BAB 29: Pertemuan Pertama dengan Farzan

162 14 2
                                    

Dua hari kemudian

Bibir mungil tertarik ke samping ketika merasakan seseorang memeluk tubuh dari belakang. Perlahan netra cokelat lebar itu mengerjap memandang pantulan diri di cermin. Terasa bibir lembab memberi kecupan di samping lehernya.

"Udah bangun," sapa Brandon saat merasakan Arini mulai bergerak kecil.

"Hmmm ...." Arini memutar balik tubuh perlahan ke belakang. "Jam berapa sih?"

"Baru jam lima. Tidur lagi aja kalau masih ngantuk," anjur Bran seraya menyeka poni Arini.

Kepala yang dihiasi rambut panjang itu menggeleng pelan. "Takut ketiduran. Janji ketemu Tante Lisa jam delapan soalnya di rumah."

Lisa meminta Arini untuk datang ke Menteng Dalam terlebih dahulu, sebelum menghabiskan waktu berbelanja. Rencananya mereka akan berangkat pagi dan kembali lagi sore hari. Jangan ditanyakan lagi bagaimana reaksi Brandon ketika tahu hal itu.

"Ngapain sih belanja seharian? Kita sama-sama libur, In. Gue pengin kita di apartemen aja. Bercinta seharian."

"Kayak suami istri aja deh, bercinta seharian," ledek Arini pada saat itu.

"Makanya kita nikah, In. Biar bisa bercinta setiap saat." Brandon dan pendiriannya.

Setelah perkataan Arini di atas atap waktu itu, ia menjadi gamang untuk menerima perjodohan ini. Bayangan wanita itu menjauh darinya menghantui seperti mimpi buruk. Dia tidak ingin kehilangan Arini, tapi tidak mau juga membiarkan Lisa terluka. Ah, jika dipikir-pikir ibunya sudah tersakiti ketika tahu Sandy menikah lagi.

Perdebatan hebat pun tidak dapat dielakkan. Brandon mengancam tidak akan menerima perjodohan itu, jika Arini menolak menikah dengannya. Arini juga membalas dengan sengit dan mengutarakan rencana pergi meninggalkan dirinya, kalau dia menolak perjodohan itu.

Alhasil mereka sama-sama merenung dan mencari jalan keluar. Untuk sementara keduanya tidak akan membahas hal ini terlebih dahulu, sampai Brandon bertemu dengan wanita yang akan dijodohkan.

"Jangan lupa nanti malam kita kencan," ujar Brandon sebelum memberi kecupan di bibir Arini.

Wanita itu berdecak pelan, kemudian mencubit ujung hidung bangir Bran. "Iya, bawel. Dari tadi malam ngomongnya gitu terus."

Walau keberatan, Brandon merelakan Arini menemani Lisa seharian dengan syarat. Wanita itu harus menginap di apartemen pada malam sebelum hari yang ditentukan, dan keesokan malam akan pergi berkencan dengannya.

"Gue takut banget kehilangan lo lagi, In," ungkap Brandon tercekat.

Arini memandang netra sayu itu bergantian. Tampak luka mendalam dari cara pria itu menatapnya. Dia menarik napas berat ketika Brandon membahas lagi masa lalu yang disesalinya itu.

"Harusnya waktu itu gue culik lo, bukan ikhlasin lo nikah sama si boti."

"Emang lo mau masuk penjara kalau Papa lapor ke polisi?"

Brandon mengangguk tanpa ragu. "Biar gue masuk ke penjara daripada kehilangan lo."

Arini menutup bibir Bran seraya menggeleng tidak setuju. "Gue yang kehilangan lo kalau gitu. Dan gue nggak mau."

"Ya ampun, In. Gue semakin cinta sama lo," ucap Brandon gemas, bersiap naik ke atas tubuh Arini. Dia benar-benar menginginkan wanita itu sekarang. Ah, bukan sekarang saja. Tepatnya semenjak mereka bercinta, sekarang, nanti dan selamanya.

Entah berapa kali mereka menjelajahi nikmat dunia fana ini sejak tadi malam. Seakan tidak jemu, Brandon larut lagi dalam kegiatan yang membuat dirinya semakin possessive terhadap Arini. Wanita ini adalah miliknya. Hanya milik Brandon Harun. Itulah cap yang diberikan kepada sahabatnya sendiri.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now