BAB 18: Brandon Gila!

317 16 2
                                    

Arini

Sepanjang jalan dari gerbang masuk utama sampai lobi gedung, Arini tertawa seperti orang kurang waras. Perdebatan sengit antara dirinya dan Brandon masih berputar di benaknya.

"Nikah?"

"Iya. Kita nikah aja, jadi perjodohan itu nggak akan pernah ada."

"Lo udah stress ya?" Arini sampai menempelkan punggung tangan di kening Brandon. "Nggak demam, 'kan?"

"Gue serius, In. Ini satu-satunya cara agar gue nggak dijodoh-jodohin."

"Kenapa harus gue? Bukannya cewek yang mau sama lo ngantre ya? Tinggal tunjuk mau yang mana." Arini terus mendebat sahabatnya yang tampak frustrasi.

"Karena kita udah saling kenal, In. Nggak perlu pengenalan lagi. Nikah besok juga gue mau."

Arini ikut-ikutan stress karena Brandon. "Kita udah sepakat untuk jadi partner di atas ranjang, Bran. Gue belum siap nikah. Nggak bisa!"

"Tega banget sih sama sahabat sendiri. Lo mau lihat gue nikah sama orang yang nggak dicintai?"

"Trus lo nikah sama gue karena cinta?" Arini mendelik nyalang. Marah hingga hidungnya kembang kempis.

Stop! Perdebatan mereka tadi pagi berakhir di sana. Brandon tidak berani menjawab pertanyaan Arini. Bukan karena tidak memiliki jawaban, karena enggan merusak apa yang baru saja mereka mulai. Dia tidak ingin kehilangan wanita itu hanya karena, mungkin, perasaan yang tidak bisa dielakkan.

"Brandon gila!" maki Arini saat kaki terus melangkah menuju lobi.

"Nikah? Emang dia pikir mainan?" Dia bermonolog benar-benar seperti orang kurang waras.

"Kenapa sih pagi-pagi sudah ngomel?" sela suara bass dari arah belakang.

Arini langsung mengalihkan pandangan dan mendapati Fahmi berjalan di belakang. Kening berkerut melihat pria itu berpenampilan rapi, tidak terlihat seperti karyawan yang telah menghabiskan waktu bekerja sif malam.

"Bang Fahmi masuk pagi juga?" tanya Arini berusaha mengendalikan diri untuk tidak terlihat konyol di depan pria itu.

"Iya. Gantian sama TL lain. Katanya pagi ini ada acara," jawab Fahmi mengiringi langkah Arini memasuki lobi.

Keduanya diam saat meletakkan tas di atas area pemeriksaan, sebelum memasuki gate menuju lift. Fahmi mengamati Arini dengan saksama.

"Kamu pagi ini beda sekali, Rin," komentarnya dengan pandangan belum lepas dari Arini.

"Beda?" Arini menyelipkan ujung samping kanan poni yang sudah panjang di balik telinga. "Beda gimana, Bang?"

Mampus. Apa dia tahu gue habis ngapain tadi malam? batin Arini gelisah.

"Lebih cantik dan bersinar. Persis kayak nama kamu. Maheswari. Bidadari." Fahmi mulai melancarkan gombalannya kepada wanita itu.

Arini langsung menunduk, karena merasakan panas di area pipi. Beruntung sudah berdiri di depan pintu lift, sehingga tidak khawatir menabrak tong sampah yang ada di pinggir dinding tempat lift berada.

"Maaf ya soal kemarin, Bang," ucap Arini mengalihkan pembicaraan.

"Yang mana?" Fahmi mengulas senyum, membuat wajah orientalnya semakin terlihat tampan. Secara fisik, ia tidak kalah jauh dari Brandon. Hanya saja sisi Casanova-nya tidak muncul, sehingga para wanita sungkan untuk menggoda pria itu.

"Karena nggak jadi pulang bareng." Arini tersenyum ragu. Rasa bersalah kembali hinggap di hatinya.

Pria bertubuh tinggi itu menekan tombol naik yang ada di dinding. Pandangannya menatap angka di atas pintu lift sebelum menanggapi.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now