BAB 70: Penderitaan Arini

107 6 3
                                    

Brandon

Brandon memandangi wajah Arini yang masih nyenyak dalam lelap. Tiga hari berlalu sejak pertemuan dengan Desta, tapi masih menyisakan amarah yang membara di dalam dirinya. Apa yang didengar dari istrinya benar-benar membuat pria itu marah, sampai ingin menghajar Desta habis-habisan. Kalau bisa sampai masuk rumah sakit, bahkan liang lahat sekalipun.

"Gue ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi janji lo nggak boleh marah," kata Arini sebelum mengatakan yang sebenarnya.

"Janji." Satu kata yang sangat disesali Brandon, setelah tahu penyebab Arini trauma selama ini.

"Setelah kita video call waktu itu, gue berniat masak. Pas ambil bahan makanan dari kulkas, ada barang yang tarik perhatian." Arini mulai menceritakan apa yang ia lihat setelah menelepon Brandon. "Gue penasaran banget, karena udah tiga bulan barang yang katanya titipan teman, nggak diambil-ambil juga."

"Trus lo buka?" Brandon menyela penasaran.

Arini mengangguk singkat di sela sesegukan akibat tangis. "Gue kaget waktu baca tulisan 'Lubricant' di botol itu. Dia nggak pernah pakai begituan waktu kami ...." Kalimatnya menggantung kalimatnya karena merasa jijik.

"Oke. Skip aja bagian itu," ujar Brandon paham.

"Singkat cerita, gue curiga kalau dia selingkuh tapi nggak nyangka selingkuhannya cowok." Arini tersenyum kecut menyadari kepolosannya. Dia bahkan tidak tahu ada keanehan dari sikap Desta, termasuk interaksinya dengan laki-laki.

"Saking kesalnya, niat awal mau bikin ayam balado, akhirnya gue ganti dengan ayam kecap. Kesukaan lo," sambung Arini dengan mengucapkan pelan kalimat terakhir.

"Ya ampun, In. Trus si boti tahu?"

"Dia marah besar, Bran. Apalagi waktu lihat gue kirim foto ayam kecap ke lo. Kejadiannya setelah gue tanya kenapa lubricant itu ada di kulkas." Arini menarik napas sedalam-dalamnya sebelum melanjutkan lagi. "Dia tampar gue dan sita handphone gue."

"Hari itu juga, dia suruh pacar cowoknya datang ke rumah karena mereka udah ketahuan. Dan lo tahu mereka ngapain setelah itu?" Arini menatap Brandon dengan sorot getir.

"Ngapain?"

"Mereka bercinta di depan mata gue. Jijik lihatnya, Bran. Lo bayangin, dia sentuh gue setelah bercinta dengan pacar sejenisnya selama setahun lebih." Arini kembali terisak menyesali keadaan. "Gue nggak curiga sama sekali, karena gue bego tentang cowok."

"Lo hanya nggak punya pengalaman banyak aja tentang cowok, In," koreksi Brandon tidak mau Arini menyalahkan diri lagi.

"Tetap aja." Arini menyanggah. "Mulai hari itu, dia tutup semua akses komunikasi dengan orang-orang. Gue dikurung di rumah dan nggak dibolehkan keluar, apalagi bertemu siapapun."

"Kalau Mama telepon, selalu dia yang jawab dan gue boleh ngobrol di telepon kalau dia ada di rumah. Setiap hari gue disiksa. Ditampar, dipukul, dimaki, dihina dan diancam," lirihnya gemetar lagi.

"Astaga, Sayang." Brandon menarik istrinya ke dalam pelukan. Dia tidak pernah menyangka Arini mengalami penderitaan seperti ini dan dia tidak mengetahuinya. Barulah ia tahu kenapa Arini begitu kurus ketika mereka bertemu lagi tahun lalu.

"Sahabat apa gue sampai nggak tahu kalau lo alami hari-hari berat kayak gitu."

Tubuh Brandon bergetar menahan amarah. Lahar panas menjalar di dalam darah ketika ingat wajah tidak bersalah yang ditunjukkan Desta waktu bertemu dengannya. Apalagi pria itu sampai tersenyum lebar membawa seikat bunga.

Sialan! rutuk Brandon dalam hati.

"Semua berakhir beberapa bulan setelah itu, Bran." Arini tersenyum samar setelah pelukan melonggar. "Uda David curiga, karena gue nggak pernah datang ke rumah. Uda samperin ke tempat gue tinggal dan kebetulan Desta lupa kunci gembok jendela."

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now