput tepat waktu," cetus Brandon mengeraskan suara.

"Emang kenapa?" Kening Arini mengernyit di bawah pinggir helm yang membungkus kepala. Dia berencana mampir ke kosan hari ini, agar bisa mengambil barang yang bisa dibawa.

"Ada deh." Brandon tersenyum penuh makna ketika memainkan jemari Arini dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang setang motor yang melaju pelan.

Decakan pelan keluar dari sela bibir mungil Arini. "Ada apa sih? Jadi curiga nih."

"Gue mau kasih kejutan, tapi ntar aja."

Pegangan tangan Brandon terlepas ketika mereka tiba di pertigaan lampu merah jalan Abdul Muis. Begitu lampu hijau menyala, motor langsung berbelok sedikit ke kanan, sebelum belok lagi ke kiri. Arini memilih turun di pintu belakang gedung yang tidak terlalu ramai.

"Jangan lupa nanti gue jemput on time." Brandon kembali mengingatkan.

"Iya, bawel." Arini mencibir gemas seraya menatap sang Suami.

Entah matanya yang selama ini tertutup atau memang Brandon yang semakin tampan. Pria itu benar-benar tampak sangat menarik. Dia tidak bisa menahan diri untuk melabuhkan kecupan di pipi kanan Bran.

"Kurang," desis Brandon mengetuk ujung bibirnya.

"Dih. Kayak penjajah minta tanah nih," ledeknya.

"Eh, nggak salah loh minta lebih dari istri."

Arini buru-buru membekap bibir Brandon, agar tidak membahas status mereka lagi. Pandangan netra cokelatnya bergerak awas ke sekeliling, sebelum melotot kepada pria itu.

"Kalau ada yang dengar gawat loh."

"Biarin aja. Toh udah pada tahu 'kan kalau kita pacaran," tanggap Brandon enteng.

Arini menarik napas, lalu geleng-geleng kepala. "Ya udah. Gue masuk dulu ya."

"Cuma gitu doang?" Brandon menaik-naikkan alis.

"Emang maunya gimana?"

Brandon memonyongkan bibir minta dikecup Arini.

Kepala yang dihiasi rambut panjang diikat ke atas itu celingukan ke kiri dan kanan. Setelah memastikan tidak ada orang lain yang dikenal, ia langsung menangkupkan tangan ke pipi Bran, lantas mengecup singkat bibinya.

"Dah, Sayang. I love you," ucap Arini buru-buru sebelum ngacir dari hadapan Brandon.

Dia tidak menoleh lagi ke belakang, khawatir jika tidak jadi bekerja hari ini, karena memilih bercinta lagi di apartemen. Padahal sehari kemarin, mereka sudah melakukannya berkali-kali. Namun, tetap saja tidak ada kata puas untuk yang satu itu.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن