BAB 61: Honeymoon Dadakan

172 10 2
                                    

Tak bisa dipercaya! Arini mengenakan gaun pengantin mewah yang harganya puluhan juta. Sebuah tiara kecil di bagian kepala. Wajah dihiasi make-up pengantin yang begitu elegan. Foto pernikahan. Hingga menginap di kamar hotel mewah. Tak lupa mobil Mercedes milik Georgio mengantarkan mereka ke hotel berbintang lima. Semua benar-benar kejutan yang luar biasa.

Baru saja Brandon menggendongnya dari lobi hotel sampai ke kamar yang akan mereka tempati. Bayangkan keduanya menjadi pusat perhatian pengunjung hotel. Namun, Brandon seakan tidak mengindahkan pandangan mereka. Dia terus menggendong Arini sampai ke kamar, lalu menurunkannya tepat di samping tempat tidur.

Apa yang dilakukan mereka begitu sampai di kamar? Sudah jelas bercinta dengan begitu indah dan syahdu. Terasa perbedaan besar ketika melakukannya sebelum dan sesudah menikah. Rasanya begitu nyaman, tenang dan ada rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Bukannya lo malam ini sif malam ya?" Arini membuka percakapan setelah berhasil menenangkan napas yang terengah, setelah aktivitas panas mereka barusan.

Brandon mengangkat tangan, kemudian memindahkannya ke belakang kepala dengan posisi telentang. "Change shift sama Bang Firto."

Arini mengubah posisi menjadi miring. "Change off?"

Pria itu menganggukkan kepala. "Tepatnya sih gitu. Besok gue masuk siang, gantikan Bang Firto."

"Baik banget sih."

Brandon ikutan miring, sehingga mereka berhadap-hadapan sekarang. Dia menyeka poni Arini yang melekat di kening.

"Gimana kondisi lo sehari tadi?" tanyanya ketika ingat perkataan terakhir Arini di telepon.

Bahu kanan Arini terangkat ke atas seiringan dengan bibir melengkung. "Not good, but not too bad."

"Gara-gara Moza ganggu lo?"

Kepala yang dihiasi rambut panjang itu bergerak membenarkan. "Dikit sih. Untung Bang Fahmi dan Bu Keysa datang." Arini tidak menceritakan bagian ini kepada Brandon tadi sore, karena tidak ingin pria itu cemburu. Apalagi caranya melihat Fahmi tampak begitu menyeramkan.

"Fahmi." Brandon mendesah dengan rahang terkatup rapat.

Jari-jari lentik Arini bergerak membelai wajah Brandon yang masih memancarkan rona merah. "Hei! Udahan cemburunya."

Dia mengangkat tangan kanan ke atas, memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manis. "Kita udah nikah loh. Gue jadi milik lo sekarang."

Brandon menarik tubuh Arini merapat, seakan tidak ingin ada jarak lagi di antara mereka. Sebuah kecupan diberikan di bibir mungil itu, setelah berhasil menarik dagu ke atas.

"Tetap aja gue khawatir. Dia 'kan belum tahu kalau kita udah nikah," balasnya dengan mata berkilap cemas.

"Moza jauh lebih berbahaya dari Bang Fahmi, Bran."

"Tapi gue nggak akan tergoda."

Arini menyipitkan mata. "Gue juga nggak tergoda sama Bang Fahmi."

Tangannya turun ke dada Brandon dan mengusapnya pelan. "Nggak kebayang kalau Moza bertindak gila dan rebut lo dari gue," lirihnya tercekat.

Brandon menggeleng tegas. "Itu nggak akan pernah terjadi. Jangankan rebut gue dari lo, dekati gue juga nggak akan bisa."

"Moza gila, Bran." Arini menarik napas singkat ketika ingat bagaimana wanita itu ingin sekali mengumumkan kepada semua orang, bahwa ia adalah mantan pacar terindah Brandon. Perempuan pertama yang menjadi pelampiasan nafsu Bran berkali-kali dalam waktu yang cukup lama.

"Gue bisa lebih gila dari dia, In." Brandon menatap kedua manik cokelat Arini dalam-dalam. "Moza nggak akan pernah jadi masalah besar buat pernikahan kita."

JUST ON BED (Trilogi JUST, seri-2)Where stories live. Discover now