BAB 50: Romantic Night

163 11 2
                                    

Bibir Arini perlahan tertarik ke samping. Kepalanya mengangguk cepat seiringan dengan senyum yang melebar.

"Gue mau jadi istri lo, Bran. Gue mau nikah sama lo." Kalimat itu keluar dari sela bibir dengan mata berkaca-kaca.

Brandon langsung berdiri, kemudian memasangkan kalung berliontin matahari tersebut di leher Arini. Tampak begitu cantik dan indah di leher jenjangnya. Kelegaan jelas terpancar di paras pria itu mendengar jawaban Arini.

"I love you, In. Makasih udah mau jadi istri gue," ucapnya menarik tubuh ramping itu dan menghujani wajah tirus tersebut dengan kecupan.

Waktu makan malam sebentar lagi. Mereka harus turun ke restoran sekarang. Kedua sejoli itu saling bergandengan tangan melewati tahap demi tahap menuju tempat makan malam dengan wajah dihiasi senyum.

Brandon menutup mata Arini ketika memasuki restoran hotel. Langkah kaki melangkah pelan menuju meja yang telah dipesan khusus untuk makan malam. Perlahan tangannya turun, sehingga netra cokelat lebar itu mengerjap.

"Bran?"

Dagu indah Arini turun ke bawah seiringan dengan kelopak mata melebar. Dadanya mendadak hangat melihat meja kecil yang dihiasi dengan taplak berwarna putih dilapisi dengan maroon berbahan sutera di bagian atas. Ada lilin menyala di dalam wadah khusus di bagian tengah dan botol anggur merah di sampingnya.

Di belakangnya ada menara kembar yang bercahaya indah dari kejauhan. Sungguh posisi meja yang sangat strategis.

"Our romantic dinner, Sayang." Brandon meraih jemari Arini, lalu mengecup punggung tangannya.

Sesaat kemudian, pria itu menarik tangan Arini lembut ke arah kursi. Dengan gentle ia menyiapkan tempat duduk untuknya, sebelum pindah ke sisi berlawanan. Pandangan mata Brandon tidak henti terkagum-kagum melihat kecantikan yang terkena pantulan cahaya lilin.

"Nyaris sempurna," gumamnya berdecak kagum.

"Apanya?"

"Lo, In." Brandon meraih tangan Arini yang terkulai di atas meja dan mengelusnya dengan ibu jari. "Gue telat sadar."

Bukannya tersipu karena pujian Brandon, Arini malah menatapnya sedikit sengit. "Kapan lo siapkan ini?"

Brandon mengangkat bahu singkat. "Hanya bikin special request ke hotel. Jangan lupa TravelAnda sediakan layanan special request, In," tanggapnya mengingatkan betapa hebat aplikasi tempat mereka bekerja.

Jari telunjuk Brandon terangkat ke atas secara otomatis saat Arini ingin berkomentar lagi. "Dan jangan tanyakan berapa yang udah gue habiskan buat ini semua."

Bibir yang tadi terbuka, langsung tertutup erat. Arini mati kutu, karena pikirannya mudah terbaca oleh Brandon.

Pria itu mengangkat tangan ke atas memanggil pelayan. Sudah waktunya menyajikan hidangan pembuka.

"Bisa jelasin kenapa ada anggur di sini?" tanya Arini mengerling ke botol anggur yang ada di bagian tengah. Dia tahu persis kalau mereka tidak akan menyentuh alkohol sampai kapanpun.

"Hanya pemanis aja, In. Rasanya kurang romantis kalau nggak ada botol anggur dan gelas-gelasnya di meja," jawab Brandon santai.

"Lo pasti keluarkan uang buat bayar anggur itu walau nggak diminum," kata Arini sedikit ketus.

Mata Brandon menyipit sedikit. "Itu nggak kuras tabungan gue, In. Jangan lupa duit gue di rekening banyak."

Hal itu sudah jelas, karena Brandon hanya mengeluarkan biaya untuk bahan bakar kendaraan selama ini. Tempat tinggal dan makan sehari-sehari sudah disediakan oleh Lisa. Bisa dibayangkan berapa pundi rupiah yang bisa ia simpan setelah hampir lima tahun lebih bekerja. Arini juga lupa kalau pria itu pernah bekerja di The Harun's Group, sebelum Sandy berulah.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now