BAB 10: Kebablasan

516 14 4
                                    

"Gue kabari Bang Fahmi dulu kalau nggak jadi pergi. Kasihan nanti tungguin," cetus Arini menarik tangannya.

Usaha yang dilakukan gagal, karena pegangan Brandon begitu erat. "Lo perhatian banget sama Fahmi. Gue lagi sakit lo marahin," tudingnya dengan tampang seperti anak kecil.

Arini menatap malas. "Kok gitu sih? Gue 'kan lebih perhatian sama lo. Buktinya langsung datang pas tahu lo demam."

Wanita itu menarik napas panjang, kemudian melepaskan pegangan tangan Brandon. Dia merapikan lagi selimut agar tetap menghangatkan tubuh yang masih gemetar.

"Sekarang lo tidur dulu. Gue mau kasih tahu Bang Fahmi." Arini mengambil handuk kecil yang menempel di kening Brandon, lantas membasahkannya dengan air hangat. Dia meletakkan lagi kain tebal tersebut di kening pria itu sebelum berdiri.

"Habis itu ke sini ya. Jangan tinggalin gue." Brandon menggeleng pelan. "Nggak, lo sarapan dulu gih. Jangan sampai sakit juga gara-gara jagain gue."

Arini mengangguk seraya menegakkan tubuh. "Tidur ya, Bran. Istirahat. Gue nggak akan pulang sebelum panas lo turun."

Brandon tersenyum lebar mendengar perkataan Arini. Dia melihat wanita itu hingga menghilang di balik dinding kamar.

"Gue tahu kok lo lebih perhatian sama gue dibanding Fahmi, In." Senyum di parasnya memudar ketika pikiran buruk hinggap. "Tapi Fahmi jauh lebih pantas buat lo daripada gue."

Sesal kembali hinggap di hati ketika ingat dengan apa yang telah diperbuat di masa lalu, hingga ia berpikir tidak lagi pantas mendampingi Arini. Brandon melepas keperjakaannya ketika kelas dua SMA. Dia berkenalan dengan seorang perempuan, anak kuliahan, di jejaring sosial Yahoo Messenger. Ternyata wanita itu menjebaknya ketika datang menjemput ke tempat kos.

Brandon yang terbujuk rayuan, akhirnya tidur dengan wanita yang bahkan belum menjadi kekasihnya. Arini marah ketika mengetahui hal itu. Dia sampai memaki Brandon dan sempat tidak bertegur sapa beberapa hari. Namun persahabatan mereka sangat kuat, hingga akhirnya ia memaafkan sang Sahabat.

Jika dipikir-pikir, apa alasan wanita itu marah ketika tahu Brandon sudah tidak perjaka? Hmmm ....

Tiga tahun setelah kejadian tersebut, Brandon bertemu dengan seorang wanita cantik dan seksi bernama Moza. Perempuan inilah yang menjadi pacar pertamanya. Satu tahun menjalin hubungan, lelaki bermata sayu itu tahu apa profesi sang mantan, seorang wanita panggilan. Selama pacaran dengan Moza, entah sudah berapa kali mereka berhubungan badan.

"Syukurlah gue nggak kena penyakit, In." Itulah yang dikatakan Brandon ketika curhat kepada Arini mengenai bagaimana hubungannya berakhir dengan Moza.

Wanita terakhir yang ditidurinya adalah pengunjung klub malam. Dia tidak tahu siapa namanya, hanya kenal wajah saja. Kejadiannya dua bulan pasca Arini menikah. Brandon frustrasi karena menahan rindu dengan wanita itu. Apalagi mereka benar-benar tidak berkomunikasi atas permintaan mantan suami Arini.

Saat itulah Brandon memutuskan untuk menenangkan diri. Tidak ada lagi Arini di sisi ditambah dengan masalah keluarga membuat pikiran kalut. Alkohol menjadi pelarian untuk pertama dan terakhir kali. Brandon mabuk ketika wanita itu datang menggoda dan mengajaknya tidur di hotel. Sepanjang melakukan hal terlarang, ia membayangkan wajah Arini yang begitu dirindukannya.

"Walau nggak bisa dapetin lo, minimal gue berusaha bikin lo bahagia lagi, In," lirih Brandon.

Tanpa sadar air menetes di sudut mata. Sesal tidak ada artinya. Nasi sudah menjadi bubur. Toh, itu adalah pilihan yang telah ia jalani. Keinginan untuk mendapatkan Arini menjadi impian yang tidak akan bisa diwujudkan. Mata Brandon terpejam erat hingga akhirnya terlelap karena pikiran yang lelah.

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang